
Studi: Kecil Risiko Terinfeksi Covid dari Permukaan Benda

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejak awal pandemi muncul, terdapat informasi virus dapat menular melalui permukaan benda dan orang-orang diimbau selalu mendisfeksinya. Benarkah?
Hal berbeda ditemukan ahli mikrobiologi dari Sekolah Kedokteran Rutgers New Jersey, Emanuel Goldman, dikutip dari Nature, Jumat (23/4/2021).
Dia menemukan tidak banyak yang mendukung gagasan SARS-CoV-2 pada satu orang ke orang lainnya lewat permukaan yang sudah terkontaminasi. Goldman juga telah menuliskan komentar tajam untuk The Lancet Infectious pada Juli lalu mengenai hal tersebut.
Nyatanya bukan hanya Goldman yang menyimpulkan hal tersebut. Centers for Disease Control and Prevention atau CDC di AS mengklarifikasi panduan mengenai transmisi melalui permukaan pada Mei tahun lalu.
Lembaga itu menyatakan permukaan bukan menjadi cara utama penularan virus. Saat ini CDC mengatakannya menjadi 'bukan dianggap sebagai cara umum penyebaran Covid-19'.
Sejumlah peneliti juga mendorong rekomendasi cuci tangan. Namun beberapa diantaranya menolak mengenai penularan pada permukaan benda.
Salah satunya engineer di Virginia Tech, Linsey Marr. Dalam artikel opini di The Washington Post, meminta orang mengurangi pembersihan dan menekankan penularan lewat hirupan aerosols, tetesan mikroskopis.
Dengan bukti-bukti ini mengubah pemahaman mengenai virus. Sejumlah penelitian dan investigasi dari pandemi menunjukkan sebagian besar transmisi berasal dari muntahan tetesan besar orang terinfeksi dan tetesan kecil yang disebut aerosols saat batuk, berbicara atau bernapas. Dari sana lah penularan terjadi karena dihirup oleh orang terdekat.
Sementara itu, penularan melalui permukaan obyek, dianggap tidak menjadi resiko signifikan. Namun memang lebih mudah membersihkan permukaan menggunakan disinfektan dibandingkan membuat ventilasi baru.
Fakta ini bisa terlihat dari produk disinfektan yang ada di global. Penjualan disinfektan secara global pada 2020 saja mencapai US$4,5 miliar. Jumlah itu meroket 30% dari tahun sebelumnya.
Hal ini juga terlihat Otoritas Transit Metropolitan New York atau MTA. Lembaga itu mengawasi kereta bawah tanah dan bus menghabiskan US$484 juta tahun lalu untuk mengikuti panduan CDC termasuk meningkatkan pembersihan dan sanitasi.
(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Varian Covid Baru Diciptakan di Lab, Tingkat Kematian 80%
