
Sad! Negara Kaya Kuasai Vaksin, Yang Miskin Gak Kebagian

Jakarta, CNBC Indonesia - Hampir satu miliar dosis vaksin Covid-19 telah disuntikkan ke ratusan juta penduduk bumi. Namun sayang kebanyakan yang sudah divaksinasi adalah penduduk negara-negara yang kaya.
Setidaknya ada 841 juta dosis vaksin sudah disuntikkan secara global. Jumlahnya terus meningkat setiap harinya. Namun menurut laporan WHO, sebanyak 87% dari total vaksin yang sudah disuntikkan dilakukan di negara-negara maju.
Sementara itu negara dengan pendapatan rendah hanya menerima 0,2% dari pasokan vaksin jika mengacu pada keterangan WHO belum lama ini.
Rata-rata, 1 dari 4 orang di negara berpenghasilan tinggi telah menerima vaksin virus corona, dibandingkan dengan hanya 1 di lebih dari 500 orang di negara berpenghasilan rendah.
"Masih ada ketidakseimbangan yang mengejutkan dalam distribusi vaksin global," lanjut Sekjen WHO itu.
Apabila dicermati, negara yang paling banyak menyuntikkan vaksinnya adalah negara dengan populasi penduduk yang besar. Amerika Serikat (AS), China dan India masing-masing telah menyuntikkan lebih dari 100 juta dosis vaksin.
Ketiga negara tersebut merupakan negara dengan ukuran populasi terbesar di dunia. Jika ditotal maka jumlah populasi ketiganya mencapai 3 miliar orang sendiri. AS dan India juga menyumbang kasus kumulatif Covid-19 secara global.
Keduanya menyumbang lebih dari 35 juta kasus infeksi dari total 139 juta kasus yang terdata oleh John Hopkins University CSSE per hari ini.
Di peringkat keempat ada Inggris dengan total vaksinasi mencapai 40 juta dosis. Walaupun sudah resmi keluar dari Uni Eropa, tetap Inggris menjadi negara yang paling agresif dalam menyuntikkan vaksin di Benua Biru, barulah disusul Jerman dan Prancis.
Apabila ditotal negara anggota G20 sudah menyuntikkan sekitar 715 juta dosis vaksin atau sekitar 85% dari total dosis yang sudah disuntikkan secara global
Tedros mengatakan bahwa ada kekurangan pasokan vaksin COVAX sebagai aliansi global yang bertujuan untuk menyediakan vaksin virus Corona bagi negara-negara miskin mengalami keterbatasan.
Kebutuhan vaksin yang tinggi dan tidak diimbangi dengan pasokan yang mencukupi membuat vaksin menjadi barang yang langka. Sebagai barang yang diperebutkan, negara-negara kaya memiliki privilege lebih untuk mengamankan sejumlah pasokannya.
Inilah salah satu bentuk ketimpangan yang terjadi dalam hal akses terhadap kesehatan. Apabila hal ini terjadi berlarut-larut, maka prospek pemulihan ekonomi semakin tak merata dan jurang ketimpangan bisa semakin menganga.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dimulai 12 Januari 2022, Segini Prediksi Harga Vaksin Booster