
Vaksinasi Ampuh Pulihkan Pasien Long Covid? Cek Faktanya

Jakarta, CNBC Indonesia - Negatif setelah tertular Covid-19 bukan artinya sembuh total. Muncul istilah 'Long Covid' atau Covid yang berkepanjangan, yakni sebuah fenomena yang menurut penelitian terbaru di Indonesia dialami oleh sekitar 60% orang yang terinfeksi virus corona.
Sebagian besar pasien Covid-19 pulih setelah sekitar 14 hari, namun bagi mereka yang mengalami 'Long Covid', tampaknya tidak akan pernah berakhir. Para penderita 'Long Covid' melaporkan gejala kelelahan, sesak napas, dan tidak dapat berkonsentrasi untuk waktu yang lama setelah tertular virus.
Para peneliti medis masih belum tahu banyak soal fenomena 'Long Covid' dan mengapa sejumlah orang bisa mengalaminya. Namun kini muncul pertanyaan, bisakah vaksin virus corona menyembuhkan 'Long Covid'?
Di Amerika Serikat, banyak orang yang disebut 'long hauler', sebuah istilah yang ditujukan bagi penderita 'Long Covid' yang mengaku merasa lebih baik setelah menerima vaksin.
Tampaknya jenis vaksin corona apapun dapat menyebabkan long hauler. Laporan yang sama disampaikan para long hauler yang mendapatkan suntikan Pfizer, Moderna atau AstraZeneca.
Namun laporan individu tidak cukup untuk menyimpulkan bahwa vaksin dapat menyembuhkan atau mengurangi gejala 'Long Covid'.
Sebuah penelitian di Inggris, yang belum ditinjau atau diterbitkan dalam jurnal, telah menarik perhatian para 'long hauler' yang sangat membutuhkan kabar baik untuk mengurangi atau menghilangkan gejala yang mereka alami.
Penelitian yang diikuti sejumlah kecil responden, dilakukan untuk melacak kesehatan orang yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19.
"Kami memperhatikan banyak pasien ragu-ragu untuk menerima vaksin. Hal ini cukup mengejutkan karena kami pikir mereka sangat ingin mendapatkannya," kata Dr Fergus Hamilton, salah satu peneliti dari University of Bristol, dikutip dari ABC.
"Kami mencatat mereka sangat khawatir. Mereka pernah tidak sehat sebelumnya, mengalami gejala yang cukup dramatis, dan menganggap kami hanya memberi mereka hal yang sama."
Studi tersebut menyebutkan tidak ada bukti yang menunjukkan vaksin Covid yang tersedia memperburuk gejala 'Long Covid', kualitas hidup, atau kesehatan mental mereka.
Penelitian ini juga mengungkap kemungkinan yang menarik, yakni vaksin mungkin membantu mengurangi atau menghilangkan gejala yang dialami oleh pasien 'Long Covid'.
Tetapi Hamilton memperingatkan jika ukuran sampel penelitian ini kecil dan kurangnya tinjauan dari akademisi lain, atau peer review. Di sisi lain, mengurai efek plasebo dalam penelitian ini juga sangat sulit.
Meskipun demikian, penelitian di Inggris adalah studi pertama yang melihat hubungan antara vaksin virus corona dan kesembuhan gejala 'Long Covid' yang dilaporkan.
Dr Vanessa Bryant dari Walter and Eliza Hall Institute of Medical Research setuju masih terlalu dini untuk membuat kesimpulan apapun.
"Kita sudah mulai menggabungkan studi ini dengan bukti lain, dan disusul penelitian yang lebih besar," katanya. "Kita masih berada di fase awal dalam long Covid."
Meskipun masih terlalu dini untuk mengatakan apakah vaksin dapat membantu mengatasi long Covid atau tidak, ada beberapa hipotesis yang mungkin terjadi. Salah satunya adalah teori tentang tubuh sebagai tempat penampungan virus, di mana fragmen virus berkeliaran setelah tertular dan memicu sistem kekebalan untuk melawan terus-menerus.
"Sistem kekebalan mungkin sudah bekerja lama, untuk hal yang tidak perlu, meskipun pada dasarnya ancaman sudah berakhir," jelas Bryant.
Jika demikian, vaksin berpotensi membersihkan reservoir atau tempat penampungan tersebut. Tapi mungkin juga vaksin sama sekali tidak membantu, dan itu hanya efek plasebo orang pulih secara alamiah.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dimulai 12 Januari 2022, Segini Prediksi Harga Vaksin Booster