Disorot Dahlan Iskan, Begini Parahnya Kinerja BUMN Karya

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
03 April 2021 15:10
Dahlan Iskan (Foto: Lamhot Aritonang/detikcom)
Foto: Dahlan Iskan (Foto: Lamhot Aritonang/detikcom)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sektor konstruksi memang menjadi salah satu sektor yang paling terdampak oleh pandemi Covid-19. Proyek-proyek konstruksi terpaksa mangkrak ketika Indonesia pertama kali kedatangan tamu tak diundang dari Wuhan, China.

Mangkraknya proyek ini tentu saja menyebabkan sektor konstruksi yang padat modal merugi parah akibat arus kas yang macet. Sementara beban keuangan yang jumbo akibat hutang usaha yang besar harus tetap dibayar.

Hal ini tentu saja tercermin dari laporan keuangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya di tahun 2020 yang kinerjanya sangat tidak memuaskan. Beberapa BUMN Karya laba bersihnya terpaksa terpangkas hingga 90%.

Hal inilah yang menjadi perhatian Menteri BUMN Dahlan Iskan yang menurunkan artikel Haus Kerongkongan. Dahlan menyoroti sejumlah BUMN Karya yang menghasilkan kinerja tak memuaskan di tengah gencarnya proyek infrastruktur.

Dari seluruh BUMN Karya, terdapat 1 perusahaan yang kerugiannya amat parah apabila dibandingkan dengan saudara-saudaranya. Adalah PT Waskita Karya Tbk (WSKT) yang pada tahun 2020 terpaksa membukukan rugi bersih Rp 7,38 triliun.

Rugi bersih yang amat masif ini menyapu bersih seluruh laba ditahan Waskita yang sudah dikumpulkan sejak perseroan pertama kali berdiri pada tahun 1973 sehingga ekuitas WSKT saat ini hanya tersisa Rp 7,53 triliun, lenyap lebih dari separuh tepatnya 57,88% dari posisi tahun lalu Rp 17,88 triliun.
Bahkan WSKT terpaksa membukukan rugi bruto sebesar Rp 1,97 triliun. Rugi bruto sendiri merupakan hal yang sangat negatif karena pendapatan usaha alias omset bahkan tidak dapat menutupi beban pokok pendapatan.

Perseroan yang mengalami rugi bruto, rugi bersihnya kemungkinan akan membengkak karena bahkan sebelum membayar beban penjualan, beban umum dan administrasi, dan beban pajak saja perseroan sudah rugi karena tak mampu menutupi beban pokok.

Alhasil, kerugian WSKT menyebabkan kas dan setara kas perseroan tersapu habis. Tercatat per akhir 2019 perseroan memiliki kas dan setara kas sebanyak Rp 9,2 triliun, sedangkan di akhir 2020 kas dan setara kas perseroan hanya tersisa Rp 1,2 triliun atau penurunan sebesar 87%.

Hal ini tentu saja sangat berbahaya bagi perusahaan yang padat modal seperti WSKT. Karena apabila kas menipis di tengah hutang perseroan yang membengkak yakni sebesar Rp 89 triliun maka resiko gagal bayar tentu saja akan meningkat apalagi di tengah kondisi ketidakpastian ekonomi akibat pandemi Covid-19 yang tidak jelas kapan akan usai.

Tercatat dari Rp 89 triliun utang WSKT, sebagian besar yakni Rp 48 triliun merupakan utang jangka pendek, sehingga perbandingan kas perseroan dengan utang jangka pendeknya atau biasa lebih dikenal dengan cash ratio berada di angka 2,5%.

Angka ini tentu saja menunjukkan posisi kas perseroan yang sangat mini dan potensi gagal bayar yang cukup tinggi dan tentunya akan terbuka peluang perseroan akan terjadinya kebangkrutan.

Sejatinya tak hanya WSKT yang merugi, akan tetapi anak usahanya juga terpantau membukukan rugi bersih parah yang tentu saja memberatkan entitas induk. Catat saja PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) tercatat mencetak rugi bersih Rp 4,75 triliun dan PT Waskita Toll Road yang merugi Rp 965 miliar.

Berbeda dengan WSKT, saudaranya sesama BUMN Karya PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) masih mampu membukukan untung bersih di tahun 2020 sebesar Rp 50 miliar. Tidak merugi memang, akan tetapi angka ini turun 92% dari laba bersih tahun lalu.

Akan tetapi sejatinya WIKA bisa membukukan laba bersih bukan karena operasional perusahaan akan tetapi karena pendapatan lain-lain yang naik dari Rp 1,18 triliun menjadi Rp 3,06 triliun. Pendapatan lain-lain ini utamanya didapatkan dari pemulihan penurunan nilai yang bersifat one-off sebesar Rp 2,37 triliun.

Meskipun demikian pemulihan penurunan nilai ini tidak didapatkan WIKA dalam bentuk uang kas akan tetapi sebagian besar melalui konversi piutang usaha milik WIKA Realty menjadi penyertaan saham di PT Jakarta River City, PT Makassar Coastal City alias debt to equity swap.

Aksi debt to equity swap biasanya merugikan perusahaan sebab biasanya perseroan terpaksa menukar piutangnya dengan saham perusahaan yang kinerjanya dipertanyakan (karena tidak mampu membayar hutang) di harga tinggi.

Meskipun demikian sejatinya kondisi WIKA masih jauh lebih baik daripada saudaranya WSKT karena WIKA masih mampu membukukan laba kotor Rp 1,52 triliun dimana pendapatan perusahaan masih mampu menutupi beban pokok pendapatan.

Selain itu WIKA juga masih memiliki kas dan setara kas yang lebih memadai dibandingkan dengan WSKT. Tercatat kas dan setara kas perseroan berhasil naik dari posisi tahun 2019 di angka Rp 10,3 triliun menjadi Rp 14,9 triliun di akhir tahun 2020.

Dengan kas tersebut cash ratio perseroan berada di angka 33,85%, jauh lebih baik dibandingkan dengan WSKT memang, akan tetapi angka ini tentunya tidak bisa dibilang aman.

Terakhir ada PT PP Tbk (PTPP), karena PT Adhi Karya Tbk (ADHI) belum melaporkan kinerja keuanganya. Bernasib sama dengan WIKA yang masih mampu membukukan laba bersih meski anjlok parah dari tahun lalu, PTPP berhasil meraup cuan Rp 128 miliar tahun ini, turun 86% dari posisi tahun lalu.

Kondisi PTPP sejatinya menjadi yang paling 'mending' di antara BUMN-BUMN Karya lain dimana PTPP sukses membukukan laba bruto Rp 2,1 triliun 'hanya' turun 43% dibanding tahun lalu.

Selain itu beban usaha dan beban pendapatan juga berhasil ditekan sehingga menyelamatkan perseroan dari rugi parah seperti yang terpaksa ditanggung oleh WSKT.

Urusan kas, tercatat kas dan setara kas perseroan turun dari posisi tahun 2019 dari angka Rp 9 triliun menjadi Rp 7,5 triliun di akhir tahun 2020. Di angka ini rasio kas perseroan dibandingkan dengan liabilitas jangka pendeknya berada di angka 26,84%.

Melihat hal ini wajar memang apabila Menteri Badan Usaha Milik Negara periode 2011-2014, Dahlan Iskan meyakini adanya ramalan dari para ekonom mengenai ketahanan BUMN Infrastruktur tinggal tunggu waktu. Menurutnya posisi BUMN itu sulit atau sulit sekali.

Selain Dahlan, investor kawakan Lo Kheng Hong juga pernah menyebutkan bahwa dirinya takut untuk berinvestasi di saham BUMN Karya karena hutangnya yang menggunung ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dahlan: BUMN Karya Haus Sampai Kerongkongan, Bakal Bangkrut?

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular