Epidemiolog UI: 1 Tahun Pandemi Covid-19, RI Gagal Total

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
02 March 2021 13:38
Unit Kristen TPU Tegal Alur, Jakarta Barat masih melayani pemakaman jenazah pasien Covid-19, Senin (1/2/2021). Sisah lahan yang tersedia untuk jenazah pasien Covid-19 di unit Kristen sudah sangat terbatas. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Administrator unit Kristen TPU Tegal Alur Haris Fadillah menjelaskan
Foto: Pemakaman Covid-19 di TPU Tegal Alur, Jakarta Barat. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia- Genap satu tahun setelah kasus pertama Covid-19 diumumkan di Indonesia oleh Presiden Joko Widodo. Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk menekan laju penularan melalui berbagai pembatasan dan menyelesaikan pandemi ini.

"Kita masih belum berhasil menekan penularan, kita masih belum mencapai tujuan pengendalian pandemi sehingga masih banyak peningkatan kasus. Angka yang dirawat di rumah sakit masih tinggi begitu juga dengan kematian," kata Epidemiolog Universitas Indonesia Pandu Riono, Selasa (2/3/2021).

Dia menilai penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia belum sesuai dengan ilmu yang seharusnya digunakan untuk penanggulangan pandemi di suatu negara. Contohnya saja, jumlah tes masih jauh dari cukup, pelacakan atau tracing masih rendah, dan persiapan tempat isolasi masih belum sempurna.

"Surveilence belum memenuhi persyaratan untuk suatu negara sukses mengatasi pandemi Covid-19. Selain itu, masih banyak penduduk yang abai, untuk mengurangi risiko melalui protokol kesehatan. Jadi partisipasi masyarakat penting," ujarnya.

Mengatasi pandemi melalui pembatasan mobilitas masyarakat menurutnya tepat, namun tidak dilakukan secara maksimal. Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) adalah salah satu intervensi yang dilakukan untuk menekan penularan.

Pandu mengungkapkan sebenarnya pemerintah memiliki pilihan untuk melakukan karantina wilayah atau pembatasan sosial. Dia menilai saat di awal masa pandemi sebenarnya langkah yang paling tepat dengan karantina wilayah khususnya Jabodetabek,

"Tapi hal itu tidak menjadi pilihan karena akan melumpuhkan ekonomi ibu kota. PSBB juga ada efeknya banyak efeknya sehingga terjadi penurunan penularan dari angka reproduktif 2 menjadi 1. Tapi terlalu cepat dilonggarkan harusnya sudah di bawah 1, maka mau tidak mau tejadi peningkatan selama ada aktivitas masyarakat selalu terjadi lonjakan," ujar Pandu.

Kebijakan pemerintah pun menurutnya kontrakdiktif dengan pembatasan pandemi, dengan tetap mengizinkan adanya liburan panjang dan cuti bersama yang dilakukan berkali-kali sampai akhir tahun.

"Tidak heran kita belum bisa menekan kasus penularan. Lebih baik no tourism dulu, untuk sementara nanti kalau sudah pemulihan ekonomi bisa berjalan lagi," tegasnya.

Belum selesainya pandemi Covid-19 setelah satu tahun menurutnya menjadi konsekuensi dari menduanya sikap pemerintah, yang ingin menyeimbangkan antara ekonomi dan kesehatan. Dia menegaskan yang harusnya ada di masa ini adalah prioritas yakni menekan penularan.

"Kalaupun berdampak pada limpuhnya ekonomi itu sementara. Tidak ada negara yg lockdown ekonominya hancur, bahkan yang melakukan lockdown mereka ekonominya pulih lebih cepat. Di Indonesia kita belum berhasil mengatasi penularan dan ekonomi belum dipulihkan selamam pandemi belum diatasi," kata dia.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Covid-19 Belum Kelar, Ilmuwan Warning Virus Baru dari Rusia!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular