
Jangan Terlena! Inget Pesan Oma, Bitcoin Itu Bahaya

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mata uang kripto, bitcoin, kembali melesat pada perdagangan Senin (1/3/2021) setelah anjlok tajam sepanjang pekan lalu pasca mencapai rekor tertinggi sepanjang masa. Meski dengan volatilitas ekstrim tersebut, popularitas bitcoin kini semakin meluas, khususnya di negara-negara berkembang (emerging market).
Melansir data Refinitiv, pada pukul 15:35 WIB, bitcoin diperdagangkan di kisaran US$ 46.944,63/BTC, melesat 8,72% di pasar spot. Harga bitcoin yang terus menanjak sejak tahun lalu membuatnya semakin populer.
Peningkatan popularitas bitcoin di negara emerging market diungkapkan oleh Pierce Crosby, general manajer di TradingView.
"Sebelumnya kita telah melihat emas atau dolar AS, sekarang kita melihat mata uang kripto sebagai aset aman di negara-negara yang sedang terjadi konflik," kata Crosby, sebagaimana dilansir Kitco, Rabu (17/2/2021) lalu.
"Hasil riset menunjukkan naiknya daya tarik mata yang kripto di negara emerging market terkait dengan stabilitas mata uang konvensional mereka, dan mereka khawatir akan kondisi keuangan di masa yang akan datang," tambahnya.
Crosby juga mengatakan naiknya popularitas bitcoin di negara emerging market karena warganya mencari lindung nilai terhadap mata uang yang tidak stabil atau yang berpotensi tergerus inflasi.
Namun, jika berbicara mengenai stabilitas, bitcoin tentutya lebih ekstrim ketimbang mata uang konvensional.
Minggu kemarin, bitcoin mengakhiri perdagangan di US$ 43.177,77/BTC, sementara posisi akhir Minggu (21/2/2021) di 57.529,76/BTC, artinya dalam sepekan ambrol nyaris 25%.
Pada hari Senin (22/2/2021) menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa US$ 58.445,23/BTC, jika dilihat dari posisi tersebut hingga penutupan kemarin, mata uang kripto dengan kapitalisasi pasarnya sempat mencapai US$ 1 triliun ini jeblok lebih dari 26%. Artinya lebih dari seperempat nilainya hilang dalam tempo sepekan.
Jebloknya nilai bitcoin hingga lebih dari 25% bahkan pernah terjadi dalam sehari. Pada tahun lalu, tepatnya 12 Maret 2020, harga bitcoin bahkan ambrol lebih dari 26% dalam sehari.
Tetapi terkadang juga mampu terbang tinggi dalam waktu singkat. Pada 8 Februari lalu, bitcoin meroket lebih dari 17% dalam 24 jam saja.
Banyak tokoh-tokoh di dunia finansial melihat bitcoin sebagai aset yang berbahaya, salah satuanya adalah Menteri Keuangan AS, Janet Yellen.
Wanita yang tahun ini berusia 75 tahun menyebut masih banyak pertanyaan penting soal legitimasi dan stabilitas bitcoin. Ini membuatnya meragukannya.
"Saya tidak berpikir bahwa bitcoin ... akan banyak digunakan sebagai mekanisme transaksi," katanya dalam sebuah konferensi di AS, dikutip CNBC International Selasa (23/2/2021).
"Sejauh ini (bitcoin) digunakan, saya khawatir banyak digunakan untuk 'keuangan gelap' (ilegal)," tambah mantan Ketua Bank Sentral AS (The Fed) tersebut.
"Ini adalah aset yang sangat spekulatif. Anda tahu saya pikir, orang harus sadar bahwa ini bisa sangat tidak stabil. Saya khawatir tentang potensi kerugian yang dapat diderita investor," kata Yellen.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Cerita Gokil Bitcoin Sempat Tembus Rp 190 Juta Gegara Paypal