Mau Investasi Cuan ke Bitcoin, Coba Baca Dulu Ini!

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga Bitcoin berbalik menguat pada Sabtu (27/2/2021) hari ini, setelah pada perdagangan kemarin Bitcoin sempat anjlok 6% dan menjadikan pekan ini sebagai pekan terburuk bagi cryptocurrency populer ini.
Harga salah satu komoditas kripto paling populer di dunia itu naik 2,46% ke level US$ 46.760,13 atau setara dengan Rp 665 juta pada sekitar pukul 07:00 WIB pagi hari ini.
Namun pada perdagangan kemarin, harga terendah Bitcoin mencapai US$44.180 per koin. Padahal pada Senin lalu harga Bitcoin sempat menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa di level US$58.332 per koin.
Kejatuhan harga Bitcoin ini seiring dengan rontoknya harga saham di bursa Eropa karena kekhawatiran valuasi beberapa emiten yang dianggap ketinggian. Bursa saham Asia juga berguguran pada perdagangan Jumat (26/2/2021) kemarin.
"Ketika harga sudah tinggi, ada kesempatan untuk menarik diri dahulu," tulis Denis Vinokourov dari BeQuant, platform transaksi cryptocurrency berbasis di London, mengutip Reuters, Jumat (26/1/2021).
Sejak awal tahun harga Bitcoin telah mengalami peningkatan sebesar 60%. Ini karena adanya sentimen perusahaan besar seperti Tesla Inc dan Mastercard Inc mulai merangkul cryptocurrency.
Kenaikan harga cryptocurrency yang tinggi telah memicu kekhawatiran dari sejumlah pihak yang mendorong pemerintah dan regulator keuangan untuk meregulasi cryptocurrency dengan lebih ketat.
Bitcoin laik untuk diinvestasikan?
Beberapa hari belakangan memang pergerakan Bitcoin cenderung melemah dan kini kembali berusaha untuk kembali naik. Namun, harga Bitcoin sebenarnya masih cukup tinggi di kisaran US$ 40.000-US$ 50.000.
Para investor Bitcoin mungkin masih bisa mengambil keuntungan dari fenomena saat ini. CEO Bitcoin.co.id, Oscar Darmawan mengatakan ini bisa dilakukan dengan mengambil kesempatan membeli di saat murah dan menjual saat nilai Bitcoin tinggi.
Dia mengatakan pergerakan Bitcoin memang volatile, bisa turun drastis namun tak menutup kemungkinan akan kembali naik pesat lagi.
Oscar juga mengatakan para trader saat ini menggunakan mata uang kripto sebagai spekulasi. Ini terjadi karena pergerakan harga berdasarkan demand dan supply.
Pergerakan harga tergantung demand dan supply juga terjadi pada emas. Dia mengatakan jika memang seperti itu yang terjadi pada komoditas, dengan sifatnya yang lebih terbatas.
Namun pergerakan tak menentu ini dinilai sangat positif. Oscar sendiri menyebut Bitcoin sebagai investasi jangka panjang dengan harga yang cenderung menguat.
COO Tokocrypto dan Chairman Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo), Teguh Kurniawan menjelaskan, pada dasarnya aset kripto seperti Bitcoin adalah sebuah aset virtual yang di-generate atau ditautkan (hashrate) melalui sebuah blok satu dan blok lainnya atau disebut juga blockchain. Tidak ada aset dasar atau underlying dalam investasi Bitcoin seperti layaknya reksa dana.
"Bitcoin tidak mempunyai underlying fisik, tapi punya catatan di blockhain, tidak ada batasan sampai nantinya blok terakhir, Bitcoin punya limited supply 21 juta akan habis atau berakhir," kata Teguh, dalam wawancara dengan CNBC Indonesia di program InvesTime, Rabu (24/2/2021).
Dia juga menjelaskan, yang membedakan investasi aset kripto, pergerakan harganya memang cenderung volatile dan mengikuti tren pasar. Namun, sejauh pengamatannya, saat ini investasi di aset kripto belum menunjukkan tren penurunan, bahkan cenderung meningkat.
Adapun terkait dengan likuiditas, saat ini terbilang cukup melimpah, pasalnya saat ini banyak investor yang berinvestasi di aset kripto dengan volume puluhan triliun. Hanya saja, saat ini, kebijakan investasi uang kripto di Indonesia baru diperbolehkan bagi investor individu belum untuk segmen korporasi.
"Sejauh ini tidak ada nasabah kami yang melakukan pengaduan likuiditas yang kurang, Indonesia jadi market potensial bagi aset kripto. Likuiditas besar, tidak perlu khawatir aset akan berhenti posisinya," ujarnya.
[Gambas:Video CNBC]
Mastercard Buka Jaringan Untuk Uang Kripto di 2021
(chd/chd)