
Bos Bio Farma Klaim Produksi Vaksin 22,5 Juta Akhir Bulan ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebanyak 15 juta dosis vaksinĀ Covid-19 berbahan baku dari Sinovac sudah diproduksi oleh PT Bio Farma (Persero). Jumlah itu berpotensi bertambah menjadi 22,5 juta dosis per akhir bulan ini. Demikian disampaikan Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir dalam program Profit CNBC Indonesia, Rabu (17/12/2021).
"Sampai hari ini kita sudah menyelesaikan 15 batch. 1 batch 1 juta. Berarti kita sudah memiliki 15 juta produksi. Dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) sudah melakukan load release. Target kita bulan Februari ini lebih kurang 7,5 juta," katanya.
Menurut Honesti, setelah ini, vaksin akan segera didistribusikan ke lokasi yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan.
Sementara itu jumlah vaksin yang telah diamankan hasil dari kerja sama bersama Sinovac berjumlah 140 Juta dosis.
Honesti mengatakan, untuk produksi tidak ada kendala sampai saat ini. Bio Farma sudah familiar dengan platform yang digunakan. Sebab, platform inactivated telah digunakan juga oleh perusahaan farmasi itu.
Dari segi kesiapan juga tidak ada kendala. Ini, menurut Honesti, karena sebelum produksi dilakukan sudah ada transfer teknologi. Kemudian saat proses produksi mendapatkan audit dari Badan POM.
"Bahan baku datang kita lakukan produksi. Sampai saat ini tidak ada kendala yang berarti," tegas Honesti.
Dia mengatakan, jika seluruh kegiatan yang dilakukan Bio Farma sudah sesuai jalur. Selain itu juga sesuai timeline yang disepakati bersama Kementerian Kesehatan.
Sejauh ini, dia menyatakan Bio Farma hanya memproduksi vaksin dari Sinovac saja. Sementara ketersediaan vaksin jadi dari jenis lain akan didapatkan melalui proses impor.
Sebagai informasi, vaksin buatan Biofarma dengan bahan baku Sinovac ini sudah mengantongi izin penggunaan darurat dari BPOM. Emergency use authorization atau EUA ini diberikan terpisah dari izin yang telah dikeluarkan pada vaksin jadi dari Sinovac.
Saat konferensi pers beberapa waktu lalu, Ketua Badan POM, Penny Kusumastuti Lukito mengatakan pemberian izin terpisah ini karena adanya perbedaan tempat pdouksi dan kemasan.
"Namun membutuhkan pengujian khusus dan pemberian emergency use authorization terpisah karena adanya perbedaan tempat produksi, kemasan sebelumnya single dose, sekarang menjadi multiple dose. Lebih efisien lebih efektif," ujar Penny.
(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 20,2 Juta Dosis Sinopharm-Moderna Demi Vaksin Gotong Royong