Migrasi WhatsApp ke Telegram Disebut Langkah Mundur, Kenapa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Gelombang penolakan atas aturan baru privasi WhatsApp, menguntungkan bagi platform pesan lain. Salah satunya adalah Telegram yang memiliki tambahan pengguna secara signifikan, tetapi beralih ke Telegram bisa saja tidak aman.
Ini adalah opini dari Zak Doffman, founder dan CEO Digital Barriers yang dimuat di Forbes.com, seperti dikutip CNBC Indonesia Senin (15/2/2021).
Menurut Zak Doffman, Telegram memiliki arsitektur berbasis cloud yang memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan fitur keamanan end-to-end encryption yang dikembangkan Signal dan WhatsApp, yang juga menggunakan protokol Signal
Semua percakapan grup di Telegram hanya dienkripsi antara perangkat dan cloud Telegram, riwayat perpesanan disimpan dalam cloud Telegram, dan jika pengguna secara tidak bijak mentransfer riwayat percakapan ke Telegram, itu pun akan tersimpan di cloud Telegram.
Telegram memiliki kunci deskripsi untuk tiap data yang disimpan dalam cloudnya. "Telegram tidak akan membicarakan isu serius di arsitektur keamanannya jika dibandingkan Signal dan WhatsApp, klaim mereka lebih aman dari WhatsApp sangat jelas salah," ujar Zak Doffmann.
Telegram pun selalu mempromosikan fitur chat secret mereka yang dianggap paling aman karena menerapkan end-to-end encryption. Namun laporan terbaru dari peneliti keamanan Dhiraj Mishra menemukan celah keamanan sehingga percakapan Telegram MacOs tidak betul-betul terhapus.
Masalah ini sudah ditambal namun menurut Zak Doffmann ini tidak menunjukkan pendekatan yang mengutamakan keamanan.
"Kerentanan secret chat merupakan bukti lebih lanjut bahwa beralih dari WhatsApp ke Telegram dengan kurangnya dukungan end-to-end encryption default, adalah ide buruk," ujarnya.
"Saat pengguna membuang end-to-end encryption WhatsApp untuk solusi berbasis cloud Telegram merupakan langkah mundur."
[Gambas:Video CNBC]
Bos Telegram Kritik Aturan Privasi WhatsApp: Hormati Pengguna
(roy/roy)