Joe Biden Mau Vaksinasi 100 Juta Warga AS Dalam 100 Hari, RI?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
19 January 2021 14:05
Biden Electoral College Protests
Foto: AP/Susan Walsh

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih Joseph Robinette Biden (Joe Biden) dari Partai Demokrat punya rencana ambisius soal vaksinasi Covdi-19 dalam rencana kerja 100 hari pertamanya ketika sah melenggang ke Gedung Putih mulai besok.

Pekan lalu, mantan wakil presiden era Barrack Obama tersebut menjelaskan proposal stimulus fiskal jumbonya senilai US$ 1,9 triliun atau setara dengan Rp 26,6 ribu triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$) yang termasuk di dalamnya ada anggaran sebesar US$ 20 miliar untuk memuluskan program vaksinasi nasional Covid-19.

Tak sampai di situ Biden punya rencana untuk memvaksinasi 100 juta masyarakat AS dalam kurun waktu 100 hari. Artinya jumlah warga AS yang harus divaksinasi mencapai 1 juta orang per harinya. 

Target yang ambisius memang. Biden telah menyiapkan strategi untuk mencapai target yang dipatoknya mulai dari mengidentifikasi target orang yang jadi prioritas vaksinasi, menyiapkan saluran distribusi vaksin, meningkatkan pasokan vaksin hingga membuat kampanye nasional yang dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat.

Startegi Joe Biden

Menurut Kepala Institut Alergi dan Penyakit Menular Nasional AS Dr. Anthony Fauci target tersebut masih tergolong rasional. Apalagi saat ini vaksin AstraZeneca dan Johnson & Johnson akan segera diajukan ke regulator untuk digunakan dalam program vaksinasi masal. 

Meskipun disebut 'feasible' melakukan vaksinasi terhadap jumlah orang yang sangat banyak tetap saja memiliki tantangan yang besar. Lagipula jika berkaca pada program vaksinasi darurat yang sudah dilakukan pada Desember lalu target vaksinasi yang ditetapkan Trump tidak tercapai.

Dari 20 juta warga AS yang seharusnya disuntik vaksin, hanya 11 juta orang saja yang sudah divaksinasi atau sekitar 55%. Kecepatan vaksinasi di setiap negara bagian pun berbeda-beda. Ada yang cepat seperti West Virginia dan Dakota. Namun ada pula yang lambat seperti Maryland dan Ohio.

Berdasarkan data pemerintah AS yang dikutip Bloomberg per 23 Desember total dosis vaksin yang tersedia dan digunakan oleh AS baru 19,3% saja. 

Salah satu tantangan yang harus dihadapi pemerintah AS adalah sikap skeptis dari warganya untuk divaksinasi. Survei yang dilakukan oleh lembaga think tank Pewresearch Center menunjukkan bahwa 60% masyarakat AS yang disurvei mau menerima atau mengikuti program vaksinasi.

Jumlahnya meningkat dari sebanyak 51% responden saja yang mau ikut berpartisipasi dalam program vaksinasi pada survei September lalu. Namun tetap saja anggapan terhadap vaksinasi di kalangan masyarakat AS beragam. Rata-rata mereka berpikir skeptis dan tidak mau menjadi orang pertama yang divaksinasi.

Program vaksinasi darurat di RI sudah dimulai sejak pertengahan bulan Januari ini. Tepat pada 13 Januari 2021 Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi orang pertama yang disuntikkan vaksin Covid-19 buatan Sinovac. Prosesinya pun disiarkan secara virtual agar publik bisa langsung menyaksikan momen bersejarah itu.

Setelah Jokowi, jajaran pejabat tinggi hingga publik figur pun mendapatkan gilirannya. Setidaknya saat ini RI sudah mengantungi 3 juta dosis vaksin Sinovac dan 15 juta bahan baku vaksin yang diimpor dari China untuk diproduksi oleh perusahaan farmasi pelat merah PT Bio Farma (Persero).

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin (BGS) menuturkan bahwa Indonesia juga menjajaki kerja sama dengan pengembang lain seperti AstraZeneca dan Pfizer untuk mencoba mengamankan 400 juta vaksin Covid-19.

Pemerintah juga mematok target yang ambisius yakni menggratiskan vaksin Covid-19 untuk masyarakat RI. Program vaksinasi masal ditargetkan rampung dan butuh waktu kurang lebih 15 bulan.

Akankah target tersebut terpenuhi mengingat jumlah penduduk di RI mencapai lebih dari 268 juta orang?

Setidaknya ada dua faktor utama yang menentukan keberhasilan program vaksinasi masal ini dari sudut pandang tingkat partisipasi masyarakatnya. Pertama adalah komunikasi. 

Berbagai hal terkait vaksin harus dikomunikasikan ke publik secara transparan. Sebagai dengan mayoritas penduduk muslim, Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah menetapkan bahwa vaksin Covid-19 Sinovac suci dan halal.

Kedua Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga sudah merestui penggunaan darurat vaksin Sinovac lantaran memiliki tingkat keampuhan teoritis (efficacy) sebesar 65,3%. Artinya orang yang divaksinasi dengan CoronaVac (vaksin Covid-19 Sinovac) memiliki peluang 65,3% lebih rendah terjangkit Covid-19.

Kendati lebih rendah dari yang dilaporkan oleh para pengembang vaksin lain, BPOM menilai bahwa tingkat keampuhannya masih lebih baik dari standard yang dipatok WHO di angka 50%.

Hanya saja ada yang perlu diingat bahwa itu baru analisa awal terhadap hasil uji klinis tahap III yang melibatkan 1.600 orang relawan. Ke depan angka tersebut bakal terus di-update oleh BPOM.

Faktor lain yang juga turut berpengaruh adalah jalur distribusi vaksin. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terfragmentasi dari Sabang sampai Merauke, sehingga untuk memuluskan jalannya vaksinasi tidak mudah.

Pemerintah pun menggaet pihak swasta dalam hal ini adalah PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) untuk ikut membantu pendistribusian vaksin lantaran punya kemampuan dalam hal penyimpanan suhu dingin.

Berbagai strategi sudah disiapkan oleh pemerintah. Namun kondisi di lapangan sangatlah dinamis. Apakah program vaksinasi akan berjalan tepat waktu sehingga ekonomi bangkit, atau malah molor?

Mari kita lihat dan tunggu kelanjutan program ini. Sekali lagi menyuntikkan vaksin kepada ratusan juta orang di RI bukan pekerjaan yang mudah.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular