
Usai Moderna & Pfizer, AS Punya Vaksin Covid Sekali Suntik

Jakarta, CNBC Indonesia - Johnson&Johnson atau J&J menjadi nama berikutnya yang bersiap memproduksi vaksin Covid-19. Tes akhir vaksin single dosis ini sudah dilakukan dan diharapkan bisa dilaporkan pada akhir Januari mendatang.
Jika semuanya lancar maka J&J akan mengajukan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization pada Februari mendatang ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat. Saat ini FDA baru menerbitkan izin penggunaan darurat ke vaksin Moderna dan Pfizer.
Vaksin ini dikembangkan oleh unit perusahaan Janssen Pharmaceutica. Hasilnya ternyata memiliki kemiripan dengan vaksin Astrazeneca. Yakni teknologi pembuatnya menggunakan teknologi vektor virus adenovirus, yang sama juga jadi pendekatan pembuatan vaksin oleh Universitas Oxford-Astrazeneca.
Menurut Tim analis Health Care Morgan Stanley, vaksin J&J menawarkan keunikannya sendiri. Menurutnya memiliki hasil lebih positif dari Astrazeneca.
"Menawarkan unsur unik dan efikasi yang mengejutkan dibandingkan dengan Astrazeneca mendorong kepercayaan pada pemulihan pandemi dan pasar," kata Adam Barket analis dari Morgan Stanley, dikutip CNBC Internasional, Senin (11/1/2021).
Kelebihan lainnya, J&J membuat vaksin yang tahan di suhu lemari es normal tanpa bantuan infrastruktur baru dan setidaknya bisa bertahan selama tiga bulan.Stanley menambahkan jika hasil penggunaan menunjukkan 80% ditambah hanya menggunakan satu dosis akan sangat menguntungkan dari segi skala produksi.
Vaksin J&J diketahui juga sudah laris di pasaran. Sejumlah wilayah sudah melakukan pemesanan bahkan sebelum izin penggunaan dikeluarkan.
J&J sudah melakukan perjanjian dengan AS pada Agustus 2020 untuk dapat mengirimkan 100 juta dosis vaksin. Namun pengiriman dilakukan bila perusahaan sudah mengantongi izin penggunaan dari FDA dan juga ada opsi tambahan pemesanan 200 juta dosis lagi.
Dalam waktu bersamaan, Inggris juga melakukan perundingan membeli 30 juta dosis vaksin J&J serta tambahan 22 juta dosis. Di bulan Oktober, Uni Eropa memesan hingga 400 juta dosis.
Dalam kerja sama dengan The Vaccine Alliance (Gavi), lembaga yang mendistribusikan vaksin yang adil termasuk ke negara berpenghasilan rendah melalui COVAX, J&J juga bersiap menyediakan hingga 500 juta dosis lagi.Dosis itu direncanakan akan didistribusikan hingga tahun 2022 mendatang.
(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dimulai 12 Januari 2022, Segini Prediksi Harga Vaksin Booster
