Apa Itu Seaglider, Fungsi dan Negara yang Mengembangkannya?

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
04 January 2021 18:45
Sebuah benda asing mirip rudal dan terpasang kamera ditemukan oleh seorang nelayan di laut Kepulauan Selayar, Sulsel. Benda itu kini sudah diamankan pihak TNI. (Dok: Istimewa )
Foto: Sebuah benda asing mirip rudal dan terpasang kamera ditemukan oleh seorang nelayan di laut Kepulauan Selayar, Sulsel. Benda itu kini sudah diamankan pihak TNI. (Dok: Istimewa )

Jakarta, CNBC Indonesia - Kendaraan bawah laut yang sebelumnya ditemukan di Pulau Selayar, Sulawesi, yang dikira drone mata-mata China ternyata robot kecil bernama Seaglider. Nama lain autonomous underwater vehicles atau AUV itu memiliki tugas untuk menggambarkan kondisi laut tempat dia diletakkan.

AUV merupakan kendaraan tanpa awak dan akan mengumpulkan berbagai data dari lokasi tempat dia dikirimkan. Robot kecil ini diklaim aman dan berbiaya murah.

Seaglider juga memiliki sejumlah sensor untuk mendukung kerjanya seperti monitor suhu, salinitas, arus serta kondisi laut.

Seaglider memiliki banyak desain, salah satunya seperti torpedo dengan dua sayap pada masing-masing sisinya seperti yang ditemui di perairan Indonesia beberapa waktu lalu.

Memiliki nama Slocum glider, kendaraan ini tidak punya mesin internal namun memiliki pompa untuk mengubah daya apungnya, dikutip National Ocean Service, Senin (4/1/2021).

Saat kendaraan bergerak naik dan turun, siripnya akan mencuat dan memuat gaya angkat agar glider bisa terdorong ke depan.

Kendaraan ini ternyata sudah digunakan di sejumlah negara. Indonesia juga kabarnya mengembangkan teknologi tersebut, namun masih tertinggal jauh dari negara-negara lain.

Departemen Pertahan dan Industri Pertahanan sebelumnya pernah mengonfirmasi tengah membangun UUV atau Unmanned Underwater Vehicles di tanah air. Sebagai informasi, kendaraan yang mampu menyelam hingga 150 mdpl saat ini masih dalam tahap pengembangan standard teknis serta prosedur pengoperasiannya oleh TNI AL, dikutip CNN Indonesia.

Selain itu China juga memiliki drone tersebut, termasuk tiga diantaranya yang ditemukan di perairan Indonesia. Kabarnya Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China (PLAN) mengembangkan glider buatan sendiri dan dibantu oleh Universitas serta pusat penelitian setempat. Namun tak banyak informasi soal UUV PLAN Ini termasuk mengidentifikasi kemampuan dan penggunannya.

Sementara itu Amerika Serikat diklaim jadi yang pertama mengembangkan Seaglider. Pengembangan pada tahun 1957 dilakukan di Laboratorium Fisika Terapan Universitas Washington, kemudian AUV lain juga pernah dibuat Institut Teknologi Massachusetts tahun 1970.

Saat ini AS juga mengembangkan AUV untuk kepentingan Angkatan Laut dan Departemen Keamanan setempat. Kedua lembaga berencana meletakkan sejumlah kendaraan bawah laut itu di perairan Asia Pasifik.

Sama seperti China, Inggris juga cukup tertutup soal Seaglider yang dikembangkan tahun 2010. Kabarnya kendaraan bernama UUV Seafox pernah digunakan di Perang Libya pada 2011.

Selain itu ada juga Norwegia yang sebenarnya sudah tertarik dengan AUV sejak 20 tahun lalu. Namun negara itu sedang dalam tahap membeli empat drone bawah laut dengan nama HUGIN AUV.

Memiliki kemampuan beroperasi hingga 3000 mdpl, kendaraan tersebut kabarnya dilengkapi dengan sensor deteksi pemburu ranjau militer modern.

Sementara itu India juga sedang mengembangkan drone punya negara itu sejak beberapa tahun lalu. Misalnya tahun 2016, prototipe Seaglider sudah berhasil dibuat dan rencananya digunakan untuk operasi militer di laut.

Kabar terbaru adalah pemerintah India sedang melakukan pengembangan teknologi UUV untuk bisa terhubung dengan kapal selam untuk pengawasan.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular