Kapan Pandemi Covid-19 Berakhir di RI? Ini Prediksinya!

Yuni Astutik, CNBC Indonesia
04 December 2020 13:16
Tenaga kesehatan berjalan di kawasan zona merah Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet, Kemayoran Jakarta, 11/9. Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 menyiapkan tower 5 yang direncanakan beroperasi malam ini untuk fasilitas isolasi mandiri bagi  pasien tanpa gejala. 
Kapasitas tower 5, memiliki  32 lantai 886 kamar di kali 2 bed jadi 1772 kamar tower 5. Koordinator Dokter Lapangan Observasi rumah sakit Darurat Wisma Atlet Muhammad Arifin mengatakan Tower 1-7 semua hidup karena pengecekan lampu. Tower 6&7 tidak full namun sudah terisi 70%.  (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet, Kemayoran Jakarta, Jumat (11/9). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Epidemiolog UI, Pandu Riono mengungkapkan sudah bisa memprediksi peningkatan kasus harian Covid-19 yang terjadi setiap harinya, terlebih yang kemarin mencapai rekor bertambah 8.000-an pasien.

"Saya nggak kaget, karena kan pola kenaikannya sudah diprediksi. Kita sudah ingatkan. Ini bisa naik terus sampai tahun depan. Kalau bertambah buruk, ya... kan sesuai," katanya kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Jumat 4/12/2020).

Menurutnya, pemerintah harus melakukan sesuatu agar kasus tidak bertambah buruk. Sebab, apa yang dilakukan selama ini belum terlihat hasilnya, apalagi jika melihat bagaimana efektifitas 3T (testing, tracing dan treatment).

"Kan tracking, tergantung testing. Testing lemah, telat, terbatas. Membuat tracking tak berguna. Padahal surveillance testing, tracing, isolasi harus benar. Isolasi harus dibiayai," katanya.

Pemerintah dalam hal ini menurutnya harus tegas dan melakukan langkah-langkah kebijakan dengan benar untuk memutus rantai penularan. Dia menyayangkan, sudah 9 bulan berlalu namun kasus masih terus meningkat.

"Sudah 9 bulan lho.. Dikasih tau melakukan ini..ini.. tak ada koordinasi antar pemerintah pusat dan pemerintah daerah, datanya kabur, main salah-salahan," tuturnya.

Banyak faktor yang menurutnya menjadi biang kerok kenapa masyarakat masih banyak yang belum patuh dan cenderung abai dengan peraturan. Pertama komunikasi perubahan perilaku yang menurutnya baru jalan.

Menurutnya jika ingin memberikan pesan harus dengan bahasa masyarakat seluruh Indonesia. "Bukan bahasa oleh orang Jakarta. Bahasa lokal," katanya.

Keterlibatan masyarakat dari awal menurutnya agak terlambat. Menurutnya masyarakat juga menjadi garda terdepan karena mereka harus di rumah, jaga jarak, menghindari kerumunan.

"Nah edukasi semacam itu harus masif. Semua sosial media, tokoh masyarakat harus diajak. Yang punya pengaruh banyak jangan dimusuhi. Karena mereka lebih didengarkan dibanding pemimpin daerah. Dibanding bupati, walikota, gubernur," pungkasnya.

Informasi saja, Kasus harian Covid-19 di Indonesia lagi-lagi mencatat rekor, bertambah 8.369 pasien pada Kamis (3/12/2020) pukul 12.00 WIB. Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat total konfirmasi positif di Indonesia menembus 557.877 orang.

Dari total kasus tersebut, sebanyak 462.553 merupakan pasien sembuh, yang bertambah 3.673 orang dibandingkan dengan hari sebelumnya. Sementara itu, jumlah kasus kematian mencapai 17.355 orang, bertambah 156 orang dibandingkan dengan sebelumnya.


(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article WHO Buka-bukaan Kenapa Pandemi Covid-19 Belum Berubah Endemi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular