
Emas Jadi "Receh", Bitcoin Diramal Terbang 1.600% di 2021

Melansir Forbes, Xolali Zigah founder dan chairman Cash Angel, pada bulan Mei lalu menyebutkan agar bitcoin bisa disebut sebagai "emas digital" harus juga memiliki atribut seperti emas yang selama ini dianggap sebagai aset aman (safe haven), kecuali aset berwujud tentunya.
Artribut utama, yakni kelangkaan, baik emas dan bitcoin memiliki supply yang terbatas.
Kemudian ada 3 atribut lainnya. Yang pertama, sebagai alat pembayaran. Emas maupun bitcoin bisa digunakan sebagai alat pembayaran, keduanya bisa ditukarkan dengan barang maupun jasa.
Yang kedua, unit akun, dimana kedua aset ini bisa dipecah-pecah menjadi ukuran lebih kecil. Emas bisa dipecah menjadi setengah ons, seperempat ons, atau dalam gram. Sementara bitcoin bisa dibagi menjadi 1 satoshi, yang merupakan 1/100.000.000 bitcoin.
Yang ketiga, sebagai penyimpan nilai (store of value), yang dikatakan masih menjadi perdebatan apakah bitcoin memilikinya atau tidak. Store of value biasanya menunjukkan aset yang akan diburu saat terjadi gejolak perekonomian karena memiliki nilai intrinsik.
Zigah menyatakan, banyak investor yang skeptis menyatakan bitcoin tidak memiliki nilai intrinsik karena merupakan aset tidak berwujud. Tapi menurut Zigah, nilai intrinsik tidak selalu harus berwujud, bisa juga dilihat dari sisi keamanan yang diberikan.
Ia menyatakan dalam beberapa bulan atau tahun ke depan, akan diketahui apakah bitcoin benar menjadi emas digital atau tidak. Zigah menyakini bitcoin akan menunjukkan sebagai aset store of value.
Memang masih perlu waktu untuk membuktikan apakah bitcoin merupakan emas digital atau bukan. Berkaca dari pergerakannya sejak awal kemunculan, ketika bitcoin terbang tinggi maka akan dipicu kemerosotan tajam dalam waktu singkat.
Namun, menurut CEO Galaxy Digital, Mike Novogratz, kenaikan bitcoin kali ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2017 misalnya, saat mencetak rekor tertiggi sepanjang masa, kemudian malah ambrol nyaris 80% setahun berselang.
Menurut Novogratz saat itu penguatan bitcoin dipicu aksi spekulatif dari investor ritel, sementara saat ini investor institusional mulai masuk ke bitcoin.
"Anda tidak bisa membeli bitcoin di Citibank atau Bank of Amerika, tetapi ahli strategi mereka membicarakan tentang ini. Kita melihat institusi mulai membeli bitcoin, kita melihat investor kaya raya membeli ini, dan diluar negeri mulai diadopsi oleh institusi," kata Novogratz sebagaimana dilansir CNBC International.
Pernyataan Novogratz bisa dikonfirmasi dengan analisis yang dikeluarkan oleh Citibank.
(pap/pap)