
Vaksin Corona Pfizer 90% Ampuh, Ilmuwan : Ada yang Kurang!

Jakarta, CNBC Indonesia - Umat manusia mendapat angin segar dari kabar terbaru pengembangan vaksin virus Corona (Covid-19). Raksasa farmasi asal AS Pfizer yang bekerja sama dengan perusahaan bioteknologi Jerman BioNTech mengumumkan bahwa kandidat vaksin buatannya ampuh menangkal Covid-19.
Hasil tersebut diumumkan semalam. Sehari sebelumnya Komite Pengawas Data (DMC) independen melakukan analisa awal terhadap uji klinis tahap akhir vaksin BNT162b2.
Dalam sebuah press release Pfizer melaporkan ada 94 kasus Covid-19 teridentifikasi dari total 43.538 peserta uji klinis tahap akhir ini. Kasus Covid-19 tersebut ditemukan baik di kelompok peserta yang disuntik vaksin maupun yang berada di kelompok placebo.
Namun perusahaan tidak merinci berapa banyak kasus yang teridentifikasi di masing-masing kelompok. Pfizer hanya menegaskan bahwa tingkat efficacy atau keampuhan kandidat vaksin tersebut berada di atas 90% dalam tujuh hari setelah injeksi dosis kedua.
"Ini adalah hari besar bagi ilmu pengetahuan dan umat manusia. Hasil awal studi klinis tahap 3 vaksin Covid-19 kami menjadi bukti awal bahwa vaksin mampu mencegah Covid-19" kata Dr. Albert Bourla, Chairman dan CEO Pfizer.
Hasil ini disambut positif oleh ahli virologi Icahn School of Medicine di Mount Sinai New York City Florian Krammer yang juga menjadi salah satu peserta uji klinis tersebut. "Kita perlu melihat data akhirnya. Namun itu tak menyurutkan semangat saya, ini sungguh luar biasa" kata Krammer, melansir Nature.
Bahkan dalam kesempatan itu Krammer mengatakan bahwa dirinya berharap masuk ke dalam kelompok peserta yang disuntik vaksin bukan kelompok placebo. Uji coba akan berlanjut hingga total 164 kasus Covid-19 terdeteksi, sehingga perkiraan awal tingkat keefektifan vaksin dapat berubah.
Pfizer menjadi pengembang vaksin Covid-19 pertama yang melaporkan hasil uji klinis tahap tiganya. Padahal ada 9 pengembang vaksin Covid-19 lain yang juga berada di fase yang sama.
Hanya saja para ilmuwan masih menyimpan segudang pertanyaan terkait rilis data awal vaksin Covid-19 yang dikembangkan Pfizer dan BioNTech tersebut. Salah satu hal yang disorot adalah karakteristik dari infeksi yang dapat dicegah dengan vaksin, apakah hanya infeksi yang sifatnya ringan atau sampai yang parah.
Poin kedua yang tidak ada dalam detail analisa awal uji klinis tahap akhir tersebut adalah apakah kandidat vaksin ini mampu mencegah orang tanpa gejala atau gejala ringan dari menyebarkan virus Corona.
Detail lain yang tidak dijabarkan adalah seberapa efektif kandidat vaksin tersebut terhadap berbagai kelompok yang berbeda ketika dalam press rilis Pfizer menyebut 42% dari peserta memiliki ras dan etnis berbeda.
Pertanyaan terakhir yang jadi kunci utama bagi kandidat vaksin tersebut adalah seberapa lama bisa melindungi seseorang dari infeksi patogen ganas yang telah merenggut nyawa lebih dari 1,2 juta orang di planet bumi?
Semua pertanyaan-pertanyaan di atas harus dijawab dengan data dan berbagai pembuktian. Toh ini masih analisa awal dan studi masih akan berlangsung.
Pada akhirnya tingkat efficacy masih bisa turun lagi dan efektivitas di lapangan juga bakal lebih rendah karena bakal disuntikkan ke berbagai orang yang jumlahnya jauh lebih banyak dari peserta uji klinis.
Lagipula kalaupun sudah clear dan mendapat izin dari otoritas kesehatan terkait, pekerjaan rumah dalam hal memproduksi vaksin skala masal dan pendistribusian secara global juga harus diselesaikan sebelum kehidupan bakal normal kembali seperti sediakala.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perbedaan Gejala Omicron di Orang yang Sudah Vaksin & Belum