Pelajaran yang Bisa Kami Petik dari Startup Bangkrut

Roy Franedya, CNBC Indonesia
23 October 2020 11:37
Quibi
Foto: Quibi

Jakarta, CNBC Indonesia - Startup streaming video asal AS Quibi hanya berusia 6 bulan sebelum gulung tikar alias bangkrut. Lantas, apa yang salah dari startup ini.

Pendiri Quibi Jeffrey Katzenberg dan CEO Meg Whitman mengatakan konvergensi menjadi faktor menyebabkan kegagalan layanan video pendek untuk telepon seluler ini.

"Kami memiliki produk baru. Kami meminta orang untuk membayarnya sebelum mereka benar-benar mengerti apa layanan ini. Saya pikir akan ada adopsi yang lebih mudah oleh orang-orang, " ujar Jeffrey Katzenberg, seperti dikutip dari CNBC International, Jumat (23/10/2020).

Ide Quibi dengan layanan video pendek berdurasi di bawah 10 menit pada telepon seluler adalah untuk menarik pengguna berusia mudah yang menginginkan konten saat dalam perjalanan.

Tetapi aplikasi tersebut memulai debutnya hanya beberapa minggu setelah pandemi Covid-19 melanda AS, yang membuat orang tidak melakukan perjalanan dan memilih di rumah saja. Mereka kemudian memilih menghabiskan waktu dengan menonton pesaing Quibi seperti Netflix dan Disney + mengalami lonjakan jumlah penonton.

Infografis: Hai Startup, Ini Tips Agar Dapat Suntikan Dana dari InvestorFoto: Infografis/Hai Startup, Ini Tips Agar Dapat Suntikan Dana dari Investor/Arie Pratama

"Kegagalan ini karena gagasan kami yang kurang sempurna dan lingkungan yang tak mendukung," terangan Jeffrey Katzenberg.

Quibi, menjual layanannya US$ 4,99 per bulan dan memprediksi akan memiliki 7 juta pelanggan pada tahun pertama. Namun dalam enam bulan pelanggannya baru mencapai 500.000 pengguna.

Quibi sebenarnya mendapatkan dukungan investor yang cukup bagus. Sebelum peluncurannya layanan streaming video ini berhasil mengumpulkan dana US$1,75 miliar. Salah satu investornya adalah Disney, Comcast's NBCUniversal dan AT&T's WarnerMedia.

Meg Whitman mengatakan perusahaan memiliki dana setidaknya US$ 350 juta dalam bentuk tunai, tetapi memprediksi akan ada "lebih banyak" dana yang harus kembalikan kepada pemegang saham setelah penurunannya.

"Jelas bahwa untuk alasan apa pun, ini tidak akan sesukses yang kami harapkan," kata Meg Whitman. "Hal terhormat yang harus dilakukan adalah mengembalikan uang kepada pemegang saham ketika kami tahu ini tidak akan jadi bisnis yang berdiri sendiri dan layak di masa mendatang."


(roy/wia) Next Article Kisah Startup yang Gulung Tikar Walau Modal Triliunan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular