
Vaksin AstraZeneca Belum Aman ke Relawan, AS Investigasi

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) telah memperluas penyelidikannya terkait penyakit serius yang dialami relawan saat uji coba vaksin corona (Covid-19) AsreaZeneca Plc dilakukan. Hal ini dimuat Reuters dari tiga narasumber yang mengetahui hal ini.
Uji coba vaksin buatan perusahaan AstraZeneca dan Universitas Oxford itu telah dihentikan di negeri Paman Sam sejak 6 September. Ini dilakukan pasca seorang peserta studi jatuh sakit, diyakini gangguan inflamasi tulang belakang langka yang disebut myelitis transversal, di Inggris.
Bahkan, kemungkinan waktu penundaan uji vaksin ini akan bertambah karena penyelidikan itu. Padahal vaksin AstraZeneca termasuk yang paling maju dalam pengembangan.
Menurut sumber Reuters, data yang diharapkan akan datang pekan ini. FDA akan menganalisisnya.
Sebelumnya, AstraZeneca berkomitmen dengan pemerintah Presiden AS Donald Trump. Di mana negeri itu akan memberi US$ 1,2 miliar untuk mendukung pengembangan vaksin dan mengamankan 300 juta dosis.
Vaksin AstraZeneca sendiri diuji disejumlah negara. Yakni Inggris, Brasil, India dan Afrika Selatan.
"Ini hanya menunjukkan bahwa FDA sedang melakukan pemeriksaan menyeluruh," kata salah satu sumber.
Vaksin AstraZeneca menggunakan adenovirus yang dimodifikasi sebagai vektor untuk mengirimkan materi genetik dengan aman dari penyakit yang ditargetkan, mulai dari flu, SARS, Mers, dan lainnya. Ia masuk ke tubuh untuk merangsang respons sistem kekebalan untuk melawan infeksi yang mungkin terjadi ke depan.
AstraZeneca dan Oxford menggunakan adenovirus pada simpanse. Dalam paparannya Reuters menyebut, vaksin menggunakan adenovirus simpanse yang direkayasa yang disebut ChAdOx1, yang biasa untuk penyakit TBC, kanker prostat, dan influenza.
(sef/sef) Next Article Relawan Sakit Buat Uji Vaksin Covid Setop, Ini Fakta Barunya!
