
Trump Blak-blakan AS Punya Senjata Nuklir Rahasia

Jakarta, CNBC Indonesia - Diam-diam militer di bawah kepemimpinan Presiden Amerika Serikat Donald Trump memiliki senjata nuklir rahasia yang berpotensi tidak diketahui.
Hal ini terungkap ketika Trump melakukan wawancara dengan Bob Woodward, editor rekanan The Washington Post dan jurnalis veteran, untuk buku barunya berjudul "Rage".
Woodward melakukan 18 kali wawancara antara Desember 2019 dan Juli 2020 dengan Trump untuk buku yang akan terbit akhir bulan ini. The Washington Post menerbitkan berbagai detail darinya, bersama dengan audio dari percakapan Woodward dengan Trump, pada Rabu (9/9/2020).
"Saya telah membangun nuklir, sistem senjata yang belum pernah dimiliki siapapun di negara ini sebelumnya. Kami memiliki hal-hal yang belum pernah Anda lihat atau dengar. Kami memiliki hal-hal yang belum pernah didengar [Vladimir] Putin dan Xi [Jinping] sebelumnya. Tidak ada siapapun (yang tahu) apa yang kami miliki luar biasa," kata Trump.
Sayangnya, meskipun Trump berbicara tentang sistem nuklir yang nyata, tidak ada konfirmasi lebih lanjut secara spesifik mengenai hal tersebut.
Selain itu, komentar Trump seperti ini bukan hal baru, ia memiliki kecenderungan untuk menggembar-gemborkan kemampuan militer dan intelijen Amerika yang maju, termasuk secara terbuka membahas topik-topik sensitif, termasuk di depan umum.
Trump juga berbicara tentang kekuatan persenjataan nuklir Amerika, dan upaya di bawah pemerintahannya untuk terus memodernisasi persenjataan itu dalam beberapa kesempatan.
Namun ada kemungkinan bahwa Trump mengacu pada hulu ledak W76-2, menurut publikasi pertahanan Task & Purpose. Senjata itu diumumkan pada Februari 2018 sebagai tambahan yang relatif "berbiaya rendah" untuk persenjataan nuklir AS, dan memiliki daya ledak yang lebih kecil daripada bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki.
Trump dilaporkan membuat komentar tersebut ketika merefleksikan seberapa dekat AS berperang dengan Korea Utara pada tahun 2017, mendekati awal masa kepresidenannya. Ketegangan telah menurun beberapa kali selama sisa masa jabatannya, dan Trump telah bertemu beberapa kali dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un.
Trump tak hanya membicarakan soal nuklir. Ia juga memberi tahu Woodward pada 7 Februari bahwa virus corona "bahkan lebih berat daripada flu yang mematikan," dan memperingatkan bahwa virus itu "menyebar ke udara," tampaknya secara pribadi bertentangan dengan komentar publiknya yang meremehkan virus tersebut.
Dalam wawancara 19 Juni, Trump juga tampaknya menepis pernyataan Woodward bahwa keduanya mungkin tidak memahami "kemarahan dan rasa sakit" yang dirasakan orang kulit hitam Amerika setelah kematian George Floyd karena asuhan mereka yang istimewa.
(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Trump Tetap Ogah Ngetweet Meski Twitter Dibeli Elon Musk