'Perburuan' Vaksin Bisa Memperburuk Pandemi Covid-19?

Lynda Hasibuan, CNBC Indonesia
31 August 2020 17:43
INFOGRAFIS, Pengembangan Vaksin Covid Masih Berlanjut
Foto: Ilustrasi pengembangan vaksin Covid-19 (CNBC Indonesia/Edward Ricardo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Profesor Emeritus Statistik Kedokteran dan Epidemiologi Universitas Oxford Sir Richard Peto menilai 'perburuan' dalam pengembangan vaksin Covid-19 dapat berdampak buruk terhadap pandemi. Demikian disampaikan Peto sebagaimana dilaporkan The Guardian, Senin (31/8/2020).

"Saya pikir ada desakan besar, desakan nasionalis dan kapitalistik juga, untuk menjadi yang pertama benar-benar mendaftarkan vaksin, dan itu sebenarnya akan mempersulit evaluasi vaksin lainnya. Kita memang membutuhkan vaksin yang berhasil dan kita membutuhkan segera, tetapi kita lebih membutuhkan bukti kemanjuran yang kuat," kata Peto.

Seperti diketahui, ada momentum besar ihwal pengembangan vaksin Covid-19 di Inggris yang melibatkan Oxford dan perusahaan AstraZeneca. Saat ini, vaksin racikan Oxford-AstraZeneca sedang menjalani uji klini di negara-negara dengan tingkat infeksi tinggi, seperti Afrika Selatan dan Brasil.


Departemen Kesehatan Inggris pada Jumat (28/8/2020) menyatakan pihaknya berencana mengambil tindakan darurat demi memastikan Inggris dapat melisensikan vaksin tahun ini jika memiliki bukti keamanan dan kemanjuran yang memadai. Hingga 31 Desember, Inggris harus menunggu Badan Obat Eropa untuk menyetujui vaksin. Tahun depan, pasca-Brexit, Inggris akan melisensikan vaksin dan obat-obatan sendiri.


Dalam dokumen konsultasi tentang perubahan undang-undang, pemerintah mengatakan Komite Bersama Inggris untuk Vaksin dan Imunisasi (JCVI) akan bertanggung jawab untuk merekomendasikan vaksin yang akan memperoleh perizinan. Komite itu diketuai oleh Andrew Pollard, direktur Oxford Vaccine Group, yang mengatakan mereka mungkin memiliki data untuk diberikan kepada regulator sebelum akhir tahun.

Peto, yang juga anggota Kelompok Pakar Uji Coba Vaksin Solidaritas WHO bersama ilmuwan terkemuka di seluruh dunia, memberikan saran tentang pembentukan uji coba WHO untuk membandingkan kandidat vaksin yang berbeda.


Kelompok itu mengatakan dalam jurnal medis Lancet minggu lalu bahwa vaksin yang buruk akan lebih buruk daripada tidak ada vaksin. Ini setidaknya karena orang yang memilikinya akan menganggap mereka tidak lagi berisiko dan menghentikan jarak sosial.


"Penyebaran vaksin yang sangat efektif sebenarnya dapat memperburuk pandemi Covid-19 jika pihak berwenang salah berasumsi bahwa hal itu menyebabkan penurunan risiko yang substansial, atau jika individu yang divaksinasi percaya bahwa mereka kebal, sehingga mengurangi penerapan, atau kepatuhan terhadap protokol Covid-19," tulis kelompok itu.

Sampai dengan saat ini, kasus konfirmasi positif Covid-19 sudah menembus 25 juta atau tepatnya 25.413.610 menurut Worldometers. Dari jumlah itu, sebanyak 17.723.301 sembuh dan sebanyak 851.079.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sering Disepelekan, Covid-19 Omicron Berbahaya Bagi Orang Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular