
Teten Kecewa Banyak UMKM Masih Belum Go Digital, Kenapa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Para pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) terdampak pandemi Covid-19. Pasalnya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) demi mencegah menyebarnya virus membuat daya beli masyarakat pada produk-produk UMKM menurun.
Demi mendorong penjualan produk tetap tinggi di masa pandemi ini, pelaku UMKM harus putar otak, menjual produknya melalui platform digital. Sayangnya saat ini belum banyak UMKM yang beranjak dari penjualan secara konvensional ke cara digital. Hal ini disampaikan langsung oleh Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki. Ia menyebut saat ini baru sekitar 13% atau 8 juta UMKM yang masuk ke ekosistem digital.
Sampai akhir tahun ini ditargetkan sebanyak 10 juta UMKM terhubung dengan ekosistem digital. Optimalisasi digital disebut menjadi langkah untuk memastikan roda ekonomi tetap berputar.
"UMKM produktif kunci pemulihan ekonomi," ujar Teten saat menjadi pembicara acara High Impact Seminar dan Kick Off Program BI dalam GerNas Bangga Buatan Indonesia dengan tema "Mewujudkan UMKM sebagai Kekuatan Baru Perekonomian Nasional: Sinergi Program Transformasi UMKM Memasuki Ekosistem Digital" secara virtual, Minggu (30/8/2020).
Lebih lanjut, Teten mengatakan berdasarkan data dari McKinsey per Juli disebutkan kenaikan penjualan e-commerce naik sebesar 26% atau mencapai 3,1 juta transaksi. Ia menyayangkan capaian yang baru 8 juta UMKM yang mulai masuk ke platform digital.
"Pemerintah mendata baru 8 juta. Baru sedikit. Tantangan kita digitalisasi UMKM bukan sekedar hadir dalam platform. Isu sustainability patut menjadi perhatian. UMKM tak hanya harus bertahan dan harus jadi kompetitif pasar lokal dan global," kata Teten.
Lebih lanjut, eks Kepala Kantor Staf Presiden itu mengatakan dampak dari pandemi Covid-19 ini membuat perilaku masyarakat dalam belanja berubah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Danareksa, makan di luar dan travelling menjadi kategori barang dan jasa konsumsi yang dikurangi selama pandemi. Padahal sebelumnya, travelling dan kuliner adalah yang paling tinggi. Konsumsi masyarakat beralih ke kebutuhan primer hingga 52,6%. Keperluan sekolah naik 34% dan perawatan pribadi naik 29,1%.
"Hal tersebut di atas menjadi indikasi pandemi juga berdampak signifikan bagi pelaku UMKM baik supply and demand. Pandemi ini, UMKM dihadapkan kondisi menyulitkan terjadinya aktivitas di luar rumah," tuturnya.
Pentingnya UMKM untuk masuk ke platform digital juga disampaikan oleh Menteri Perdagangan Agus Suparmanto. Menurut Agus, pandemi membuat banyak hal-hal produktif menjadi berbasis mobile. Hal itu berdampak pada UMKM ke akses pemasaran.
Ia menyebut beberapa tantangan pandemi Covid-19 terhadap ekonomi global nasional adalah pola perdagangan global. Kerja sama perdagangan internasional tidak efektif akibat lockdown di beberapa negara untuk mencegah Covid-19.
"Kemudian ancaman resesi global. Perubahan pola konsumsi selama pandemi ada perubahan di mana terjadi peningkatakan belanja online serta daya beli masyarakat melemah karena banyaknya pemutusan hubungan kerja, serta terhentinya aktivitas UMKM akibat pandemi," kata Agus dalam acara yang sama.
Menurut Agus, UMKM sebagai salah satu sektor yang dapat dioptimalkan untuk kinerja ekspor. UMKM memiliki peran penting terhadap perekonomian nasional karena menyerap begitu banyak tenaga kerja.
"Kemendag telah menyiapkan langkah strategis untuk UMKM go global. Langkah-langkah ini termasuk sinergi pemda, asosiasi, komunitas, platform e-commerce untuk meningkatkan kemampuan daya saing UMKM," ujar Agus.
(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Putri Tanjung & Teten Masduki Berburu Pahlawan Digital UMKM