
Perangi Covid-19, Ketua Satgas: Jumlah Dokter Kian Menipis

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Doni Monardo mengatakan bahwa masyarakat tetap harus menjaga protokol kesehatan. Pasalnya, jumlah dokter yang bertugas saat ini dinilai masih kekurangan. Penambahan kasus Covid-19 dari hari ke hari dinilai tidak diimbangi oleh tenaga medis yang memadai.
"Kita tidak hanya bisa bersandar kepada medis karena segala keterbatasan yang kita miliki, bahwa dokter kita kurang dari 200 ribu orang, dokter spesialis kita kurang dari 36 ribu orang, dan dokter paru kita kurang dari 2000 orang. kalau kita hanya mengandalkan medis maka kita sayang kepada dokter-dokter kita akan kehabisan tenaga waktu dan energi, dan pada akhirnya dokter kelelahan, imunitas nya berkurang dan dampaknya bisa mengakibatkan hal yang fatal," sebut Doni di Menara Kadin, Senin (10/8).
Kesadaran masyarakat akan bahaya Covid-19 bukan berarti belum dikampanyekan. Hingga kini, cara itu sudah dilakukan, namun nyatanya kepeduliaan yang ada cenderung menurun. Doni pun mencontohkan bagaimana virus sejenis sudah pernah ada di Indonesia dan bisa diselesaikan dengan cara penanganan sosial, yakni melalui wayang.
"Haruslah berdasarkan kearifan lokal. kami mencoba untuk menyampaikan pesan ini kepada banyak pihak, memilih orang-orang yang tepat, memilih orang-orang yang bisa dipatuhi oleh masyarakat sebagaimana yang sudah disampaikan dan diperintahkan bapak presiden yaitu melalui tim penggerak PKK. kenapa penting? karena sebagian besar masyarakat kita itu sangat patuh kepada orangtua terutama ibu-ibu," jelas Doni.
Selain melibatkan tim PKK, Doni mengklaim juga melibatkan para ulama baik di tingkat nasional maupun di tingkat daerah. demikian juga pendekatan kepada antropolog, sosiolog, dan juga psikolog.
"Seluruh jaringan yang kita miliki harus kira kerahkan. serangan di udara dan juga serangan di darat harus betul-betul secara masif dilakukan," sebutnya.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article WHO Buka-bukaan Kenapa Pandemi Covid-19 Belum Berubah Endemi