Internasional

Obat Corona Remdesivir Diborong AS, Nasib Negara Lain Gimana?

Lynda Hasibuan, CNBC Indonesia
02 July 2020 12:15
Gilead Sciences headquarters are seen on Thursday, April 30, 2020, in Foster City, Calif. White House health advisor Dr. Anthony Fauci said Wednesday, April 29 that data from a coronavirus drug trial testing Gilead Sciences' antiviral drug remdesivir showed
Foto: Gilead (AP/Ben Margot)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan bahwa minggu ini mereka telah membeli 92% remdesivir dari semua yang diproduksi Gilead Science. AS memborong 500.000 perawatan dari hampir 550.000 hingga September nanti.

Negara itu mengatakan, aksi ini dilakukan karena perawatan Covid-19 setidaknya membutuhkan rata-rata 6,25 botol. Remdesivir sendiri merupakan obat pertama yang diklaim membantu pasien penderita Covid-19 untuk pulih lebih cepat.

"Presiden Donald Trump telah mencapai kesepakatan luar biasa untuk memastikan orang Amerika memiliki akses ke terapi terotorisasi pertama untuk COVID-19 ini," kata Sekretaris Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Alex Azar dikutip dari CNA, Kamis (2/7/2020).

Gilead telah menetapkan harga obat ini sebesar US$ 2.340 (Rp 38 juta) untuk enam botol yang digunakan selama lima hari normal. Harga per botol diperkirakan US$ 520 (Rp 7 juta).

Pembelian ini menimbulkan kekhawatiran tentang kekurangan suplai di seluruh dunia. Namun setidaknya dua negara Eropa menenangkan kekhawatiran ini.

"Inggris telah menggunakan remdesivir untuk beberapa waktu, pertama dalam uji coba dan sekarang dalam skema akses awal ke obat-obatan. Inggris saat ini memiliki stok yang cukup," kata Juru Bicara Perdana Menteri Inggris dikutip dari laman yang sama.

Di Jerman, seorang juru bicara kementerian kesehatan juga mengatakan pemerintah telah mengamankan stok remdesivir sejak dini untuk perawatan pasien corona. Ia berujar ada cadangan yang cukup.

Remdesivir sebenarnya tidak hanya akan diproduksi oleh pabrik Gilead di AS saja, tetapi mitra lain di Amerika Utara, Eropa dan Asia. Ini penting untuk meningkatkan pasokan.

Laboratorium Gilead telah memberikan lisensi bebas-royalti kepada sembilan produsen obat generik di India, Pakistan dan Mesir. Mereka akan memiliki hak untuk mendistribusikan versi remdesivir mereka di 127 negara berkembang.

Di negara lain, akses ke remdesivir akan diprioritaskan terlebih dahulu sesuai dengan persetujuan dari ototitas. Termasuk tingkat keparahan penyakit pasien.

Sejumlah kekhawatiran muncul karena pemblokiran obat yang dilakukan. Para ahli mengatakan bahwa produksi di seluruh dunia harus meningkat untuk memenuhi permintaan.

Matthew Kavanagh, pakar hukum kesehatan di Universitas Georgetown, mengatakan bahwa negara-negara di seluruh dunia harus segera mengumumkan kampanye terkoordinasi soal lisensi wajib mengenai hal ini. Sehingga perusahaan pencetusnya dapat memperoleh royalti tetapi mereka tidak dapat memblokirnya.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Obat Corona Gilead: Dipuja AS, Gagal Diuji China

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular