Bukti Nyata Startup RI Masih Menarik di Mata Investor Global

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
03 June 2020 12:38
Dok: Gojek
Foto: Dok: Gojek
Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah merebaknya pandemi corona (Covid-19) di dalam dan luar negeri, nyatanya startup -startup Indonesia masih dilirik investor. Hal ini mengindikasikan bahwa berinvestasi di perusahaan rintisan Tanah Air tergolong menjanjikan.

Memasuki bulan Mei, wabah corona masih merebak di Tanah Air. Namun seiring dengan pelonggaran lockdown di berbagai negara di dunia menyongsong era baru (new normal), Indonesia juga tengah mengambil ancang-ancang untuk memacu perekonomiannya lebih kencang.

Selama wabah menjangkiti berbagai wilayah di Tanah Air, sektor bisnis menjadi terpuruk. Sektor transportasi dan pariwisata menjadi yang paling terpuruk karena terpukul dari awal. Namun di tengah keterpurukan tersebut, salah satu perusahaan rintisan RI yang awalnya bergerak di sektor transportasi yakni Gojek justru mendapat berkah.

Sah! hari ini Rabu (3/6/2020) Gojek mengumumkan Facebook dan Paypal resmi menjadi investor dalam putaran penggalangan dana Seri F. Sebagai informasi, dana yang dikumpulkan dalam putaran pendanaan Seri F ini sudah mencapai US$ 3 miliar atau nyaris setara dengan Rp 45 triliun dengan asumsi kurs Rp 15.000/US$.


Mengutip Bloomberg, ini menjadi investasi pertama Facebook di perusahaan RI.  Masuknya Facebook sebagai investor Gojek ternyata memiliki rencana besar yang melibatkan WhatsApp. 

Chief Operating Officer WhatsApp Matt Idema mengatakan investasi di Gojek ini merupakan komitmen Facebook untuk melayani bisnis kecil dan membantu membawa mereka dan pelanggan mereka ke dalam ekonomi digital.

"Investasi ini akan mendukung tujuan bersama Facebook dan Gojek untuk memberdayakan bisnis dan mendorong inklusi keuangan di seluruh nusantara," jelas Matt Idema.

Tak hanya Gojek saja yang dapat suntikan dana dari investor di tengah pandemi corona, sebelumnya pada 12 Mei lalu startup yang bergerak di bidang F&B yakni Kopi Kenangan juga merasakan manisnya guyuran dana dari investor. 

Kopi Kenangan berhasil mendapatkan suntikan modal sebesar US$ 109 juta (Rp 1,64 triliun) dalam putaran pendanaan Seri B yang dipimpin oleh Sequoia Capital. Ada juga beberapa investor baru yang bergabung dalam pendanaan seri B ini. Yakni, B Capital, Horizons Ventures, Verlinvest, Kunlun dan Sofina. Alpha JWC juga bergabung dalam pendanaan ini.

Pandemi corona memang tidak hanya membawa disrupsi, tetapi juga membawa opportunity. Banyak negara yang memilih langkah ekstrem seperti lockdown untuk menekan angka pertambahan kasus. 

Orang-orang diminta untuk tetap tinggal di rumah. Itu artinya bekerja, belajar dan beribadah dari rumah. Pembatasan sosial ini menimbulkan konsekuensi yang besar terhadap perekonomian.

Namun di sisi lain, pembatasan sosial menuntut adanya fleksibilitas dalam melakukan berbagai aktivitas. Perilaku konsumen pun berubah. Adopsi teknologi digital dalam berbelanja pun semakin marak.

Perusahaan-perusahaan yang berinvestasi dalam pengembangan teknologi digital maupun startup yang model bisnisnya mengandalkan teknologi digital mendapat untung dari fenomena ini. 

Ini menjadi salah satu faktor yang membuat investor semakin gencar menggelontorkan dananya untuk startup-startup dalam negeri. Pasalnya ke depan agenda transformasi digital akan menjadi prioritas utama sektor bisnis demi mewujudkan ketahanan usaha pasca pandemi.

Selain faktor tersebut ada beberapa alasan lain mengapa para pemilik modal begitu gemar menanamkan uangnya ke perusahaan rintisan RI. 

Populasi yang besar dengan lebih dari 265 juta penduduk membuat Indonesia menjadi pasar yang menarik. Di tambah populasi middle class yang terus tumbuh membuat Indonesia makin seksi di mata investor, terlepas dari pandemi corona jelas memicu penurunan daya beli masyarakat dalam negeri.

Adopsi teknologi digital oleh konsumen Indonesia juga jadi pertimbangan investor. Pada 2019 saja, survei yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJI) menunjukkan bahwa penetrasi pengguna internet di Tanah Air mencapai 171 juta atau setara dengan 64,8% dari total populasi RI. 

Jika ditambah dengan penetrasi pengguna ponsel cerdas yang juga terus tumbuh telah membuat masyarakat Indonesia menjadi generasi yang mobile first. Dampaknya sangat jelas terasa. Walau ekonomi digital sumbangsihnya masih di bawah 5% terhadap PDB RI, tetapi laju pertumbuhannya sangat signifikan. 

Mengutip laporan e-Conomy SEA 2019 hasil studi Google, Temasek dan Bain & Company, ekonomi digital Indonesia tumbuh 49% per tahun sejak 2015-2019. Alasan-alasan ini lah yang membuat Indonesia menjadi ladang yang seksi di mata investor. 

Jika melihat tren yang terjadi dan model bisnis startup yang dilirik, investor punya rencana besar terhadap investasinya. Saat ini investor dan startup di Tanah Air tengah berupaya untuk membangun ekosistem digital yang holistik yang tidak hanya membawa disrupsi terhadap model bisnis konvensional tetapi juga membawa perubahan yang signifikan (greater good).


TIM RISET CNBC INDONESIA

 

(twg/roy) Next Article Ini Alasan WhatsApp Batal Disusupi Iklan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular