Lebih Aman Transaksi Digital Pakai PIN atau Sidik Jari?

Yuni Astutik, CNBC Indonesia
19 May 2020 20:25
Dirut BRI Indra utoyo
Foto: CNBC Indonesia/Fitri Said
Jakarta, CNBC Indonesia - Transaksi perbankan digital meroket sejak pandemi corona melanda negeri ini. Namun di tengah kenyamanan penggunaan jasa perbankan ini, masih ada yang mempertanyakan sisi keamanannya.

Meskipun transaksi digital kini menjadi cara untuk bertransaksi perbankan yang aman dan terhindar dari virus. Aman karena tak perlu keluar rumah, hingga kemungkinan bersentuhan langsung dengan orang lain di mesin ATM.

Direktur Digital dan Teknologi Informasi Bank BRI (BBRI) Indra Utoyo mengatakan meski aman dari karena tak perlu keluar rumah, namun ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan transaksi perbankan melalui mobile banking dan internet banking.

"Di era digital harus punya kesadaran baru. Bahkan kepada petugas perbankan, kalau terima SMS, jangan berikan ini kepada siapapun. Karena itulah benteng yang ada supaya bisa menjaga tidak sampai kena penipuan atau fraud," katanya kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Selasa (19/5/2020).



Sementara itu, saat ini pengguna akun perbankan bisa dengan mudahnya menggunakan sidik jari hingga Personal Identification Number (PIN) untuk log in ke akun perbankan. Dia menjelaskan terkait segi keamanan mana yang lebih aman dalam mengakses akun bank digital?

"Biometrik akan sangat unik, tak bisa di copy, misal dicuri ponsel, dia (hacker) tak punya sidik jari kita. Itu relatif (biometrik) akan lebih sulit. Identitasnya akan lebih sulit," ujarnya.

Berbeda dengan password hingga PIN, yang mana menurutnya kombinasi dari deretan angka atau huruf masih bisa ditemukan. Bahkan, menurutnya ada mesin yang digunakan untuk menebak password.

"Ada. Tapi kan waktunya cukup atau tidak. Tapi ini perlu waktu," ujarnya lagi.

Sebagai informasi, Bank BRI mencatat transaksi internet banking, khusus untuk BRI mobile banking alias BRIMo meningkat 31% selama pandemi corona virus.

"Internet banking dari Maret-April naik 31%. Itu baru satu bulan," katanya.

Adapun peningkatan transaksi sejak Januari hingga saat ini peningkatannya mencapai 60%. Hal ini dikarenakan kebijakan untuk tetap di rumah mengharuskan setiap orang beralih menggunakan sistem pembayaran berbasis digital, menghindari penggunaan ATM dan lainnya."Kelihatan sekali orang bergeser, menggunakan digital," pungkasnya.


(gus/gus) Next Article Seng Ada Lawan, Transaksi Digital BRI Tumbuh Double di Mei

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular