
Efek Covid-19
Nyaris Tumbang! Airy Room Resmi Tutup 31 Mei
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
16 May 2020 06:00

Jakarta, CNBC Indonesia - Airy Rooms jadi korban terbaru dari dampak pandemi virus corona (Covid-19) di Indonesia. Startup pemesan penginapan ini mengumumkan penghentian semua operasional termasuk kemitraan dengan properti di Indonesia pada 31 Mei 2020.
Setelah 31 Mei 2020, segala jenis transaksi pembelian serta pemesanan akomodasi dan tiket pesawat tidak dapat dilakukan lagi melalui platform Airy (situs www.airyrooms.com dan aplikasi Airy) serta Online Travel Agent (OTA) yang bermitra dengan Airy.
CEO Airy Rooms Indonesia Louis Alfonso Kodoatie mengatakan penghentian semua kegiatan operasional Airy merupakan keputusan yang sulit, namun terpaksa diambil oleh manajemen.
"Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan banyak hal, termasuk kondisi pasar yang nyaris tumbang akibat pandemi Covid-19 serta tantangan ekonomi yang sangat berat. Tentunya kami sangat menyesal akan keputusan ini," ujarnya dalam keterangan pers, Jumat (15/5/2020).
"Berbagai upaya telah dilakukan untuk memastikan perusahaan dapat bertahan selama masa pandemi ini. Namun, situasi pandemi Covid-19 yang tidak dapat diprediksi mengharuskan manajemen untuk menerapkan langkah-langkah penting dan mengambil keputusan yang sangat sulit ini", ungkap Alfonso.
Dia mengatakan saat ini, prioritas utama Airy, adalah memastikan kelancaran proses pengembalian dana pengguna serta penghentian kemitraan dengan mitra setia Airy.
Terkait pengguna yang terkena dampak penghentian operasional, Manajemen Airy akan membantu pengguna tersebut melalui pengajuan pengembalian dana pemesanan akomodasi dan atau tiket pesawat untuk periode inap dan terbang pada atau setelah tanggal 31 Mei 2020.
Pengguna dapat menghubungi layanan pelanggan Airy di [email protected]. Manajemen Airy akan melayani proses pengembalian dana pengguna ini hingga selesai.
Selain pengguna dan mitra properti, keputusan penghentian kegiatan operasional ini pun turut berimbas pada komitmen Airy dalam mendukung program pemerintah guna meningkatkan pariwisata di Indonesia.
"Dengan berat hati, kondisi ini memaksa kami untuk menarik diri dari beberapa program yang telah dan sedang kami jalani bersama instansi pemerintah. Kami berharap dan percaya bahwa sektor pariwisata di Indonesia akan bangkit kembali, dan kami senantiasa memberikan dukungan moral yang berkelanjutan terhadap industri pariwisata di Indonesia," imbuh Alfonso.
Penghentian operasional Airy Rooms menambah daftar kegagalan startup. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira Adhinegara, menyebut, fenomena semacam ini merupakan 'seleksi alam' bagi para perusahaan rintisan atau startup.
Dia menilai, model pengelolaan startup seperti Airy Rooms ini sudah banyak terbukti tak berkelanjutan atau sustainable. Menurutnya terlalu banyak ekspansi yang begitu besar dengan mengandalkan modal asing.
"Sehingga kalau kita melihat memang model-model startup yang seperti ini ya nggak sustainable. Sekali ada shock, kemudian kesulitan mencari pendanaan, akhirnya kelimpungan," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Jumat (15/5/20).
Tekanan ekonomi yang disebabkan pandemi Covid-19, membuat 'seleksi alam' seolah kian gencar. Seleksi ini bisa terjadi jika memang startup tak memiliki pendanaan yang kokoh.
"Jadi memang ada beberapa startup yang pendanaannya nggak kuat, di tengah kondisi sekarang ya seleksi alam," tandasnya.
Fenomena tumbangnya startup di masa pandemi, menurutnya harus jadi pembelajaran bagi para pelaku. Dia menegaskan bahwa perekonomian dunia sangat dinamis.
"Jadi ekonomi ini sangat dinamis, ekonomi ini tidak selalu trennya meningkat. Tidak sama seperti proposal-proposal para founder startup yang yang mengasumsikan pertumbuhan ekonomi terus meningkat setiap tahunnya," urainya.
Karena itu, dia merekomendasikan agar para pelaku bisnis startup harus lebih realistis lagi. Ekspansi boleh, lanjutnya, tapi ekspansi yang dilakukan harus secara hati-hati.
Jika tidak, maka akan menciptakan gelembung yang merugikan banyak orang. Apalagi, dia mencatat, sejauh ini pada banyak sekali hotel-hotel kecil bermunculan pada periode 2017-2019 yang mengandalkan model-model platform seperti Airy.
"Efek dari Airy ini akan berpengaruh juga terhadap tenaga kerja, kemudian pemilik hotel-hotel kecil di seluruh Indonesia yang tergabung dalam jaringannya Airy," ungkap Bhima.
"Jadi ini efeknya juga nggak main-main. memang sektor yang paling terdampak sekarang adalah di pariwisata dan saya juga dengar Traveloka juga banyak melakukan PHK juga bahkan di level eksekutif. Ini jadi pelajaran yang gak sustainable begini efeknya juga merepotkan," bebernya.
(miq/miq) Next Article Resmi! Airy Rooms Setop Beroperasi di RI 31 Mei 2020
Setelah 31 Mei 2020, segala jenis transaksi pembelian serta pemesanan akomodasi dan tiket pesawat tidak dapat dilakukan lagi melalui platform Airy (situs www.airyrooms.com dan aplikasi Airy) serta Online Travel Agent (OTA) yang bermitra dengan Airy.
CEO Airy Rooms Indonesia Louis Alfonso Kodoatie mengatakan penghentian semua kegiatan operasional Airy merupakan keputusan yang sulit, namun terpaksa diambil oleh manajemen.
"Berbagai upaya telah dilakukan untuk memastikan perusahaan dapat bertahan selama masa pandemi ini. Namun, situasi pandemi Covid-19 yang tidak dapat diprediksi mengharuskan manajemen untuk menerapkan langkah-langkah penting dan mengambil keputusan yang sangat sulit ini", ungkap Alfonso.
Dia mengatakan saat ini, prioritas utama Airy, adalah memastikan kelancaran proses pengembalian dana pengguna serta penghentian kemitraan dengan mitra setia Airy.
Terkait pengguna yang terkena dampak penghentian operasional, Manajemen Airy akan membantu pengguna tersebut melalui pengajuan pengembalian dana pemesanan akomodasi dan atau tiket pesawat untuk periode inap dan terbang pada atau setelah tanggal 31 Mei 2020.
Pengguna dapat menghubungi layanan pelanggan Airy di [email protected]. Manajemen Airy akan melayani proses pengembalian dana pengguna ini hingga selesai.
Selain pengguna dan mitra properti, keputusan penghentian kegiatan operasional ini pun turut berimbas pada komitmen Airy dalam mendukung program pemerintah guna meningkatkan pariwisata di Indonesia.
"Dengan berat hati, kondisi ini memaksa kami untuk menarik diri dari beberapa program yang telah dan sedang kami jalani bersama instansi pemerintah. Kami berharap dan percaya bahwa sektor pariwisata di Indonesia akan bangkit kembali, dan kami senantiasa memberikan dukungan moral yang berkelanjutan terhadap industri pariwisata di Indonesia," imbuh Alfonso.
Penghentian operasional Airy Rooms menambah daftar kegagalan startup. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira Adhinegara, menyebut, fenomena semacam ini merupakan 'seleksi alam' bagi para perusahaan rintisan atau startup.
Dia menilai, model pengelolaan startup seperti Airy Rooms ini sudah banyak terbukti tak berkelanjutan atau sustainable. Menurutnya terlalu banyak ekspansi yang begitu besar dengan mengandalkan modal asing.
"Sehingga kalau kita melihat memang model-model startup yang seperti ini ya nggak sustainable. Sekali ada shock, kemudian kesulitan mencari pendanaan, akhirnya kelimpungan," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Jumat (15/5/20).
Tekanan ekonomi yang disebabkan pandemi Covid-19, membuat 'seleksi alam' seolah kian gencar. Seleksi ini bisa terjadi jika memang startup tak memiliki pendanaan yang kokoh.
"Jadi memang ada beberapa startup yang pendanaannya nggak kuat, di tengah kondisi sekarang ya seleksi alam," tandasnya.
Fenomena tumbangnya startup di masa pandemi, menurutnya harus jadi pembelajaran bagi para pelaku. Dia menegaskan bahwa perekonomian dunia sangat dinamis.
"Jadi ekonomi ini sangat dinamis, ekonomi ini tidak selalu trennya meningkat. Tidak sama seperti proposal-proposal para founder startup yang yang mengasumsikan pertumbuhan ekonomi terus meningkat setiap tahunnya," urainya.
Karena itu, dia merekomendasikan agar para pelaku bisnis startup harus lebih realistis lagi. Ekspansi boleh, lanjutnya, tapi ekspansi yang dilakukan harus secara hati-hati.
Jika tidak, maka akan menciptakan gelembung yang merugikan banyak orang. Apalagi, dia mencatat, sejauh ini pada banyak sekali hotel-hotel kecil bermunculan pada periode 2017-2019 yang mengandalkan model-model platform seperti Airy.
"Efek dari Airy ini akan berpengaruh juga terhadap tenaga kerja, kemudian pemilik hotel-hotel kecil di seluruh Indonesia yang tergabung dalam jaringannya Airy," ungkap Bhima.
"Jadi ini efeknya juga nggak main-main. memang sektor yang paling terdampak sekarang adalah di pariwisata dan saya juga dengar Traveloka juga banyak melakukan PHK juga bahkan di level eksekutif. Ini jadi pelajaran yang gak sustainable begini efeknya juga merepotkan," bebernya.
(miq/miq) Next Article Resmi! Airy Rooms Setop Beroperasi di RI 31 Mei 2020
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular