
Soal Vaksin Corona, Trump Kalahkan Xi Jinping?
Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
03 May 2020 07:37

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang menemukan vaksin corona Covid-19 kini sedang berlangsung antara China dan Amerika Serikat. Kedua negara ini berlomba secepat mungkin untuk menemukan obat corona.
Badan Pengawasan Makanan dan Obat (BPOM) AS, FDA, memberikan izin penggunaan darurat remdesivir dari Gilead Science untuk mengobati corona. Remdesivir, obat yang awalnya digunakan untuk mengobati Ebola. Antivirus ini bekerja dengan menyerang enzim yang dibutuhkan virus untuk bereplikasi.
Tak hanya mematikan mengobati, Remdesivir diklaim juga dapat mempersingkat durasi gejala Covid-19 menjadi 11 hari dari sebelumnya 15 hari. Uji coba dilakukan Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (NIAID) AS.
Dalam uji coba ini ditemukan bahwa 50% pasien yang diobati dengan remdesivir menggunakan dosis selama lima hari bisa ke luar dari rumah sakit dalam dua minggu.
"Data menunjukkan remdesivir memiliki dampak positif yang jelas dan signifikan dalam mengurangi waktu pemulihan," Anthony Fauci, Penasehat Kesehatan White House, seperti dilansir dari AFP, Minggu (3/5/2020).
Adapun China sudah memiliki empat calon vaksin Corona. Keempatnya sudah memasuki tahap uji klinis dan diujikan ke manusia. Pertama, vaksin milik CanSino Biological In dan Beijing Institute yang sudah melakukan uji fase kedua.
Kedua, vaksin buatan Beijing Institute of Biological Products dan Wuhan Institute of Biological Product yang melakukan uji fase pertama. Ketiga, vaksin buatan Sinavac juga sedang ujicoba fase pertama. Keempat, vaksin buatan China National Biotec Group yang sedang ujicoba fase pertama.
Gao Fu, direktur jenderal Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit China, mengatakan bahwa China berharap vaksin pertama dari negara tirai bambu ini dapat siap dalam kurun waktu kurang dari lima bulan atau sekitar bulan September mendatang.
"Mungkin pada bulan September, kita memiliki vaksin yang akan digunakan untuk keadaan darurat. Misalnya, jika kita mengalami wabah darurat lagi," ujar Gao, menambahkan bahwa 'vaksin darurat', yang akan berada dalam fase kedua atau ketiga uji klinis, dapat digunakan pada pekerja medis sebelum populasi umum.
"Menurut saya, mungkin kita akan mendapatkan vaksin untuk orang sehat pada awal tahun depan," lanjutnya, seperti dikutip dari Daily Mail.
(roy/roy) Next Article Merasa Beruntung Belum Kena Covid? Bisa Jadi ini Penyebabnya
Badan Pengawasan Makanan dan Obat (BPOM) AS, FDA, memberikan izin penggunaan darurat remdesivir dari Gilead Science untuk mengobati corona. Remdesivir, obat yang awalnya digunakan untuk mengobati Ebola. Antivirus ini bekerja dengan menyerang enzim yang dibutuhkan virus untuk bereplikasi.
Tak hanya mematikan mengobati, Remdesivir diklaim juga dapat mempersingkat durasi gejala Covid-19 menjadi 11 hari dari sebelumnya 15 hari. Uji coba dilakukan Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (NIAID) AS.
"Data menunjukkan remdesivir memiliki dampak positif yang jelas dan signifikan dalam mengurangi waktu pemulihan," Anthony Fauci, Penasehat Kesehatan White House, seperti dilansir dari AFP, Minggu (3/5/2020).
Adapun China sudah memiliki empat calon vaksin Corona. Keempatnya sudah memasuki tahap uji klinis dan diujikan ke manusia. Pertama, vaksin milik CanSino Biological In dan Beijing Institute yang sudah melakukan uji fase kedua.
Kedua, vaksin buatan Beijing Institute of Biological Products dan Wuhan Institute of Biological Product yang melakukan uji fase pertama. Ketiga, vaksin buatan Sinavac juga sedang ujicoba fase pertama. Keempat, vaksin buatan China National Biotec Group yang sedang ujicoba fase pertama.
Gao Fu, direktur jenderal Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit China, mengatakan bahwa China berharap vaksin pertama dari negara tirai bambu ini dapat siap dalam kurun waktu kurang dari lima bulan atau sekitar bulan September mendatang.
"Mungkin pada bulan September, kita memiliki vaksin yang akan digunakan untuk keadaan darurat. Misalnya, jika kita mengalami wabah darurat lagi," ujar Gao, menambahkan bahwa 'vaksin darurat', yang akan berada dalam fase kedua atau ketiga uji klinis, dapat digunakan pada pekerja medis sebelum populasi umum.
"Menurut saya, mungkin kita akan mendapatkan vaksin untuk orang sehat pada awal tahun depan," lanjutnya, seperti dikutip dari Daily Mail.
(roy/roy) Next Article Merasa Beruntung Belum Kena Covid? Bisa Jadi ini Penyebabnya
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular