Kata KPPU Soal Kabar Rencana Merger Grab & Gojek di Indonesia

Arif Budiansyah, CNBC Indonesia
10 March 2020 16:09
Isu soal merger raksasa ride hailing Asia Tenggara Grab dan Gojek masih terus bergulir. Dikabarkan kini SoftBank dalam tahap melobimerealisasikan hal tersebut.
Foto: Detik
Jakarta, CNBC Indonesia - Isu soal merger raksasa ride hailing Asia Tenggara Grab dan Gojek masih terus bergulir. Dikabarkan kini pihak SoftBank masih dalam tahap melobi untuk merealisasikan hal tersebut.

Menanggapi isu itu, Komisioner KPPU, Guntur Syahputra berpendapat bahwa penggabungan Grab-Gojek membuat bisnis keduanya dapat lebih terkonsentrasi.

"Dari sisi persaingan, pasar semakin terkonsentrasi. Perhitungan nilai HHI Indeks sebagai acuan KPPU melakukan penilaian notifikasi Merger," kata Guntur kepada CNBC Indonesia, (10/3/2020).

Herfindahl-Hirschman Index (HHI) merupakan alat yang digunakan KPPU untuk menilai tingkat konsentrasi pasca akuisisi. Bila nilainya di bawah 1.800 maka tidak terdapat kekhawatiran adanya praktek monopoli dan persaingan tidak sehat yang diakibatkan merger atau akuisisi. Bila sebaliknya maka ada indikasi monopoli.


Saat dikonfirmasi isu merger ini kepada pihak Gojek. Chief Corporate Affairs Gojek, Nila Maritaa pun membantah isu merger terhadap perusahaannya. "Tidak ada rencana merger, dan pemberitaan yang beredar di media terkait hal tersebut tidak akurat," kata Nila.

Melansir Financial Times, Selasa (10/3/2020), penggabungan ini terkait dengan menguasai Indonesia, sebagai negara terpadat keempat di dunia. Kedua telah berlomba mengambil hati pelanggan dalam 18 bulan terakhir. Gojek mendapat pendanaan besar dari Google dan Tencent. Adapun Grab dan dari SoftBank dan Microsoft.

"Kekuatan yang bermain di sini lebih tinggi dari sekadar apa yang diinginkan Grab atau Gojek, atau memang tidak diinginkan. Ini adalah tentang sejumlah pemegang saham berpengaruh jangka panjang di kedua perusahaan yang ingin membendung kerugian atau menemukan cara untuk keluar dari investasi mereka," kata salah satu investor dari Grab.

Baru-baru ini, pendiri SoftBank Masayoshi Son mengunjungi Jakarta di mana salah satu tujuannya melakukan diskusi merger tersebut. Namun belum jelas sepertia apa keinginan SoftBank terkait merger ini.

"Mengingat dinamika kedua belah pihak, ada kemauan yang lebih besar di tingkat tertinggi, meski ada persoalan kontrol yang rumit," ujar salah satu pemegang saham yang berpengaruh.

Jika keduanya bergabung diperkirakan valuasinyanya akan lebih dari US$ 23 miliar. SoftBank pertama kali berinvestasi di Grab pada 2014 dan dalam beberapa putaran pendanaan selanjutnya.

Kasus yang terjadi pada WeWork telah membuat SoftBank merubah kebijakan investasinya yang selama ini dikenal royal mengyuntikkan dana ke startup binaannya. Kini Softbank lebih selektif beri suntikan dana buat investor karena adanya tekanan dari pemegang sahamnya.

Salah satunya datang dari investor aktivis Elliot Management Corp yang baru-baru ini mengoleksi saham Softbank, yang menuntut SoftBank untuk bergerak agar segera merealisasikan keuntungan dari bisnis startup.

"Hal ini bukan satu-satunya pilihan tetapi itu adalah opsi yang paling mungkin. Ada cara rasional untuk memikirkannya yaitu bahwa semua pemegang saham akan menghasilkan banyak uang, Bagian itu sangat mudah," ujar investor itu lagi.

"Tapi kemudian ada masalah manajemen yang kurang rasional. Jika pembicaraan gagal, mereka akan memecah ego manajemen, tentang siapa yang akan melakukan apa," imbuhnya.

Pembicaraan antara kedua belah pihak pertama kali dilaporkan oleh The Information. Hingga kini, Grab, Gojek dan SoftBank semuanya menolak memberikan tanggapan apa pun tentang isu merger ini.

(roy/roy) Next Article Siapa "Orang Kuat" di Balik Rencana Merger Grab & Gojek?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular