
Saat Bos Telegram Usulkan Delete WhatsApp
Redaksi, CNBC Indonesia
03 February 2020 14:22

Jakarta, CNBC Indonesia - Pendiri Telegram Pavel Durov kembali menyerang masalah kerentanan WhatsApp yang membuat aplikasi chatting populer ini tidak aman bagi pengguna. Kritiknya tersebut dimuat dalam postingan blog berjudul Why Using WhatsApp is Dangerous.
Pada November 2019, Pavel Durov juga menyoroti masalah kerentanan di WhatsApp. Ini menyebut ada backdoors atau pintu belakang yang akan selalu ditemukan yang membuat hacker bisa mencuri data pengguna.
Postingan ini merupakan komentar atas ditemukan spyware milik perusahaan teknologi Israel, NSO Group yang membobol ponsel pengguna lewat file video, mirip seperti yang dialami CEO Amazon Jeff Bezos.
Menurut Pavel Durov mengungkapkan celah keamanan yang terdapat di WhatsApp adalah bukti lebih lanjut bahwa agen spionase biasa menggunakan WhatsApp sebagai alat pengawasan.
Ia menggambarkan WhatsApp semacam "Kuda Troya" yang dimanfaatkan untuk memata-matai foto dan user penggunannya dan mengklaim aplikasi chatting milik Facebook ini tidak pernah benar-benar aman dan menempatkan data pribadi pengguna dalam bahaya sebagai objek peretas dan badan intelijen pemerintah.
"Facebook telah menjadi bagian dari program pengintaian jauh sebelum mereka mengakuisisi WhatsApp. Adalah Naif untuk berpikir perusahaan akan mengubah kebijakannya setelah akuisisi," ujar Pavel Durov, seperti dikutip CNBC Indonesia dari Independent, Jumat (22/11/2019).
Bos Telegram ini mengambil contoh pernyataan dari Pendiri WhatsApp, Brian Acton yang menyesal menjual aplikasi ini ke Facebook dengan mengatakan "Saya menjual privasi pengguna untuk keuntungan yang lebih besar."
Pavel Durov menambahkan kurangnya bukti akan adanya eksploitasi masif di WhatsApp telah membuat Facebook selama ini nyaman.
"Yakinlah, kerentanan keamanan sebesar ini pasti telah dieksploitasi," jelasnya.
avel Durov menambahkan kekonsistenan kerentanan keamanan yang ditemukan dalam WhatsApp menunjukkan keterlibatan Facebook dengan pemerintah dan agen intelijen.
"Kecuali jika Anda tidak masalah foto dan chatting menjadi publik suatu hari nanti, Anda harus delete WhatsApp dari ponsel," jelas Pavel Durov.
(roy/roy) Next Article 2020 Perang Bos Teknologi: Bos Telegram Sindir WhatsApp!
Pada November 2019, Pavel Durov juga menyoroti masalah kerentanan di WhatsApp. Ini menyebut ada backdoors atau pintu belakang yang akan selalu ditemukan yang membuat hacker bisa mencuri data pengguna.
Postingan ini merupakan komentar atas ditemukan spyware milik perusahaan teknologi Israel, NSO Group yang membobol ponsel pengguna lewat file video, mirip seperti yang dialami CEO Amazon Jeff Bezos.
Ia menggambarkan WhatsApp semacam "Kuda Troya" yang dimanfaatkan untuk memata-matai foto dan user penggunannya dan mengklaim aplikasi chatting milik Facebook ini tidak pernah benar-benar aman dan menempatkan data pribadi pengguna dalam bahaya sebagai objek peretas dan badan intelijen pemerintah.
"Facebook telah menjadi bagian dari program pengintaian jauh sebelum mereka mengakuisisi WhatsApp. Adalah Naif untuk berpikir perusahaan akan mengubah kebijakannya setelah akuisisi," ujar Pavel Durov, seperti dikutip CNBC Indonesia dari Independent, Jumat (22/11/2019).
Bos Telegram ini mengambil contoh pernyataan dari Pendiri WhatsApp, Brian Acton yang menyesal menjual aplikasi ini ke Facebook dengan mengatakan "Saya menjual privasi pengguna untuk keuntungan yang lebih besar."
Pavel Durov menambahkan kurangnya bukti akan adanya eksploitasi masif di WhatsApp telah membuat Facebook selama ini nyaman.
"Yakinlah, kerentanan keamanan sebesar ini pasti telah dieksploitasi," jelasnya.
avel Durov menambahkan kekonsistenan kerentanan keamanan yang ditemukan dalam WhatsApp menunjukkan keterlibatan Facebook dengan pemerintah dan agen intelijen.
"Kecuali jika Anda tidak masalah foto dan chatting menjadi publik suatu hari nanti, Anda harus delete WhatsApp dari ponsel," jelas Pavel Durov.
(roy/roy) Next Article 2020 Perang Bos Teknologi: Bos Telegram Sindir WhatsApp!
Most Popular