
3000 Orang Alami Pelecehan Seksual Saat Gunakan Jasa Uber
Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
06 December 2019 15:34

Jakarta, CNBC Indonesia - Pelecehan seksual ternyata marak terjadi di layanan taksi daring Uber. Bahkan di Amerika Serikat (AS), dari 1300 miliar perjalanan, terdapat 3000 laporan tentang pelecehan seksual di 2018.
Meski demikian Uber mengatakan angka ini turun 16% dari tahun sebelumnya. Perusahaan mengklaim ini terjadi karena komitmen pada keselamatan penumpang di industri ini.
"Saya menduga banyak orang akan terkejut melihat betapa jarangnya insiden ini terjadi," kata Chief Executive Officer Dara Khosrowshahi seperti dilansir dari Reuters Jumat (06/12/2019
"Kami harus mengubah budaya secara internal dan kami harus melakukan hal yang benar."
Menurutnya, salah satu perbaikan yang dilakukan perusahaan antara lain pemeriksaan latar belakang pengemudi. Hal ini sudah lama menjadi bahan protes regulator.
Pemerintah AS juga mencoba meminta Uber untuk melakukan perekrutan menggunakan sidik jari pengemudi. Namun hingga kini, baru New York yang memberikan sidik jari sebagai persyaratan lisensi pengemudi.
Langkah Uber ini juga diikuti rival-nya Lyft Inc. Dalam sebuah pernyataan perusahaan ini juga berkomitmen untuk merilis laporan keselamatannya sendiri serta berbagi informasi tentang pengemudi yang tidak aman.
Pada 26 November lalu, Uber kehilangan lisensi membawa penumpang di London Inggris. Otoritas setempat menemukan kegagalan dalam aspek keamanan dan keselamatan penumpang.
Bahkan Lembaga Transport Of London atau TFL menyatakan, driver Uber yang tak berizin dapat mengunggah foto mereka ke akun driver Uber yang lain. Uber sendiri sudah beroperasi di 70 negara.
(sef/sef) Next Article Kejar Profit, Uber Jual Bisnis Taksi Terbang
Meski demikian Uber mengatakan angka ini turun 16% dari tahun sebelumnya. Perusahaan mengklaim ini terjadi karena komitmen pada keselamatan penumpang di industri ini.
"Saya menduga banyak orang akan terkejut melihat betapa jarangnya insiden ini terjadi," kata Chief Executive Officer Dara Khosrowshahi seperti dilansir dari Reuters Jumat (06/12/2019
Menurutnya, salah satu perbaikan yang dilakukan perusahaan antara lain pemeriksaan latar belakang pengemudi. Hal ini sudah lama menjadi bahan protes regulator.
Pemerintah AS juga mencoba meminta Uber untuk melakukan perekrutan menggunakan sidik jari pengemudi. Namun hingga kini, baru New York yang memberikan sidik jari sebagai persyaratan lisensi pengemudi.
Langkah Uber ini juga diikuti rival-nya Lyft Inc. Dalam sebuah pernyataan perusahaan ini juga berkomitmen untuk merilis laporan keselamatannya sendiri serta berbagi informasi tentang pengemudi yang tidak aman.
Pada 26 November lalu, Uber kehilangan lisensi membawa penumpang di London Inggris. Otoritas setempat menemukan kegagalan dalam aspek keamanan dan keselamatan penumpang.
Bahkan Lembaga Transport Of London atau TFL menyatakan, driver Uber yang tak berizin dapat mengunggah foto mereka ke akun driver Uber yang lain. Uber sendiri sudah beroperasi di 70 negara.
(sef/sef) Next Article Kejar Profit, Uber Jual Bisnis Taksi Terbang
Most Popular