Internasional

Ini Penyebab 'Resesi' Seks yang Ancam Ekonomi AS & Jepang

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
04 November 2019 14:39
Teknologi menyebabkan 'resesi' seks di AS dan Jepang
Foto: Arie Pratama
Jakarta, CNBC Indonesia - Dari Jepang hingga Amerika Serikat (AS), isu mengenai menurunnya gairah kaum millennial dalam melakukan hubungan seks sedang banyak dibahas dalam beberapa waktu belakangan. Ini setelah berbagai penelitian menemukan dampak baik dan buruk dari kebiasaan baru tersebut.

Mengutip laporan Orange County Register, salah satu dampak baik dari berkurangnya jumlah remaja yang melakukan hubungan seks di usia muda adalah menurunnya jumlah kehamilan di usia muda. Namun, dampak buruknya, hal ini bisa menyebabkan menurunnya populasi dan bahkan perlambatan ekonomi. Seperti yang diungkapkan analis politik dan ekonomi Jake Novak dalam penelitiannya yang dimuat CNBC International.


Dalam analisisnya, Jake mengatakan 'resesi seks' dan menurunnya pernikahan mengindikasikan bahwa kaum milenial juga akan menunda aspek-aspek kedewasaan lainnya seperti membeli rumah atau mobil, yang mana akan menyumbang perlambatan. Dalam ekonomi, resesi berarti kontraksi pertumbuhan ekonomi dalam dua kuartal beruntun.

Jake menyebutkan bahwa sejumlah penelitian baru-baru ini mengungkapkan turunnya gairah seksual dan perkawinan di AS disebabkan karena adanya teknologi dan peluang baru yang diberikan oleh teknologi yang memicu orang dewasa muda lebih senang menyendiri ketimbang berhubungan dengan manusia lainnya secara langsung.

"Semuanya, mulai dari pornografi online hingga video game canggih, hingga media sosial digunakan oleh banyak remaja sebagai pengganti kontak dengan manusia nyata, terutama untuk pria," tulis Jake dalam penelitiannya.


Jadi, sebesar apa sebenarnya peran teknologi dalam menimbulkan resesi seks tersebut?

Mengutip laporan Institute for Creative Technologies yang dimuat Orange County Register, anak-anak jaman now atau milenial yang mengerti teknologi cenderung memiliki masalah yang berkaitan dengan lawan jenis. Mereka bahkan lebih nyaman berinteraksi dengan orang virtual, daripada orang yang nyata.

Salah satu orang virtual itu adalah Alexa. Manusia artificial intelligence (AI) buatan Amazon ini cukup populer di kalangan milenial. Amazon mengatakan setengah dari percakapan dengan perangkat rumah pintarnya ini umumnya bersifat non-utilitarian, yaitu seperti mengeluh tentang kehidupan, lelucon, dan pertanyaan-pertanyaan eksistensial.

"Pada tahun 2022, ada kemungkinan bahwa perangkat pribadi Anda akan tahu lebih banyak tentang keadaan emosi Anda daripada keluarga Anda sendiri," kata Annette Zimmermann, wakil presiden penelitian di perusahaan konsultan Gartner.

Oleh karenanya, tidak mengherankan jika survei yang dilakukan terhadap kaum milenial Amerika menemukan bahwa 65% mereka merasa tidak nyaman terlibat dengan seseorang secara langsung, dan 80% lebih suka bercakap-cakap secara digital.

Di beberapa negara, terutama Jepang dan Jerman, bahkan semakin banyak yang menggunakan robot untuk melakukan berbagai tugas, dan bahkan memberikan layanan seksual, sebagai alternatif dari pengganti manusia sesungguhnya. Ada berbagai alasan mereka menggunakan robot seks itu, salah satunya adalah trauma.

"Boneka seks adalah ruang yang aman bagi pria untuk mempraktikkan interaksi seksual yang sehat tanpa adanya kompleksitas hubungan manusia yang normal." Kata pedagang robot sex.

Salah satu dampak dari perubahan kebiasaan ini adalah penurunan jumlah kelahiran, seperti yang terjadi di Jepang.

Apalagi saat ini tingkat kesuburan Jepang sudah sangat rendah. Akibat dua hal itu, populasi Jepang dapat berkurang setengahnya jika tren berlanjut selama 100 tahun ke depan.

Menurunnya jumlah kelahiran di Jepang pun telah berdampak pada ketidakseimbangan yang tumbuh antara penduduk usia muda dan tua, yang akhirnya menjurus pada langkanya tenaga kerja muda di negara ini. Seperti halnya yang terjadi di sektor manufaktur.

Menurut sebuah survei pemerintah, yang dikutip Asia Nikkei, tenaga kerja manufaktur Jepang telah menyusut 9% dari 11,7 juta menjadi 10,6 juta antara 2008 hingga 2018.

Sementara jumlah pekerja di atas usia 65 tahun dalam sektor manufaktur telah naik dari 6,5% pada 2008 menjadi 8,9% pada 2018. Sementara itu, jumlah kelompok pekerja usia kurang dari 35 turun 29% menjadi 25,1% pada kurun waktu yang sama.

[Gambas:Video CNBC]





(sef/sef) Next Article Resesi Seks Gara-gara Inflasi, Buktinya Ada di Aplikasi Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular