Mengenal Deepfake, Teknologi yang Paling Ditakuti AS Saat Ini

Roy Franedya, CNBC Indonesia
16 October 2019 12:38
Mengenal Deepfake, Teknologi yang Paling Ditakuti AS Saat Ini
Foto: Foto: Screenshot YouTube
Jakarta, CNBC IndonesiaBerita palsu pernah menjadi masalah besar pada pemilu Amerika Serikat (AS) di 2016. Sekarang video "Deepfake" bisa jadi masalah yang lebih besar dari di pemilu presiden AS di 2020.

Teknologi Deepfake dapat digunakan untuk membuat video palsu. Teknologi ini pertama kali menjadi perhatian luas pada April 2018 ketika komedian Jordan Peele membuat video yang menunjukkan Barack Obama menghina Donald Trump dalam sebuah pidato, padahal pidato tersebut tidak pernah ada.


Teknologi ini dianggap bisa menjadi masalah karena begitu mudah dibuatnya dan cenderung dengan mudah dibagikan (share).

"Deepfakes dapat dibuat oleh siapa saja dengan komputer, akses internet, dan keinginan dalam mempengaruhi pemilihan," kata John Villasenor, profesor di UCLA yang fokus pada kecerdasan buatan (artificial intelligence) dan keamanan siber seperti dikutip dari CNBC Indonesia, Rabu (16/10/2019). "Mereka adalah alat baru yang memungkinkan penggunaan informasi palsu untuk mempengaruhi pemilihan."

Lalu apa itu deepfakes? Deepfakes menggabungkan antara deep learning dan fake (palsu), yang merupakan bentuk dari kecerdasan buatan. Sederhananya, deepfake adalah adalah video palsu yang dibuat dengan deep learning.

Deep learning sendiri merupakan subset Artificial Intelligence yang menggunakan rumusan algoritma yang dapat mempelajari dan membuat keputusan intelligent sendiri.

"Bahayanya teknologi ini adalah dapat digunakan untuk membuat orang percaya bahwa video itu nyata padahal tidak pernah ada," ujar Peter Singer, ahli strategi keamanan internet di lembaga think tank New America.

Peter Singer bukan satu-satunya ahli yang memperingatkan akan bahaya deepfakes. Ahli teknologi John Villasenor mengatakan kepada teknologi ini "dapat digunakan untuk merusak reputasi seorang kandidat politik dengan membuat kandidat itu tampak mengucapkan atau melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak pernah benar-benar terjadi."


Berlanjut ke halaman 2 >>>


Sistem deep learning dapat menghasilkan tiruan yang persuasif dengan mempelajari foto dan video target dari berbagai sudut, dan kemudian meniru perilaku hingga pola bicara. 

"Begitu video palsu pertama diproduksi, teknologi generative adversarial network (GAN) akan bekerja dan membuat video tersebut bisa dipercayai. GAN merupakan teknologi yang mendetekdi kekurangan dalam pemalsuaan dan kemudian memperbaiki kekurangan tersebut," ujar Profesor New York University Paul Barrett.

Menurut laporan MIT, deepfake dapat menjadi "senjata yang sempurna untuk memasuk kabar palsu yang bisa memengaruhi segalanya, mulai dari harga saham hingga pemilihan umum."

Faktanya, "Alat AI sudah digunakan untuk meletakkan gambar wajah orang lain di tubuh bintang porno dan menaruh kata-kata di mulut para politisi," tulis Martin Giles Bepala Biro MIT Technology Review dalam sebuah laporan.

Martin Giles mengatakan GAN tidak membuat masalah ini, tetapi memperburuknya.




(roy/sef) Next Article Wah, Teknologi Paling di Takuti AS Ada di TikTok?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular