
Tak Ingin Digantikan Robot dan Mesin? Miliki Skill Ini
Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
25 September 2019 19:26

Jakarta, CNBC Indonesia - Takut jika nantinya pekerjaanmu diambil alih oleh robot? Jangan putus asa. Menurut laporan terbaru McKinsey & Company berjudul 'Otomasi dan masa depan pekerjaan Indonesia: Pekerjaan yang hilang, muncul, dan berubah', memang akan ada banyak tugas-tugas dari suatu pekerjaan yang akan di otomatisasi.
Namun, President Director PT McKinsey Indonesia, Phillia Wibowo mengatakan ada beberapa skill penting yang harus dipelajari dan direrapkan para pekerja secepatnya, agar tidak digantikan oleh otomatisasi.
"Perdebatan publik mengenai otomatisasi di Indonesia sering kali terfokus pada risiko masa depan pekerjaan. Tetapi menurut penelitian kami, akan lebih banyak pekerjaan baru yang akan diciptakan dibandingkan yang hilang. Hal ini didorong oleh peningkatan pengeluaran konsumen dan infrastruktur," ujar Phillia Wibowo, President Director PT McKinsey Indonesia di kawasan SCBD, Jakarta, Rabu (25/9).
Lebih lanjut, Phillia mengatakan Indonesia harus mulai fokus menyiapkan transisi keterampilan agar tidak tergeser otomatisasi.
"Fokus untuk siapkan keterampilan untuk adopsi teknologi, dan khususnya, Indonesia akan perlu berfokus meningkatkan pendidikan dan pelatihan kejuruan untuk mengajarkan, memberikan, dan meningkatkan keterampilan tenaga kerja untuk era kerja yang baru," lanjutnya.
Keterampilan atau skill yang setidaknya harus dimiliki masyarakat kini adalah secara fisik bisa menjadi navigator dan mobilisasi yang mumpuni, secara sensor bisa bekerja dengan baik.
Dengan pergeseran yang tidak terhindarkan ke ekonomi digital, keterampilan baru akan dibutuhkan baik oleh pencari kerja yang baru pertama kali mencari kerja, mau pun pekerja yang mengalami perpindahan. Tentu perubahan kebutuhan tenaga kerja ini memberikan implikasi yang jelas untuk pendidikan di Indonesia.
Keterampilan teknologi jelas akan lebih diminati, tetapi akan ada juga peningkatan kebutuhan atas keterampilan sosial dan emosional, serta keterampilan kognitif yang lebih tinggi seperti kreativitas dan kemampuan untuk memecahkan masalah.
Selain itu secara fisik dan akal harus mumpuni dan dapat berfikir secara kritis. Kemudian kemampuan bahasa juga sangat penting, apalagi dengan terbuka lebarnya pasar pekerjaan kini. Hal ini menjadi prioritas penting untuk ditangani oleh sistem pendidikan di Indonesia.
Dampak teknologi baru sudah terlihat dalam tenaga kerja Indonesia. Sebagai contoh, McKinsey memperkirakan bahwa perdagangan online dapat secara langsung atau tidak langsung mendukung hingga 26 juta pekerjaan penuh waktu di Indonesia pada tahun 2022. Selain itu, pertumbuhan perusahaan ojek online (ojol) akan memberikan peluang kerja kepada populasi yang belum bekerja atau menggangur di Indonesia .
Contoh-contoh tersebut menyoroti dinamika kewirausahaan dan kemauan untuk beradaptasi bagi masyarakat Indonesia, tetapi hal itu hanyalah permulaan. Masih banyak yang bisa dilakukan untuk memanfaatkan teknologi baru.
Dalam kesimpulan laporan tersebut, agar tetap kompetitif secara global dan di Asia Tenggara, Indonesia akan membutuhkan strategi mengadopsi otomasi dan kecerdasan buatan. Seluruh pemangku kepentingan, termasuk pembuat kebijakan, lembaga akademik, organisasi non-pemerintah, dan pemimpin bisnis, harus bersiap menghadapi perubahan substansial dalam tipe-tipe pekerjaan yang ada.
Selain itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia juga harus mulai merencanakan dan mengambil tindakan untuk beradaptasi dengan masa depan pekerjaan di bawah ekonomi digital global, dengan program pembelajaran jangka panjang bagi mereka yang pekerjaannya telah berubah dan untuk mereka yang pekerjaannya akan segera berubah.
(roy/roy) Next Article Revolusi Industri 4.0, Banyak Pekerjaan Manusia akan Punah?
Namun, President Director PT McKinsey Indonesia, Phillia Wibowo mengatakan ada beberapa skill penting yang harus dipelajari dan direrapkan para pekerja secepatnya, agar tidak digantikan oleh otomatisasi.
"Perdebatan publik mengenai otomatisasi di Indonesia sering kali terfokus pada risiko masa depan pekerjaan. Tetapi menurut penelitian kami, akan lebih banyak pekerjaan baru yang akan diciptakan dibandingkan yang hilang. Hal ini didorong oleh peningkatan pengeluaran konsumen dan infrastruktur," ujar Phillia Wibowo, President Director PT McKinsey Indonesia di kawasan SCBD, Jakarta, Rabu (25/9).
"Fokus untuk siapkan keterampilan untuk adopsi teknologi, dan khususnya, Indonesia akan perlu berfokus meningkatkan pendidikan dan pelatihan kejuruan untuk mengajarkan, memberikan, dan meningkatkan keterampilan tenaga kerja untuk era kerja yang baru," lanjutnya.
![]() |
Keterampilan atau skill yang setidaknya harus dimiliki masyarakat kini adalah secara fisik bisa menjadi navigator dan mobilisasi yang mumpuni, secara sensor bisa bekerja dengan baik.
Dengan pergeseran yang tidak terhindarkan ke ekonomi digital, keterampilan baru akan dibutuhkan baik oleh pencari kerja yang baru pertama kali mencari kerja, mau pun pekerja yang mengalami perpindahan. Tentu perubahan kebutuhan tenaga kerja ini memberikan implikasi yang jelas untuk pendidikan di Indonesia.
Keterampilan teknologi jelas akan lebih diminati, tetapi akan ada juga peningkatan kebutuhan atas keterampilan sosial dan emosional, serta keterampilan kognitif yang lebih tinggi seperti kreativitas dan kemampuan untuk memecahkan masalah.
Selain itu secara fisik dan akal harus mumpuni dan dapat berfikir secara kritis. Kemudian kemampuan bahasa juga sangat penting, apalagi dengan terbuka lebarnya pasar pekerjaan kini. Hal ini menjadi prioritas penting untuk ditangani oleh sistem pendidikan di Indonesia.
Dampak teknologi baru sudah terlihat dalam tenaga kerja Indonesia. Sebagai contoh, McKinsey memperkirakan bahwa perdagangan online dapat secara langsung atau tidak langsung mendukung hingga 26 juta pekerjaan penuh waktu di Indonesia pada tahun 2022. Selain itu, pertumbuhan perusahaan ojek online (ojol) akan memberikan peluang kerja kepada populasi yang belum bekerja atau menggangur di Indonesia .
Contoh-contoh tersebut menyoroti dinamika kewirausahaan dan kemauan untuk beradaptasi bagi masyarakat Indonesia, tetapi hal itu hanyalah permulaan. Masih banyak yang bisa dilakukan untuk memanfaatkan teknologi baru.
Dalam kesimpulan laporan tersebut, agar tetap kompetitif secara global dan di Asia Tenggara, Indonesia akan membutuhkan strategi mengadopsi otomasi dan kecerdasan buatan. Seluruh pemangku kepentingan, termasuk pembuat kebijakan, lembaga akademik, organisasi non-pemerintah, dan pemimpin bisnis, harus bersiap menghadapi perubahan substansial dalam tipe-tipe pekerjaan yang ada.
Selain itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia juga harus mulai merencanakan dan mengambil tindakan untuk beradaptasi dengan masa depan pekerjaan di bawah ekonomi digital global, dengan program pembelajaran jangka panjang bagi mereka yang pekerjaannya telah berubah dan untuk mereka yang pekerjaannya akan segera berubah.
(roy/roy) Next Article Revolusi Industri 4.0, Banyak Pekerjaan Manusia akan Punah?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular