
Ketemu Jokowi, Ini Sosok Masayoshi Son Orang Terkaya Jepang
Redaksi, CNBC Indonesia
29 July 2019 12:37

Jakarta, CNBC Indonesia - Chief Executive Officer (CEO) SoftBank Masayoshi Son menyambangi Istana Negara hari ini (29/7/2019). Masayoshi bersama dengan Bos Grab Indonesia Rizki Kramadibrata dan Bos Tokopedia William Tanuwijaya bertemu langsung dengan Presien Joko Widodo.
Dalam pertemuan tersebut, Masayoshi Son bicara soal rencana investasi SoftBank. Investor kelas kakap ini ingin meningkatkan investasinya di sektor mobil listrik dan ekosistem pendukungnya serta artificiall intelligence atau kecerdasan buatan (AI).
Lalu siapa Masayoshi Son? Mengutip Daftar orang terkaya di dunia versi Forbes, Masayoshi Son merupakan orang terkaya di kedua di Jepang. Total kekayaan pribadinya US$25,1 miliar atau setara Rp 251,4 triliun.
Masayoshi merupakan pendiri dan sekaligus bos SoftBank. Sejak tahun lalu, investor kelas kakap ini memutuskan untuk berinvestasi di startup tingkat lanjutan atau yang startup berstatus unicorn. Beberapa startup yang disuntikkan adalah Grab, Tokopedia, Ola India, Wework Company, Uber hingga Didi Chuxing.
Bermodal ide dan kepercayaan
Masayoshi Son merupakan orang uang berhasil mengangkat Softbank menjadi raksasa dengan ide brilian dan kepercayaan. Pada awalnya, Son hanyalah seorang mahasiswa jurusan ilmu komputer di University of California, Berkeley. Dia masuk kuliah pada 1976. Pada tahun yang sama, dia menyusun rencana bisnis hingga 50 tahun ke depan meski masih dalam tataran ide.
Pada masa itu, PC (personal computer) belum marak karena masih tergolong mewah dan belum diproduksi secara masal dengan harga terjangkau. Secara bersamaan, penjual piranti lunak (software) yang beroperasi di Jepang masih terbatas, baik dalam skala grosir maupun ritel.
Namun, Son yakin bahwa PC akan jadi tren, menciptakan peluang bisnis bagi para pencipta software yang saat itu belum memiliki jalur distribusi kuat untuk menjual produknya. Dia melihat peluang dari keberadaan ribuan firma pencipta software dan juga puluhan juta calon pelanggan PC.
Warga Jepang keturunan Korea Selatan ini mengawali gebrakannya dengan membuat aplikasi penerjemah multibahasa dengan dibantu para profesornya di kampus. Produk perdananya ini dibeli Sharp Corporation dengan total nilai US$ 1 juta. Ketika transaksi itu diteken, umur Son bahkan belum genap 20 tahun.
Setahun setelah tamat kuliah, tepatnya pada 3 September 1981, dia mendirikan Softbank dengan bermodal dana US$ 80,000 (Rp 1,06 miliar) yang disisihkannya dari kontrak pembelian penerjemah multibahasanya dengan Sharp.
Ketika pertama didirikan, perseroan memasang target untuk menjadi distributor utama produk-produk software di Jepang. Kebetulan, pada saat itu beberapa perusahaan distributor komputer mulai menjajaki pembukaan toko PC untuk masyarakat kebanyakan (ritel).
Untuk mengembangkan perusahaannya, Son perlu dana. Namun apa daya, aset yang ada tak mencukupi untuk menjadi agunan (kolateral) kredit bank. Maka, jurus nekad pun dilancarkan. Dengan percaya diri, dia tetap memaparkan ide dan rencana bisnisnya ke Dai-Ichi Kangyo Bank.
Di luar dugaan, Son berhasil mendapat kucuran kredit dari bank ini - yang di era 1980 memang dikenal sangat agresif mengucurkan kredit hingga organisasi kontroversial Jepang seperti Yakuza masuk dalam daftar debitornya. Nilai kredit yang diterima Son mencapai $750,000.
Usut punya usut, ternyata Wakil Direktur Utama Sharp pada masa itu, yakni Tadashi Sasaki, secara diam-diam bertindak sebagai penyedia jaminan (private guarantor) atas proposal bisnis Son. Ketika membeli karya perdana Son, yakni software penerjemah multibahasa, bos Sharp ini yakin dengan visi dan kemampuan bisnis Son.
"Pada saat itu, saya benar-benar tidak tahu bahwa Sasaki secara pribadi telah menjamin utang saya. Sejak saya mengetahui tentang dukungannya itu, saya memutuskan bahwa saya tidak akan melupakan kebaikan hatinya," tutur Son, dalam beberapa kesempatan di kemudian hari.
Softbank 2.0
Dari pinjaman berbekal kepercayaan tersebut, Softbank berhasil mengembangkan jaringan distribusinya dan menguasai pangsa pasar software dan PC di Jepang hanya dalam setahun. Pada 1983, perseroan menaungi 4.600 penjual PC dan terus naik hingga menjadi 15.000 pada 1992.
Pada 1994, Son melepas sebagian saham Softbank ke publik dan meraup dana sebesar $140 juta untuk ekspansi. Empat tahun kemudian, perseroan menaungi 25.000 distributor PC ritel dan 4.000 firma pengembang software baik dari dalam maupun luar negeri.
Selanjutnya pada 1997, saham perseroan menjadi jawara di bursa Jepang dengan mencatatkan kapitalisasi pasar terbesar. Pada 2004, Softbank ekspansi ke bisnis layanan internet dan berlanjut ke bisnis jaringan seluler pada 2006.
Saat ini, kapitalisasi pasar Softbank telah menembus US$ 90,07 miliar, naik berkali-kali lipat dari kapitalisasi pasar pertamanya ketika masuk bursa senilai US$ 2,7 miliar. SoftBank pun masuk ke daftar Forbes Global 2000, dan bertengger di urutan ke-62 sebagai emiten yang terbesar dunia, serta yang terbesar ketiga di Jepang setelah Toyota dan Mitsubishi UFJ Financial.
Berbagai akuisisi bernilai miliaran dolar Amerika Serikat (AS) berhasil dituntaskan, meneguhkan posisinya sebagai perusahaan broadband skala dunia dengan bisnis telekomunikasi rumah (fixed-line), e-commerce, internet, layanan teknologi, keuangan, media dan pemasaran, desain semikonduktor, dan bisnis lainnya.
Perjalanan bisnis Son, yang kini telah menginjak 60 tahun, menunjukkan bahwa ide merupakan modal utama dalam industri startup. Ide yang brilian dikombinasikan dengan kepercayaan dari mitra bisnis dan investornya, menjadi modal dasar Son untuk terbang menjadi salah satu raja dunia digital.
"Saya merasa pekerjaan saya belum selesai. Saya ingin memperkuat SoftBank 2.0, mengembangkan Sprint menuju potensi aslinya dan bekerja dengan beberapa ide gila lainnya," tutur Son dalam pernyataan resmi ketika membatalkan rencana pensiunnya tahun lalu.
Simak video tentang Softbank di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
(roy/roy) Next Article Daftar 10 Orang Terkaya Jepang, Ada Investor Grab & Tokopedia
Dalam pertemuan tersebut, Masayoshi Son bicara soal rencana investasi SoftBank. Investor kelas kakap ini ingin meningkatkan investasinya di sektor mobil listrik dan ekosistem pendukungnya serta artificiall intelligence atau kecerdasan buatan (AI).
Lalu siapa Masayoshi Son? Mengutip Daftar orang terkaya di dunia versi Forbes, Masayoshi Son merupakan orang terkaya di kedua di Jepang. Total kekayaan pribadinya US$25,1 miliar atau setara Rp 251,4 triliun.
![]() |
Bermodal ide dan kepercayaan
Masayoshi Son merupakan orang uang berhasil mengangkat Softbank menjadi raksasa dengan ide brilian dan kepercayaan. Pada awalnya, Son hanyalah seorang mahasiswa jurusan ilmu komputer di University of California, Berkeley. Dia masuk kuliah pada 1976. Pada tahun yang sama, dia menyusun rencana bisnis hingga 50 tahun ke depan meski masih dalam tataran ide.
Pada masa itu, PC (personal computer) belum marak karena masih tergolong mewah dan belum diproduksi secara masal dengan harga terjangkau. Secara bersamaan, penjual piranti lunak (software) yang beroperasi di Jepang masih terbatas, baik dalam skala grosir maupun ritel.
Namun, Son yakin bahwa PC akan jadi tren, menciptakan peluang bisnis bagi para pencipta software yang saat itu belum memiliki jalur distribusi kuat untuk menjual produknya. Dia melihat peluang dari keberadaan ribuan firma pencipta software dan juga puluhan juta calon pelanggan PC.
Warga Jepang keturunan Korea Selatan ini mengawali gebrakannya dengan membuat aplikasi penerjemah multibahasa dengan dibantu para profesornya di kampus. Produk perdananya ini dibeli Sharp Corporation dengan total nilai US$ 1 juta. Ketika transaksi itu diteken, umur Son bahkan belum genap 20 tahun.
Setahun setelah tamat kuliah, tepatnya pada 3 September 1981, dia mendirikan Softbank dengan bermodal dana US$ 80,000 (Rp 1,06 miliar) yang disisihkannya dari kontrak pembelian penerjemah multibahasanya dengan Sharp.
Ketika pertama didirikan, perseroan memasang target untuk menjadi distributor utama produk-produk software di Jepang. Kebetulan, pada saat itu beberapa perusahaan distributor komputer mulai menjajaki pembukaan toko PC untuk masyarakat kebanyakan (ritel).
Untuk mengembangkan perusahaannya, Son perlu dana. Namun apa daya, aset yang ada tak mencukupi untuk menjadi agunan (kolateral) kredit bank. Maka, jurus nekad pun dilancarkan. Dengan percaya diri, dia tetap memaparkan ide dan rencana bisnisnya ke Dai-Ichi Kangyo Bank.
Di luar dugaan, Son berhasil mendapat kucuran kredit dari bank ini - yang di era 1980 memang dikenal sangat agresif mengucurkan kredit hingga organisasi kontroversial Jepang seperti Yakuza masuk dalam daftar debitornya. Nilai kredit yang diterima Son mencapai $750,000.
Usut punya usut, ternyata Wakil Direktur Utama Sharp pada masa itu, yakni Tadashi Sasaki, secara diam-diam bertindak sebagai penyedia jaminan (private guarantor) atas proposal bisnis Son. Ketika membeli karya perdana Son, yakni software penerjemah multibahasa, bos Sharp ini yakin dengan visi dan kemampuan bisnis Son.
"Pada saat itu, saya benar-benar tidak tahu bahwa Sasaki secara pribadi telah menjamin utang saya. Sejak saya mengetahui tentang dukungannya itu, saya memutuskan bahwa saya tidak akan melupakan kebaikan hatinya," tutur Son, dalam beberapa kesempatan di kemudian hari.
![]() |
Softbank 2.0
Dari pinjaman berbekal kepercayaan tersebut, Softbank berhasil mengembangkan jaringan distribusinya dan menguasai pangsa pasar software dan PC di Jepang hanya dalam setahun. Pada 1983, perseroan menaungi 4.600 penjual PC dan terus naik hingga menjadi 15.000 pada 1992.
Pada 1994, Son melepas sebagian saham Softbank ke publik dan meraup dana sebesar $140 juta untuk ekspansi. Empat tahun kemudian, perseroan menaungi 25.000 distributor PC ritel dan 4.000 firma pengembang software baik dari dalam maupun luar negeri.
Selanjutnya pada 1997, saham perseroan menjadi jawara di bursa Jepang dengan mencatatkan kapitalisasi pasar terbesar. Pada 2004, Softbank ekspansi ke bisnis layanan internet dan berlanjut ke bisnis jaringan seluler pada 2006.
Saat ini, kapitalisasi pasar Softbank telah menembus US$ 90,07 miliar, naik berkali-kali lipat dari kapitalisasi pasar pertamanya ketika masuk bursa senilai US$ 2,7 miliar. SoftBank pun masuk ke daftar Forbes Global 2000, dan bertengger di urutan ke-62 sebagai emiten yang terbesar dunia, serta yang terbesar ketiga di Jepang setelah Toyota dan Mitsubishi UFJ Financial.
Berbagai akuisisi bernilai miliaran dolar Amerika Serikat (AS) berhasil dituntaskan, meneguhkan posisinya sebagai perusahaan broadband skala dunia dengan bisnis telekomunikasi rumah (fixed-line), e-commerce, internet, layanan teknologi, keuangan, media dan pemasaran, desain semikonduktor, dan bisnis lainnya.
Perjalanan bisnis Son, yang kini telah menginjak 60 tahun, menunjukkan bahwa ide merupakan modal utama dalam industri startup. Ide yang brilian dikombinasikan dengan kepercayaan dari mitra bisnis dan investornya, menjadi modal dasar Son untuk terbang menjadi salah satu raja dunia digital.
"Saya merasa pekerjaan saya belum selesai. Saya ingin memperkuat SoftBank 2.0, mengembangkan Sprint menuju potensi aslinya dan bekerja dengan beberapa ide gila lainnya," tutur Son dalam pernyataan resmi ketika membatalkan rencana pensiunnya tahun lalu.
Simak video tentang Softbank di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
(roy/roy) Next Article Daftar 10 Orang Terkaya Jepang, Ada Investor Grab & Tokopedia
Most Popular