
Yakin Gojek Masih Startup Rugi? Ini Penjelasannya
Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
24 July 2019 19:48

Jakarta, CNBC Indonesia- Gojek yang menaungi tiga aplikasi super (Super App) mulai meraup untung. Hal ini menepis anggapan bahwa bisnis Gojek sebagai startup masih rugi. Presiden Gojek Grup Andre Soelistyo menyatakan sudah mulai monetisasi semua lini bisnisnya, meski belum semuanya menguntungkan.
"Di monetisasi sudah, tapi apakah sudah positif, ada yg sudah, dan ada yang belum. Ada juga yang masih investasi," kata Andre belum lama ini.
Monetisasi yang dilakukan dilihat dari user-per-user. Dia mencontohkan yang paling cepat seperti GoRide, dengan begitu biaya akusisi konsumen termasuk murah sekali di sisi transportasi, karena semua pengguna memakainya.
Jika untuk memperbesar costumer life time value, GoFood termasuk di dalamnya.
"Semakin besar affiliation-nya, makin besar portofolionya artinya lebih dilihat seperti user. Mungkin ada tipe-tipe subsidi, misalnya monetisasi di transport. Semuanya dinamis, itu kelebihan kami, kami bisa melihat ekosistem terhadap masing-masing user," katanya.
Menurut Andre Gojek saat ini memimpin di pasar Indonesia maupun Asean. Berdasarkan data Nikkei menyebutkan jumlah pengguna aktif bulanan Gojek di Indonesia paling banyak di Indonesia dibandingkan aplikasi on demand lainnya.
Data yang sama juga menyebutkan bahwa jumlah pengguna Gojek di Indonesia setara dengan jumlah pengguna aktif bulanan aplikasi ride sharing terbesar di Amerika Serikat. Data ini diperkuat dengan hasil Survei Alvara Research Center yang mengatakan layanan Gojek yaitu transportasi, pesan antar makanan dan pembayaran digital.
"Tidak hanya di Indonesia, negara lain tempat kami berekspansi, Gojek mendapatkan sambutan hangat. Di vietnam, Thailand, dan Singapura kehadiran kami ditunggu-tunggu oleh konsumen dan mitra driver karena bisa memberikan pilihan," katanya.
Simak video tentang Gojek di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
(roy/roy) Next Article Grab Disebut IPO dengan Valuasi Rp 224 T, Gojek Berapa?
"Di monetisasi sudah, tapi apakah sudah positif, ada yg sudah, dan ada yang belum. Ada juga yang masih investasi," kata Andre belum lama ini.
Monetisasi yang dilakukan dilihat dari user-per-user. Dia mencontohkan yang paling cepat seperti GoRide, dengan begitu biaya akusisi konsumen termasuk murah sekali di sisi transportasi, karena semua pengguna memakainya.
![]() |
"Semakin besar affiliation-nya, makin besar portofolionya artinya lebih dilihat seperti user. Mungkin ada tipe-tipe subsidi, misalnya monetisasi di transport. Semuanya dinamis, itu kelebihan kami, kami bisa melihat ekosistem terhadap masing-masing user," katanya.
Menurut Andre Gojek saat ini memimpin di pasar Indonesia maupun Asean. Berdasarkan data Nikkei menyebutkan jumlah pengguna aktif bulanan Gojek di Indonesia paling banyak di Indonesia dibandingkan aplikasi on demand lainnya.
Data yang sama juga menyebutkan bahwa jumlah pengguna Gojek di Indonesia setara dengan jumlah pengguna aktif bulanan aplikasi ride sharing terbesar di Amerika Serikat. Data ini diperkuat dengan hasil Survei Alvara Research Center yang mengatakan layanan Gojek yaitu transportasi, pesan antar makanan dan pembayaran digital.
"Tidak hanya di Indonesia, negara lain tempat kami berekspansi, Gojek mendapatkan sambutan hangat. Di vietnam, Thailand, dan Singapura kehadiran kami ditunggu-tunggu oleh konsumen dan mitra driver karena bisa memberikan pilihan," katanya.
Simak video tentang Gojek di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
(roy/roy) Next Article Grab Disebut IPO dengan Valuasi Rp 224 T, Gojek Berapa?
Most Popular