
Startup
Kisah 2 Pemuda Bangun Startup Unicorn Bernilai Rp 19,6 T
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
02 March 2019 21:07

Dengan bantuan Joey Zwillinger, co-founder kedua dan co-CEO Allbirds, Brown pindah ke San Francisco untuk secara resmi mendirikan Allbirds pada 2015. Alih-alih mencoba meluncurkan beberapa jenis sepatu, Brown dan Zwillinger memutuskan untuk tetap menggunakan Wool Runner sebelum secara resmi meluncurkan Allbirds kepada publik.
Brown dan Zwillinger juga memutuskan untuk menghindari model bisnis grosiran, dengan mengirim dan menjualnya dalam jumlah besar ke pengecer di seluruh dunia, untuk kemudian menjualnya kepada pelanggan.
Tetapi, Allbirds menggunakan tren baru-baru ini dan memilih model langsung-ke-konsumen, di mana mereka mengontrol semua manufaktur dan distribusi mereka sendiri, menjual produk langsung ke konsumen secara online atau di toko-toko pengecer bata-dan-mortir, atau keduanya (seperti Warby Parker atau merek pakaian Everlane).
"Model direct-to-consumer telah memungkinkan Allbirds untuk bergerak lebih cepat dan memiliki hubungan langsung dengan pelanggan dan memungkinkan Allbirds untuk terus meningkatkan produk," kata Brown dilansir dari CNBC Make It.
Kini Allbirds terus berkembang di seluruh dunia. Axios melaporkan pada Oktober 2018, perusahaan telah mencetak untung sejak 2016, dengan pendapatan sekitar US$ 80 juta pada tahun lalu, dan hampir dua kali lipat jumlah yang diharapkan tahun ini.
Pada bulan yang sama, Allbirds menerima investasi terbesarnya hingga saat ini, US$ 50 juta dalam pendanaan dari perusahaan manajemen investasi T Rowe Price, membuat valuasi startup menjadi US$ 1,4 miliar atau setara Rp 19,6 T. Allbirds kini telah mengumpulkan total US$ 77,5 juta dari investor luar.
Allbirds terus tumbuh di seluruh dunia, dengan peluncuran penjualan merek di Inggris pada bulan Juli setelah sebelumnya hanya tersedia di AS, Kanada, Australia, dan Selandia Baru.
Pada bulan Oktober, perusahaan membuka toko bata-dan-mortir di London, bergabung dengan dua lokasi fisik Allbirds lainnya di San Francisco dan New York. Dan, Allbirds berencana untuk membuka setidaknya delapan lokasi ritel di seluruh Amerika Serikat pada tahun depan.
(roy/roy)
Brown dan Zwillinger juga memutuskan untuk menghindari model bisnis grosiran, dengan mengirim dan menjualnya dalam jumlah besar ke pengecer di seluruh dunia, untuk kemudian menjualnya kepada pelanggan.
Kini Allbirds terus berkembang di seluruh dunia. Axios melaporkan pada Oktober 2018, perusahaan telah mencetak untung sejak 2016, dengan pendapatan sekitar US$ 80 juta pada tahun lalu, dan hampir dua kali lipat jumlah yang diharapkan tahun ini.
Pada bulan yang sama, Allbirds menerima investasi terbesarnya hingga saat ini, US$ 50 juta dalam pendanaan dari perusahaan manajemen investasi T Rowe Price, membuat valuasi startup menjadi US$ 1,4 miliar atau setara Rp 19,6 T. Allbirds kini telah mengumpulkan total US$ 77,5 juta dari investor luar.
Allbirds terus tumbuh di seluruh dunia, dengan peluncuran penjualan merek di Inggris pada bulan Juli setelah sebelumnya hanya tersedia di AS, Kanada, Australia, dan Selandia Baru.
Pada bulan Oktober, perusahaan membuka toko bata-dan-mortir di London, bergabung dengan dua lokasi fisik Allbirds lainnya di San Francisco dan New York. Dan, Allbirds berencana untuk membuka setidaknya delapan lokasi ritel di seluruh Amerika Serikat pada tahun depan.
(roy/roy)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular