
Analisis
Hikayat Hape: Barang Durable, Dikonsumsi Laiknya Non-Durable
Arif Gunawan S., CNBC Indonesia
08 February 2019 19:02

Keunggulan ponsel pintar di antara barang durable ini tak terlepas dari perubahan pola konsumsi masyarakat. Berdasarkan riset Nielsen, masyarakat kini kurang memprioritaskan pembelian produk konsumen bergerak cepat (fast moving consumer goods/FMCG), dan cenderung memilih pembelian untuk menopang kebutuhan akan kenyamanan dan gaya hidup, berupa ponsel pintar.
Temuan perusahaan riset berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) Neurosensum mengonfirmasi itu dalam risetnya berjudul “Memahami Tren Konsumen Masa Kini”. Mereka menemukan kesimpulan bahwa perubahan pola konsumsi di masyarakat berujung pada kenaikan permintaan ponsel dan data seluler.
"Pengeluaran di kategori smartphone naik 21% dalam dua tahun terakhir, sedangkan pengeluaran produk di kategori gadget dan elektronik meningkat 50% dalam dua tahun terakhir," ujar Managing Director Neurosensum Rajiv Lamba, pada Selasa (8/5/2018) di Jakarta.
Tingginya kebutuhan ponsel pintar di kalangan milenial yang kian narsis dengan sosial media ini tentunya dibaca oleh para produsen. OPPO, misalnya, sukses mencuri perhatian ketika merilis produk ponsel dengan keunggulan teknologi AI di fitur selfie, dalam produk OPPO F5. Tak pelak, dalam sepekan produk ini diborong dengan pembelian mencapai 48.000 unit.
Dikombinasikan dengan strategi marketing menyasar millennial, dengan menggunakan brand ambassador artis-artis milenial, pabrikan asal China yang berdiri 18 tahun lalu ini sukses menembus 5 besar pasar ponsel pintar tidak hanya di Indonesia tapi juga dunia.
IDC melaporkan bahwa OPPO (per September) mencatatkan pelambatan penjualan dalam skala lebih kecil dari yang diderita Samsung para periode yang sama. Pada periode tersebut, perseroan mengirim 29,9 juta produknya ke pasar global, atau melemah 2,1%. Di sisi lain pengiriman Samsung anjlok 13,4%.
“OPPO mulai menarik perhatian dunia menyusul beberapa produk andalannya lewat event peluncuran yang dipasarkan dengan baik. Desain produk Find X dan R17 meningkatkan keunggulan OPPO, dan pada gilirannya membuat mereka terus menikmati kenaikan jumlah penggunanya,” tulis IDC.
Tumbuhnya kebutuhan baru untuk membagi momen melalui media sosial itu juga memicu pertumbuhan penggunaan data internet. Rajiv mengungkap, rata-rata konsumen menghabiskan lebih dari 5 jam di media sosial. Pangsa pasar untuk kategori data seluler dan broadband pun naik hampir 2 kali lipat dalam 2 tahun terakhir.
Inilah yang membuat kebutuhan ponsel pintar kian meningkat, terutama terkait dengan keunggulan teknologi berupa kecepatan dan keunggulan pemrosesan data. Munculnya ponsel pintar baru dengan spek yang lebih tinggi mendorong konsumen melepas ponsel seri lamanya meski masih bisa digunakan.
Penjualan ponsel lama tersebut pada akhirnya menciptakan pasar baru, yakni pasar ponsel seken yang juga membantu masyarakat menengah ke bawah mengakses ponsel pintar high-end. Inilah efek berantai dari masifnya pertumbuhan industri dan inovasi ponsel.
Menurut data OPPO, teknologi baru tersebut membuat rata-rata umur penggunaan ponsel pintar di kalangan pembelinya menjadi lebih cepat, hanya di kisaran dua hingga tiga bulan. Untuk produk andalan (hero product), rata-rata umur penggunaannya adalah 5-8 bulan.
Melihat potensi pasar ponsel pintar di Indonesia yang terus berkembang, dengan didukung infrastruktur jaringan 4G yang kian kuat, dahaga masyarakat akan teknologi ponsel “milenial” pun kian tak tertahan. Ini berpeluang menciptakan keunggulan ponsel asal China seperti OPPO yang menawarkan teknologi sebanding dengan Samsung tetapi dengan harga yang lebih terjangkau.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ags/dob)
Temuan perusahaan riset berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) Neurosensum mengonfirmasi itu dalam risetnya berjudul “Memahami Tren Konsumen Masa Kini”. Mereka menemukan kesimpulan bahwa perubahan pola konsumsi di masyarakat berujung pada kenaikan permintaan ponsel dan data seluler.
"Pengeluaran di kategori smartphone naik 21% dalam dua tahun terakhir, sedangkan pengeluaran produk di kategori gadget dan elektronik meningkat 50% dalam dua tahun terakhir," ujar Managing Director Neurosensum Rajiv Lamba, pada Selasa (8/5/2018) di Jakarta.
Dikombinasikan dengan strategi marketing menyasar millennial, dengan menggunakan brand ambassador artis-artis milenial, pabrikan asal China yang berdiri 18 tahun lalu ini sukses menembus 5 besar pasar ponsel pintar tidak hanya di Indonesia tapi juga dunia.
![]() |
“OPPO mulai menarik perhatian dunia menyusul beberapa produk andalannya lewat event peluncuran yang dipasarkan dengan baik. Desain produk Find X dan R17 meningkatkan keunggulan OPPO, dan pada gilirannya membuat mereka terus menikmati kenaikan jumlah penggunanya,” tulis IDC.
Tumbuhnya kebutuhan baru untuk membagi momen melalui media sosial itu juga memicu pertumbuhan penggunaan data internet. Rajiv mengungkap, rata-rata konsumen menghabiskan lebih dari 5 jam di media sosial. Pangsa pasar untuk kategori data seluler dan broadband pun naik hampir 2 kali lipat dalam 2 tahun terakhir.
Inilah yang membuat kebutuhan ponsel pintar kian meningkat, terutama terkait dengan keunggulan teknologi berupa kecepatan dan keunggulan pemrosesan data. Munculnya ponsel pintar baru dengan spek yang lebih tinggi mendorong konsumen melepas ponsel seri lamanya meski masih bisa digunakan.
Penjualan ponsel lama tersebut pada akhirnya menciptakan pasar baru, yakni pasar ponsel seken yang juga membantu masyarakat menengah ke bawah mengakses ponsel pintar high-end. Inilah efek berantai dari masifnya pertumbuhan industri dan inovasi ponsel.
Menurut data OPPO, teknologi baru tersebut membuat rata-rata umur penggunaan ponsel pintar di kalangan pembelinya menjadi lebih cepat, hanya di kisaran dua hingga tiga bulan. Untuk produk andalan (hero product), rata-rata umur penggunaannya adalah 5-8 bulan.
Melihat potensi pasar ponsel pintar di Indonesia yang terus berkembang, dengan didukung infrastruktur jaringan 4G yang kian kuat, dahaga masyarakat akan teknologi ponsel “milenial” pun kian tak tertahan. Ini berpeluang menciptakan keunggulan ponsel asal China seperti OPPO yang menawarkan teknologi sebanding dengan Samsung tetapi dengan harga yang lebih terjangkau.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ags/dob)
Pages
Most Popular