Analisis

Hikayat Hape: Barang Durable, Dikonsumsi Laiknya Non-Durable

Arif Gunawan S., CNBC Indonesia
08 February 2019 19:02
Dibeli Inovasinya, Bukan (Sekadar) Barangnya
Foto: Seorang imigran Kurdi dari Irak, memainkan permainan perang di smartphone-nya, saat ia beristirahat di dalam gimnasium di Grande-Synthe, Prancis, 9 Januari 2019. REUTERS / Pascal Rossignol
Sebagai durable goods, ponsel mestinya memiliki karakteristik produksi seperti barang tahan lama lain semacam kulkas atau TV berwarna. Salah satu karakteristiknya adalah proses manufaktur yang relatif konstan dengan produk yang “itu-itu saja”.

Televisi, misalnya, diproduksi dengan varian produk yang relatif jumud, hanya 1 produk baru yang dijual ke pasar untuk periode pemasaran 3 tahun, sebelum menawarkan produk baru. Pola produksi initidak kita temukan dalam ponsel, yang rata-rata diproduksi dengan varian baru setiap kuartal.

Di Indonesia, pasar ponsel pintar (smartphone) dikuasai oleh lima vendor utama yakni Samsung, Xiaomi, OPPO, Vivo, dan Advan. Untuk melihat pola produksi dan pemasaran para vendor tersebut, Tim Riset CNBC Indonesia merangkum data intensitas rilis produk tiga vendor utama, yakni Samsung, Xiaomi, dan OPPO. Vendor produk ponsel dengan brand terkuat di dunia yakni Iphone juga kami masukkan.
Hikayat Hape: Barang Durable, Dikonsumsi Laiknya Non-DurableFoto: Infografis/Frekuensi Rilis Produk Hape Baru/Arie Pratama

Dari tabel di atas terlihat bahwa keempat produsen ponsel pintar tersebut menerbitkan minimal 1 produk setiap tahunnya, tidak terkecuali Iphone. Samsung menjadi pabrikan yang paling rajin menerbitkan produk baru, rata-rata 24 produk per tahun, disusul OPPO rata-rata 7 produk tiap tahunnya.


Pola penerbitan produk baru ini, sembari menggeser produk yang lama, sesuai dengan karakteristik industri telepon pintar yang tidak hanya menawarkan produk material, melainkan menawarkan kemajuan inovasi teknologi yang mereka tawarkan dengan disesuaikan kebutuhan dan selera pasar.

Hal ini berbeda dari pola produksi barang tahan lama lainnya seperti kulkas, televisi yang pada umumnya tidak memiliki inovasi teknologi secara drastis. Bahkan produk barang tak tahan lama seperti mi goreng, kue, snack, tidak memiliki tingkat pergantian produk yang sedemikian cepat seperti ponsel.

Wajar saja, ponsel pintar memang produk elektronik paling serbaguna dan tepatguna di alam modern saat ini. Dia menggabungkan fungsi belasan barang ke dalam satu genggaman mulai dari telepon, internet, kamera, perekaman, game, jam tangan, kalkulator, pengetikan, kalender, radio, kompas, hingga pengeditan foto.

Tidak mengherankan jika revolving atau perputaran barang tersebut di tangan konsumen juga menjadi semakin cepat, menjadikan umur pemakaiannya di tangan konsumen menjadi lebih pendek dibandingkan dengan umur barangnya—yang lebih dari 3 tahun.

Dalam sebuah penelitian berjudul “The Use-Time and Obsolescence of Durable Goods in The Age OF Acceleration: An Empirical Investigation among Austrian Households” (2015), Harald Wieser dan Nina Troger menemukan bahwa ponsel menjadi produk durable dengan umur pemakaian terendah ketiga bagi masyarakat.
Hikayat Hape: Barang Durable, Dikonsumsi Laiknya Non-Durable
Jika umur pemakaian—catat: bukan umur produk—televisi mencapai rata-rata 7,3 tahun di masyarakat Austria dan laptop rata-rata 4,1 tahun, maka umur pemakaian ponsel hanya 2,7 tahun atau sama dengan umur pemakaian produk kaos.

NEXT
(ags/dob)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular