
Survei: Go-jek Juara Order Fiktif, Grab Nomor 2
Donald Banjarnahor, CNBC Indonesia
07 February 2019 12:08

Jakarta, CNBC Indonesia - Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) dan firma riset Spire Research and Consulting melakukan riset mengenai fenomena kecurangan atau fraud di industri berbagi tumpangan (ride hailing) di Indonesia.
Dikutip dari detikcom, salah satu bentuk fraud di industri ini adalah order fiktif atau dikenal dengan 'Opik'. Hal tersebut dilakukan demi mendapat bonus dari perusahaan transportasi. Ada pula fraud yang dikenal sebagai 'Fake GPS' untuk mencurangi lokasi di Global Positioning System (GPS).
Riset dilakukan dengan metode survei kepada 516 mitra pengemudi dari dua perusahaan transportasi online terbesar, yaitu Grab dan Gojek. Survei ini dilakukan pada 16 April-16 Mei 2018 lalu di Jakarta, Bogor, Semarang, Bandung, dan Yogyakarta. Metode survei yang digunakan adalah non-probability atau convenient sampling.
Hasil riset menunjukan bahwa 42% mitra pengemudi percaya bahwa Go-Jek adalah platform dengan order fiktif paling banyak terjadi. Sementara 28% mitra pengemudi mengatakan bahwa di Grab order fiktif lebih banyak terjadi.
Hasil survei juga menunjukkan hampir setengah dari mitra pengemudi Go-Jek (46%) mengatakan bahwa perusahaan tidak mengetahui atau mengetahui tapi membiarkan praktek tindakan curang. Sementara angka ketidakpercayaan untuk Grab berkisar 30% dari mitra pengemudi yang menyatakan hal serupa.
Baru-baru ini hasil riset tersebut diperkuat dengan temuan dari Lembaga riset Spire. Dalam melakukan riset, Spire melakukan survei terhadap 40 pengemudi dan 280 konsumen secara acak dalam skala nasional.
Hasil survei memprediksikan sebanyak 30% dari order yang diterima Go-Jek terindikasi fraud. Angka itu lebih tinggi jika dibandingkan dengan persentase fraud Grab yang diperkirakan hanya 5%. Angka tersebut berdasarkan estimasi jumlah order fraud dibandingkan jumlah total order yang diterima.
Menurut Group Deputy CEO Spire Research and Consulting Jeffrey Bahar, hasil riset perusahaannya dapat menjadi gambaran bagaimana tindakan fraud sudah menjadi sesuatu yang cukup umum.
"Perkiraan ini masuk akal karena kami juga melakukan survei terhadap para pengemudi transportasi online. Di 2018, dari para pengemudi Go-Jek sendiri yang kami survei, 60% di antaranya mengaku pernah melakukan fraud untuk meningkatkan jumlah order mereka yang akan berpengaruh pada bonus dan pendapatan harian yang mereka terima," ungkapnya.
Saksikan video demo driver ojek online yang menuntut penghapusan tarif promosi di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
(dob/roy) Next Article Gojek Disalip Grab di Kandang Sendiri
Dikutip dari detikcom, salah satu bentuk fraud di industri ini adalah order fiktif atau dikenal dengan 'Opik'. Hal tersebut dilakukan demi mendapat bonus dari perusahaan transportasi. Ada pula fraud yang dikenal sebagai 'Fake GPS' untuk mencurangi lokasi di Global Positioning System (GPS).
Hasil survei juga menunjukkan hampir setengah dari mitra pengemudi Go-Jek (46%) mengatakan bahwa perusahaan tidak mengetahui atau mengetahui tapi membiarkan praktek tindakan curang. Sementara angka ketidakpercayaan untuk Grab berkisar 30% dari mitra pengemudi yang menyatakan hal serupa.
Baru-baru ini hasil riset tersebut diperkuat dengan temuan dari Lembaga riset Spire. Dalam melakukan riset, Spire melakukan survei terhadap 40 pengemudi dan 280 konsumen secara acak dalam skala nasional.
Hasil survei memprediksikan sebanyak 30% dari order yang diterima Go-Jek terindikasi fraud. Angka itu lebih tinggi jika dibandingkan dengan persentase fraud Grab yang diperkirakan hanya 5%. Angka tersebut berdasarkan estimasi jumlah order fraud dibandingkan jumlah total order yang diterima.
Menurut Group Deputy CEO Spire Research and Consulting Jeffrey Bahar, hasil riset perusahaannya dapat menjadi gambaran bagaimana tindakan fraud sudah menjadi sesuatu yang cukup umum.
"Perkiraan ini masuk akal karena kami juga melakukan survei terhadap para pengemudi transportasi online. Di 2018, dari para pengemudi Go-Jek sendiri yang kami survei, 60% di antaranya mengaku pernah melakukan fraud untuk meningkatkan jumlah order mereka yang akan berpengaruh pada bonus dan pendapatan harian yang mereka terima," ungkapnya.
Saksikan video demo driver ojek online yang menuntut penghapusan tarif promosi di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
(dob/roy) Next Article Gojek Disalip Grab di Kandang Sendiri
Most Popular