Internasional

AS Usik Huawei, China Bisa Buat Silicon Valley Merana

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
24 January 2019 07:23
China dapat sepenuhnya menghentikan investasi ke Silicon Valley, kata mantan wakil gubernur People's Bank of China (PBOC) Zhu Min saat Huawei terus ditekan.
Foto: Seorang pria berjalan dengan logo Huawei di sebuah pusat perbelanjaan di Shanghai, Cina 6 Desember 2018. REUTERS / Aly Song
Jakarta, CNBC Indonesia - China dapat sepenuhnya menghentikan investasi ke Silicon Valley, kata mantan wakil gubernur People's Bank of China (PBOC) Zhu Min, menyusul pengawasan ketat terhadap perusahaan pembuat peralatan telekomunikasi terbesar di dunia itu.

Raksasa teknologi China, Huawei, menghadapi pembatasan oleh beberapa pemerintah negara Barat, di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa produknya dapat digunakan untuk kepentingan intelijen Beijing.


Hal itu terjadi saat Amerika Serikat (AS) dan China terjerat dalam perang dagang sengit yang sudah berlangsung sejak awal tahun lalu. Para pelaku pasar semakin khawatir konflik itu dapat meluas ke sektor teknologi dan menyebabkan "perang teknologi".

"Psikologi telah benar-benar berubah, karena perang teknis adalah perang yang paling saling terkait, (dengan) modal AS menyebar ke mana-mana dan modal China menyebar ke mana-mana juga," kata Zhu Min kepada CNBC, Selasa (22/1/2019).

Tetapi "Bisa saya katakan bahwa setelah peristiwa Huawei, semua uang China yang masuk ke Silicon Valley berhenti. Dan tidak ada uang AS yang akan diinvestasikan ke China juga," tambahnya, melansir CNBC International.

Sebelum bergabung di Bank of China, Zhu merupakan mantan wakil direktur pelaksana di Dana Moneter Internasional (IMF).

AS Usik Huawei, China Bisa Buat Silicon Valley MeranaFoto: Huawei (REUTERS/Aly Song)


Kerugian jangka pendek
Selain menjadi salah satu pembuat ponsel pintar top dunia, Huawei juga merupakan pemimpin dalam infrastruktur telekomunikasi, khususnya terkait dengan generasi berikutnya dari jaringan telepon seluler, yang dikenal sebagai 5G.

Tetapi kekhawatiran tentang keamanan teknologi Huawei telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir, khususnya di AS, Kanada, Jerman, Inggris, dan Australia.

Amerika Serikat dan negara-negara lain, di tengah-tengah perang dagang yang sedang berlangsung, menuduh China melakukan pencurian teknologi, meskipun China telah membantahnya.

Berita negatif itu telah membuat tim humas Huawei kewalahan.

Pada hari Selasa, Ketua Huawei Liang Hua, mengatakan kepada para pemimpin dunia yang berkumpul di Davos bahwa perusahaannya dapat menarik diri dari negara-negara Barat jika terus menghadapi pembatasan.


Liang juga mengatakan kepada wartawan di World Economic Forum bahwa Huawei mengikuti peraturan di mana pun perusahaan beroperasi.

Ketika ditanya apakah mungkin bagi China untuk secara tiba-tiba mengalihkan investasinya dari Silicon Valley, John Zhao, pendiri dan kepala eksekutif Hony Capital, menjawab: "Secara jumlah, sepertinya itu sudah terjadi."

"Tapi itu benar-benar menunjukkan sesuatu yang jauh lebih mendasar dari sekadar angka yang sudah mulai ditunjukkan. Pertama-tama, itu menunjukkan saling ketergantungan yang telah dibangun oleh negara-negara dunia... Tapi itu juga menunjukkan bahwa saat ada beberapa kesulitan jangka pendek yang harus diselesaikan, kita juga perlu memiliki pandangan jangka panjang," kata Zhao, saat berbicara dengan Nancy Hungerford dari CNBC di Davos pada hari Rabu.

Negara-negara Barat tetap cemas
Baidu, Alibaba, dan Tencent, yang secara kolektif disebut sebagai BAT, adalah salah satu investor terbesar China di Silicon Valley.

Tencent memiliki 40% saham di Epic Games, perusahaan yang berbasis di North Carolina, yang merupakan pencetus game hit "Fortnite". Baidu memiliki laboratorium kecerdasan buatan di Silicon Valley.

AS Usik Huawei, China Bisa Buat Silicon Valley MeranaFoto: Infografis/Kisah Sukses Jack Ma/Edward Ricardo

China telah secara terbuka menyatakan niatnya untuk menjadi pemimpin teknologi dunia selama dekade berikutnya, menginvestasikan ratusan miliar dolar dalam teknologi seperti kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dan kendaraan otonom.

Pemerintah Barat tetap khawatir tentang hubungan antara Huawei dan pemerintah China.

Ketika ditanya apakah ia percaya Huawei mewakili ancaman bagi Barat, Steven Ciobo, menteri pertahanan Australia, mengatakan kepada CNBC bahwa "Australia, sebagai suatu pemerintahan, menyatakan kami tidak akan mengizinkan Huawei untuk berpartisipasi membangun 5G di negara kami."

"Itu menjelaskan sebagian dari apa yang kami yakini sebagai beberapa kelemahan inheren dari Huawei yang kami khawatirkan. Jika kami tidak memiliki alasan untuk melakukan itu, kami tidak akan mengambil keputusan itu," tambahnya.


(prm) Next Article Biden Tambah Penderitaan Huawei?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular