
Mengintip Modal Ventura Milik John Riady Dkk
Bernhart Farras, CNBC Indonesia
22 January 2019 11:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepak terjang konglomerat maupun keturunannya di bisnis modal ventura bukan sesuatu yang baru. Namun, sepak terjang mereka tentu menarik untuk diikuti.
Salah satunya adalah Venturra Capital. Didirikan sejak 2015, perusahaan itu dipimpin oleh John Riady. John, direktur eksekutif Lippo Group, merupakan salah seorang cucu dari konglomerat Mochtar Riady.
Terhitung sejak September 2018, Venturra Capital mulai fokus di ranah seed funding dengan 'kapal' Venturra Discovery.
Dalam wawancara ekslusif dengan Bernhart Farras dari CNBC Indonesia, Jumat (16/1/2019), partner di Ventura Discovery Raditya Pramana menceritakan bisnis yang dijalani perseroan.
"Venturra capital sangat aktif buat berinvestasi di perusahaan seri A dan seri B. Tapi yang kita rasa di tahun 2017 opportunity (kesempatan) untuk invest (berinvestasi) tidak seperti itu," kata Raditya di kantor Venturra Capital, Jumat (16/1/2019).
Venturra Capital fokus berinvestasi pada pendanaan seri A sampai B dengan kisaran investasi US$2 juta sampai US$5 juta. Sedangkan Venturra Discovery fokus pada pendanaan sebelum seri A atau biasa disebut seed funding dengan kisaran investasi US$200 ribu sampai US$500 ribu.
Venture capital atau biasa disebut modal ventura adalah perusahaan yang berinvestasi pada perusahaan rintisan atau biasa disebut startup. Sedangkan seed, seri A dan B adalah tahapan investasi yang diterima oleh startup.
Menurut Raditya, startup merupakan perusahaan rintisan yang memang punya ambisi yang besar dan biasanya dibantu teknologi untuk memenangkan pasar. Ia menjelaskan perbedaan antara startup dengan small medium enterprise (SME) terletak pada bisnis model yang tidak didesain untuk berkembang dengan skala besar.
"Tapi kalau kita ngomongin bisnis internet sebenarnya semua industri itu akan memakai teknologi untuk mengembangkan pasar membuat operasional jauh lebih efisien," kata Raditya.
Ketika ditanya apakah startup harus berbasis teknologi, Raditya menjawab "Sekarang kalau menurut Saya sendiri diferensiasi itu dibuat dari teknologi. Di saat mereka selalu mengoptimasi online channels setiap hari dan menjadikan hal itu sebagai salah satu bagian besar dalam bisnis mereka yang Saya rasa itu sudah jadi bagian dari teknologi itu sendiri."
Sebuah Alasan
Tiga tahun setelah Venturra Capital berdiri, perusahaan memutuskan untuk memunculkan merek baru yang fokus dengan seed funding dan tidak mengubah citra yang sudah dibangun.
Menurut Raditya, saat Venturra Capital mulai berinvestasi pada 2015, kondisi pasar begitu positif. Banyak perusahaan yang dinilai Venturra Capital memiliki tim yang bagus. "Alasan dibangunnya Venturra Discovery adalah new ideas, new innovation, yang memang itu bukan yang Venturra (Venturra Capital) fokus kita pada awal membangun Venturra," ujar Raditya.
Raditya menjelaskan potensi besar dalam investasi di seri A dan B pada tahun 2015 bahkan membuat perusahaan menggelontorkan dana setiap 1 bulan setengah.
"Saat itu (2015) memang kita mau kerja sama mereka (startup), ambisinya besar sekali dan inovasinya jelas. Kita tahu ini opportunity di bisnis itu sendiri besar dan memang problemnya itu benar ada," kata Raditya. "2015-2016 itu kita invest bisa hampir satu setengah bulan sekali."
Namun, potensi itu sudah mulai pudar pada akhir tahun 2017. Raditya mengatakan hal itu bukan lantaran pasar yang buruk, melainkan karena tidak banyak melihat perusahaan yang menarik untuk ditanamkan investasi mengingat berbagai alasan.
"Dari 2015 sampai 2017 investasi itu berkurang sepertiga jadi dalam dollar value dan begitu juga dengan transaksi yang berkurang sepertiga," tambahnya. "2017 itu seed berkurang sepertiga," ujar Raditya.
Ia mengatakan, pada 2015 banyak investor yang dulu fokus ke seed sekarang mereka bangun pendanaan berikutnya di series yang lebih besar.
"Di saat mereka naik jadi tinggal sedikit yang berinvestasi. Jadi sekarang kita ngerasa emang ada permintaan di pasar. Banyak sekali alasan yang mungkin menyebabkan fenomena ini. Tapi ini yang paling jelas," kata Raditya.
Masa depan
Ketika ditanya bagaimana potensi pendanaan seed, seri A dan B pada tahun 2019, Raditya menjawab peluangnya menarik. Venturra Discovery pun menanti-nanti pengusaha muda berikut yang bakal muncul.
"Kita rasa itu bisa di 1-2 tahun ke depan dan di tahun ini ada banyak banget perusahaan-perusahaan baru yang memang mencoba ide-ide baru dan inovasi di setiap industri yang ada di Indonesia. Sebenarnya perusahaan dengan ide bagus itu harus selalu didampingi dengan kemampuan eksekusi yang sangat bagus juga," ujar Raditya.
Ia menjelaskan Venturra Capital menyeleksi startup yang mengirimkan profil usaha ke perusahaan. Menurut Raditya, perusahaan venture capital adalah opsi terbaik untuk modal pembuatan startup, karena resikonya sangat tinggi kalau memilih bank.
"Mereka submit. Mereka tidak ada tempat lagi buat nyari modal, kalau pinjam (bank) tidak mungkin karena ini bisnis yang resikonya sangat tinggi. Hanya venture capital saja yang mampu," kata Raditya.
Raditya juga menjelaskan bahwa startup hanya bisa didanai jika sudah diluncurkan dan melakukan uji pasar dalam beberapa bulan. Rentang waktu dua sampai tiga bulanpun tak masalah. "Walaupun dengan datanya sempit tapi kita bisa melihat sinyalnya, potensi ke depan akan seperti apa."
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Jurus Agar Startup RI Mampu Bertahan di Masa Pandemi
Salah satunya adalah Venturra Capital. Didirikan sejak 2015, perusahaan itu dipimpin oleh John Riady. John, direktur eksekutif Lippo Group, merupakan salah seorang cucu dari konglomerat Mochtar Riady.
Terhitung sejak September 2018, Venturra Capital mulai fokus di ranah seed funding dengan 'kapal' Venturra Discovery.
"Venturra capital sangat aktif buat berinvestasi di perusahaan seri A dan seri B. Tapi yang kita rasa di tahun 2017 opportunity (kesempatan) untuk invest (berinvestasi) tidak seperti itu," kata Raditya di kantor Venturra Capital, Jumat (16/1/2019).
Venturra Capital fokus berinvestasi pada pendanaan seri A sampai B dengan kisaran investasi US$2 juta sampai US$5 juta. Sedangkan Venturra Discovery fokus pada pendanaan sebelum seri A atau biasa disebut seed funding dengan kisaran investasi US$200 ribu sampai US$500 ribu.
Venture capital atau biasa disebut modal ventura adalah perusahaan yang berinvestasi pada perusahaan rintisan atau biasa disebut startup. Sedangkan seed, seri A dan B adalah tahapan investasi yang diterima oleh startup.
Menurut Raditya, startup merupakan perusahaan rintisan yang memang punya ambisi yang besar dan biasanya dibantu teknologi untuk memenangkan pasar. Ia menjelaskan perbedaan antara startup dengan small medium enterprise (SME) terletak pada bisnis model yang tidak didesain untuk berkembang dengan skala besar.
"Tapi kalau kita ngomongin bisnis internet sebenarnya semua industri itu akan memakai teknologi untuk mengembangkan pasar membuat operasional jauh lebih efisien," kata Raditya.
Ketika ditanya apakah startup harus berbasis teknologi, Raditya menjawab "Sekarang kalau menurut Saya sendiri diferensiasi itu dibuat dari teknologi. Di saat mereka selalu mengoptimasi online channels setiap hari dan menjadikan hal itu sebagai salah satu bagian besar dalam bisnis mereka yang Saya rasa itu sudah jadi bagian dari teknologi itu sendiri."
![]() |
Sebuah Alasan
Tiga tahun setelah Venturra Capital berdiri, perusahaan memutuskan untuk memunculkan merek baru yang fokus dengan seed funding dan tidak mengubah citra yang sudah dibangun.
Menurut Raditya, saat Venturra Capital mulai berinvestasi pada 2015, kondisi pasar begitu positif. Banyak perusahaan yang dinilai Venturra Capital memiliki tim yang bagus. "Alasan dibangunnya Venturra Discovery adalah new ideas, new innovation, yang memang itu bukan yang Venturra (Venturra Capital) fokus kita pada awal membangun Venturra," ujar Raditya.
Raditya menjelaskan potensi besar dalam investasi di seri A dan B pada tahun 2015 bahkan membuat perusahaan menggelontorkan dana setiap 1 bulan setengah.
"Saat itu (2015) memang kita mau kerja sama mereka (startup), ambisinya besar sekali dan inovasinya jelas. Kita tahu ini opportunity di bisnis itu sendiri besar dan memang problemnya itu benar ada," kata Raditya. "2015-2016 itu kita invest bisa hampir satu setengah bulan sekali."
Namun, potensi itu sudah mulai pudar pada akhir tahun 2017. Raditya mengatakan hal itu bukan lantaran pasar yang buruk, melainkan karena tidak banyak melihat perusahaan yang menarik untuk ditanamkan investasi mengingat berbagai alasan.
"Dari 2015 sampai 2017 investasi itu berkurang sepertiga jadi dalam dollar value dan begitu juga dengan transaksi yang berkurang sepertiga," tambahnya. "2017 itu seed berkurang sepertiga," ujar Raditya.
Ia mengatakan, pada 2015 banyak investor yang dulu fokus ke seed sekarang mereka bangun pendanaan berikutnya di series yang lebih besar.
"Di saat mereka naik jadi tinggal sedikit yang berinvestasi. Jadi sekarang kita ngerasa emang ada permintaan di pasar. Banyak sekali alasan yang mungkin menyebabkan fenomena ini. Tapi ini yang paling jelas," kata Raditya.
![]() |
Masa depan
Ketika ditanya bagaimana potensi pendanaan seed, seri A dan B pada tahun 2019, Raditya menjawab peluangnya menarik. Venturra Discovery pun menanti-nanti pengusaha muda berikut yang bakal muncul.
"Kita rasa itu bisa di 1-2 tahun ke depan dan di tahun ini ada banyak banget perusahaan-perusahaan baru yang memang mencoba ide-ide baru dan inovasi di setiap industri yang ada di Indonesia. Sebenarnya perusahaan dengan ide bagus itu harus selalu didampingi dengan kemampuan eksekusi yang sangat bagus juga," ujar Raditya.
Ia menjelaskan Venturra Capital menyeleksi startup yang mengirimkan profil usaha ke perusahaan. Menurut Raditya, perusahaan venture capital adalah opsi terbaik untuk modal pembuatan startup, karena resikonya sangat tinggi kalau memilih bank.
"Mereka submit. Mereka tidak ada tempat lagi buat nyari modal, kalau pinjam (bank) tidak mungkin karena ini bisnis yang resikonya sangat tinggi. Hanya venture capital saja yang mampu," kata Raditya.
Raditya juga menjelaskan bahwa startup hanya bisa didanai jika sudah diluncurkan dan melakukan uji pasar dalam beberapa bulan. Rentang waktu dua sampai tiga bulanpun tak masalah. "Walaupun dengan datanya sempit tapi kita bisa melihat sinyalnya, potensi ke depan akan seperti apa."
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Jurus Agar Startup RI Mampu Bertahan di Masa Pandemi
Most Popular