
Perkembangan teknologi
'China Sangat Menarik karena Begitu Banyak Data'
Bernhart Farras, CNBC Indonesia
03 December 2018 19:09

Beijing, CNBC Indonesia - Populasi China tercatat sudah lebih dari 1,4 miliar orang. Itu artinya seperempat dari populasi dunia berada di Negeri Tirai Bambu. Seiring perkembangan teknologi, mayoritas penduduk membagikan data catatan medis, pembayaran makanan, dan akses rekening.
Para CEO, investor, dan petinggi perusahaan teknologi dalam Konferensi East Tech West CNBC, Ahad (2/12/2018), menyepakati sebuah adagium. Data adalah tambang minyak hari ini dan ada lebih banyak data di China dibandingkan negara lain.
"China sangat menarik karena ada begitu banyak data," ujar Partner di 500 Startups Edith Yeung seperti dilansir CNBC International, Senin (3/12/2018). Aspek yang lebih penting, menurut Yeung, adalah kemauan publik membagikan data begitu besar.
"Saya pikir ada banyak warga China yang benar-benar bangga dengan fakta bahwa kita sebenarnya cukup besar untuk dapat bersaing dengan AS dalam hal kecerdasan buatan (AI/Artificial Inteligence). Saya pikir ini adalah waktu yang sangat menarik untuk berada di China," kata Yeung.
Oleh karena itu, dia menyarankan kepada perusahaan yang 'haus' data untuk meningkatkan dan meluncurkan proyek AI terbaru. Kenyataan di lapangan, perusahaan-perusahaan teknologi China, besar maupun kecil, memanfaatkan data itu.
Russ Shaw, pendiri Tech London Advocates dan Global Tech Advocates, mengatakan China mengumpulkan "jumlah data yang belum pernah terjadi sebelumnya."
Shaw menyebut banyaknya data China tidak pernah terlihat di AS dan Eropa. "Kombinasi teknologi maju dan dukungan pemerintah telah memungkinkan hal itu. Negara memanfaatkan kekuatan populasi yang sangat besar," ujarnya.
Pemerintah China telah meluncurkan pedoman pada sistem kredit sosial digital yang akan memberi peringkat perilaku warga untuk memberi mereka skor "sosial". Metodenya sama dengan cara menganalisis dan memberikan penilaian kredit keuangan.
"Tidak ada yang lebih dari kemampuan China untuk mengembangkan fintech dan kecerdasan buatan mutakhir. Pemerintah juga telah cepat menyadari potensi Big Data dalam mendorong program kota cerdas," kata Shaw.
"Informasi digunakan untuk meningkatkan efisiensi energi dan standar kesehatan dengan mengurangi tingkat polusi," lanjutnya.
Pengenalan wajah
Konsumen China adalah pengadopsi teknologi terbaru yang cepat. Ini terjadi berkat platform yang memberikan akses ke berbagai layanan, dari pembayaran hingga menu makanan.
Semua berdasarkan data historis yang dikumpulkan oleh perusahaan teknologi. China juga mengadopsi perangkat lunak pengenalan wajah untuk kehidupan sehari-hari.
Teknologi itu telah digunakan untuk segala hal mulai dari membantu polisi mengidentifikasi dan menangkap buronan dalam kerumunan 50.000 orang di tenggara China. Perusahaan-perusahaan AI secara terbuka memajang wajah para pelanggar lalu lintas di layar LED besar.
Menurut perusahaan akuntansi global EY, lebih dari 1.000 merek di 100.000 lokasi di China, telah menggunakan fitur termasuk pengenalan wajah atau gamification untuk melibatkan pelanggan di toko-toko.
KFC China meluncurkan sistem pengenalan wajah "tersenyum untuk membayar" bagi pelanggan untuk memesan makanan pada September 2017 dengan bantuan mesin pencari internet Baidu.
Baidu saat ini sedang bereksperimen dengan AI. Tetapi permulaannya yang sederhana mengungkapkan bagaimana para pemain awal meraih cengkraman pada dominasi data.
Sebelumnya, pada tahun 2000, kapitalis ventura Jixun Foo berinvestasi di Baidu. Kini perusahaan itu telah berevolusi menjadi mesin pencari terbesar di China.
"Ketika Saya berinvestasi di Baidu pada tahun 2000, Saya tidak yakin di mana Google berada. Saya pikir itu adalah layanan B2B (bisnis-ke-bisnis). Saya mengatakan layanan informasi memiliki permintaan dan pencarian itu memiliki nilai. Itulah tesis yang mendasari," kata Jixun di acara East Tech West.
Sejak itu, lanskap teknologi China telah sangat berubah mempercepat perusahaan teknologi terbesar di dunia. Ini termasuk e-commerce raksasa Alibaba, Tencent dengan aplikasi WeChat yang terdaftar dengan 1 miliar pengguna, bersama Baidu.
Ketiga raksasa internet telah tumbuh begitu besar sehingga mereka sekarang mendominasi setiap aspek lanskap teknologi China dengan investasi mulai dari e-game, mobil tanpa pengemudi, dan perusahaan media. Menurut China Internet Report, Alibaba, Tencent, dan Baidu telah berinvestasi di lebih dari 400 perusahaan gabungan.
Itu berarti hampir semua data besar dikendalikan industri kelas berat, sehingga sangat sulit bagi perusahaan kecil untuk mendapatkan data itu. Xin Song, pendiri platform blockchain yang fokus pada AI mengatakan kepada CNBC International blockchain adalah solusi memecahkan cengkeraman itu dan memberikan privasi data.
"Dengan teknologi blockchain ... orang dapat memberikan data tersebut, dan dengan ketertelusuran dan transparansi penggunaan data di masa depan. Orang-orang di dunia dan orang-orang dalam komunitas blockchain (akan) bersedia menyumbangkan data individual mereka."
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Era Industri 4.0, Pemerintah Siapkan Regulasi Robotic & AI
Para CEO, investor, dan petinggi perusahaan teknologi dalam Konferensi East Tech West CNBC, Ahad (2/12/2018), menyepakati sebuah adagium. Data adalah tambang minyak hari ini dan ada lebih banyak data di China dibandingkan negara lain.
"China sangat menarik karena ada begitu banyak data," ujar Partner di 500 Startups Edith Yeung seperti dilansir CNBC International, Senin (3/12/2018). Aspek yang lebih penting, menurut Yeung, adalah kemauan publik membagikan data begitu besar.
Oleh karena itu, dia menyarankan kepada perusahaan yang 'haus' data untuk meningkatkan dan meluncurkan proyek AI terbaru. Kenyataan di lapangan, perusahaan-perusahaan teknologi China, besar maupun kecil, memanfaatkan data itu.
Russ Shaw, pendiri Tech London Advocates dan Global Tech Advocates, mengatakan China mengumpulkan "jumlah data yang belum pernah terjadi sebelumnya."
Shaw menyebut banyaknya data China tidak pernah terlihat di AS dan Eropa. "Kombinasi teknologi maju dan dukungan pemerintah telah memungkinkan hal itu. Negara memanfaatkan kekuatan populasi yang sangat besar," ujarnya.
![]() |
Pemerintah China telah meluncurkan pedoman pada sistem kredit sosial digital yang akan memberi peringkat perilaku warga untuk memberi mereka skor "sosial". Metodenya sama dengan cara menganalisis dan memberikan penilaian kredit keuangan.
Basis data dilaporkan akan ditempatkan secara nasional pada tahun 2020 dengan sekitar 30 otoritas lokal sudah mengumpulkan data. Menurut Shaw, operasi data massal itu telah terbukti bermanfaat di sejumlah daerah.
"Tidak ada yang lebih dari kemampuan China untuk mengembangkan fintech dan kecerdasan buatan mutakhir. Pemerintah juga telah cepat menyadari potensi Big Data dalam mendorong program kota cerdas," kata Shaw.
"Informasi digunakan untuk meningkatkan efisiensi energi dan standar kesehatan dengan mengurangi tingkat polusi," lanjutnya.
Pengenalan wajah
Konsumen China adalah pengadopsi teknologi terbaru yang cepat. Ini terjadi berkat platform yang memberikan akses ke berbagai layanan, dari pembayaran hingga menu makanan.
Semua berdasarkan data historis yang dikumpulkan oleh perusahaan teknologi. China juga mengadopsi perangkat lunak pengenalan wajah untuk kehidupan sehari-hari.
Teknologi itu telah digunakan untuk segala hal mulai dari membantu polisi mengidentifikasi dan menangkap buronan dalam kerumunan 50.000 orang di tenggara China. Perusahaan-perusahaan AI secara terbuka memajang wajah para pelanggar lalu lintas di layar LED besar.
Menurut perusahaan akuntansi global EY, lebih dari 1.000 merek di 100.000 lokasi di China, telah menggunakan fitur termasuk pengenalan wajah atau gamification untuk melibatkan pelanggan di toko-toko.
KFC China meluncurkan sistem pengenalan wajah "tersenyum untuk membayar" bagi pelanggan untuk memesan makanan pada September 2017 dengan bantuan mesin pencari internet Baidu.
Baidu saat ini sedang bereksperimen dengan AI. Tetapi permulaannya yang sederhana mengungkapkan bagaimana para pemain awal meraih cengkraman pada dominasi data.
Sebelumnya, pada tahun 2000, kapitalis ventura Jixun Foo berinvestasi di Baidu. Kini perusahaan itu telah berevolusi menjadi mesin pencari terbesar di China.
"Ketika Saya berinvestasi di Baidu pada tahun 2000, Saya tidak yakin di mana Google berada. Saya pikir itu adalah layanan B2B (bisnis-ke-bisnis). Saya mengatakan layanan informasi memiliki permintaan dan pencarian itu memiliki nilai. Itulah tesis yang mendasari," kata Jixun di acara East Tech West.
![]() |
Sejak itu, lanskap teknologi China telah sangat berubah mempercepat perusahaan teknologi terbesar di dunia. Ini termasuk e-commerce raksasa Alibaba, Tencent dengan aplikasi WeChat yang terdaftar dengan 1 miliar pengguna, bersama Baidu.
Ketiga raksasa internet telah tumbuh begitu besar sehingga mereka sekarang mendominasi setiap aspek lanskap teknologi China dengan investasi mulai dari e-game, mobil tanpa pengemudi, dan perusahaan media. Menurut China Internet Report, Alibaba, Tencent, dan Baidu telah berinvestasi di lebih dari 400 perusahaan gabungan.
Itu berarti hampir semua data besar dikendalikan industri kelas berat, sehingga sangat sulit bagi perusahaan kecil untuk mendapatkan data itu. Xin Song, pendiri platform blockchain yang fokus pada AI mengatakan kepada CNBC International blockchain adalah solusi memecahkan cengkeraman itu dan memberikan privasi data.
"Dengan teknologi blockchain ... orang dapat memberikan data tersebut, dan dengan ketertelusuran dan transparansi penggunaan data di masa depan. Orang-orang di dunia dan orang-orang dalam komunitas blockchain (akan) bersedia menyumbangkan data individual mereka."
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Era Industri 4.0, Pemerintah Siapkan Regulasi Robotic & AI
Most Popular