
Jual AI untuk Rumah Tangga, Amazon-Google Punya Niat Beda
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
23 September 2018 17:41

Jakarta, CNBC Indonesia- Amazon mengumumkan 15 produk baru yang dilengkapi dengan Alexa, asisten virtual buatan Amazon, yang diantaranya adalah jam, microwave, sub-woofer (sejenis loudspeaker), juga versi terbaru dari speaker Echo-nya. Produk-produk baru yang dikeluarkan minggu ini tersebut bertujuan untuk memperluas dominasinya di sektor smart home atau rumah pintar.
Acara ini bisa dibilang lebih sukses dibandingkan peluncuran Apple minggu sebelumnya, dan juga cukup sulit untuk dikalahkan peluncuran perangkat keras besar Google yang akan diselenggarakan pada 9 Oktober mendatang.
Dalam acara launching Oktober, Google diperkirakan akan merilis edisi terbaru dari smartphone Pixel-nya, dan mungkin beberapa laptop dan speaker pintar dengan layar.
Meskipun peluncuran produk Amazon dan Google sama-sama dilakukan dengan tujuan yang sama, yaitu memperkenalkan berbagai produk perlengkapan rumah baru yang dilengkapi dengan asisten artificial intelligence (AI), namun alasan dan strategi mereka sangatlah berbeda. Dilansir dari CNBC International, berikut perbedaan keduanya:
Amazon Membuat Produk, Google Mengedepankan Kerja Sama
Google lebih cenderung menyebarkan AI-nya melalui kemitraan dan bukannya membuat produk sendiri, sedangkan Amazon lebih senang menerapkannya langsung dalam produknya.
Contohnya, kesuksesan Amazon dalam pembuatan perangkat keras yang berasal dari tahun 2007, di mana perusahaan pertama kali memperkenalkan e-reader Kindle. Amazon jelas lebih berani untuk bereksperimen.
Analis Canalis, Ben Stanton menggambarkan strategi Amazon sebagai "pendekatan scattergun, yang secara agresif meluncurkan sebanyak mungkin produk yang berbeda, dan menunggu untuk melihat mana yang sukses."
Sementara itu, Google tidak pernah menorehkan kesuksesan besar, dan jauh lebih konservatif (contohnya peluncuran Google Glass). Google juga membeli bisnis telepon Motorola pada tahun 2011, tetapi kemudian menjualnya tiga tahun kemudian.
Selain merilis lebih sedikit produk, Google juga lebih memilih untuk bekerja sama dengan pihak ketiga alih-alih membuat perangkat kerasnya. Misalnya, bermitra dengan LG dan Huawei untuk membuat ponsel dan laptopnya.
Anak perusahaan Google, Nest memang membuat perangkat kerasnya sendiri, tetapi, sama seperti Motorola, itu adalah perusahaan hasil akuisisi. Nest awalnya perusahaan independen milik Alphabet, namun diakuisisi oleh Google musim panas ini setelah bisnisnya mengalami banyak naik turun selama beberapa tahun.
Amazon Menjual Barang-Barang Pengguna, Google 'Menjual' Pengguna
Amazon selalu berusaha memperbaiki kualitas prioduknya, sedangkan Google terus memperbaiki kualitas iklannya.
"Amazon ingin menjual barang kepada saya, baik berupa konten, layanan, ataupun produknya, 24 jam sehari," kata analis Gartner, Werner Goertz. Amazon ingin menjadi platform yang "menjadi bagian dari semua kegiatan ekonomi."
Dengan menjual semua jenis perangkat rumah pintar murah, Amazon memberi layanan dan bisnis ritel, baik melalui mendapatkan lebih banyak orang untuk mendaftar langganan Amazon Prime atau menggunakan unit layanan rumah untuk instalasinya. Amazon juga berupaya menyediakan semua kebutuhan rumah, mulai dari bahan makanan, obat-obatan, dan banyak lagi.
Amazon, yang merupakan pendatang baru dalam bidang periklanan online, diperkirakan akan memperoleh lebih dari US$4 miliar tahun ini dari iklan. Amazon juga telah mulai bereksperimen dengan iklan Alexa yang disponsori, tetapi masih dalam tahap awal.
Sementara Google memperoleh lebih dari US$54 miliar dalam pendapatan iklan di paruh pertama tahun 2018 saja.
Karena semakin banyak orang mulai berinteraksi melalui suara dibandingkan dengan layar, maka mesin periklanan Google harus siap untuk beradaptasi. Pengguna tentunya tidak ingin memiliki layanan google hanya untuk memiliki cara baru untuk menayangkan iklan, tetapi juga untuk memudahkannya dalam mengumpulkan jenis data baru tentang penggunanya, yang digunakan untuk menargetkan iklan yang lebih baik bagi penggunanya di semua faktor bentuk.
Google tidak perlu menekan margin yang sudah menyusut dengan membangun banyak produk baru hanya untuk menampilkan iklan dan mengumpulkan data karena harganya lebih murah dan sama efektifnya untuk membentuk kemitraan dan membiarkan perangkat lunaknya melakukan pekerjaan.
Amazon Tidak Ada Di Mana-Mana Seperti Google
Google sudah memiliki aplikasi peta jalan yang merupakan strategi kerja sama perusahaan dengan sistem operasi smartphone Android dan jelas itu menggiurkan.
Perusahaan memberikan Android secara gratis, tetapi menghasilkan uang melalui deretan aplikasinya yang dapat mengumpulkan data dan menayangkan iklan, seperti Chrome dan Maps. Analis Morgan Stanley sebenarnya merekomendasikan bahwa Google harus mempertahankan strategi iklan ritelnya dengan memberikan perangkat Home Mini-nya secara gratis juga.
Sementara itu Amazon memang harus mengeluarkan begitu banyak produk lain karena tidak ada di mana-mana seperti Google dan tidak memiliki ponsel buatan sendiri. Aplikasi Amazon juga tidak bisa menunjukan jalan dan ada di ponsel seperti Google map. Amazon memang pernah mencoba meluncurkan smartphone sendiri pada tahun 2014, tetapi gagal.
"Amazon tidak memiliki kemewahan dibandingkan 80% ponsel yang ada di dunia, misalnya seperti Android," kata Patrick Moorhead, pendiri firma analis Moor Insights. "Mereka harus mengambil taktik yang berbeda secara dramatis. Inilah alasan mereka sangat agresif. Saya pikir Amazon sedang meneriakkan kata-kata seruan, 'Kami akan menembus bisnis rumah, kawan!'"
Meski begitu, jelas Amazon bisa lebih mengejutkan semua orang dengan beragam produknya.
(gus) Next Article Google Pecat Ilmuwan AI Lagi, Ada Apa yah?
Acara ini bisa dibilang lebih sukses dibandingkan peluncuran Apple minggu sebelumnya, dan juga cukup sulit untuk dikalahkan peluncuran perangkat keras besar Google yang akan diselenggarakan pada 9 Oktober mendatang.
Meskipun peluncuran produk Amazon dan Google sama-sama dilakukan dengan tujuan yang sama, yaitu memperkenalkan berbagai produk perlengkapan rumah baru yang dilengkapi dengan asisten artificial intelligence (AI), namun alasan dan strategi mereka sangatlah berbeda. Dilansir dari CNBC International, berikut perbedaan keduanya:
Amazon Membuat Produk, Google Mengedepankan Kerja Sama
Google lebih cenderung menyebarkan AI-nya melalui kemitraan dan bukannya membuat produk sendiri, sedangkan Amazon lebih senang menerapkannya langsung dalam produknya.
Contohnya, kesuksesan Amazon dalam pembuatan perangkat keras yang berasal dari tahun 2007, di mana perusahaan pertama kali memperkenalkan e-reader Kindle. Amazon jelas lebih berani untuk bereksperimen.
![]() |
Analis Canalis, Ben Stanton menggambarkan strategi Amazon sebagai "pendekatan scattergun, yang secara agresif meluncurkan sebanyak mungkin produk yang berbeda, dan menunggu untuk melihat mana yang sukses."
Sementara itu, Google tidak pernah menorehkan kesuksesan besar, dan jauh lebih konservatif (contohnya peluncuran Google Glass). Google juga membeli bisnis telepon Motorola pada tahun 2011, tetapi kemudian menjualnya tiga tahun kemudian.
Selain merilis lebih sedikit produk, Google juga lebih memilih untuk bekerja sama dengan pihak ketiga alih-alih membuat perangkat kerasnya. Misalnya, bermitra dengan LG dan Huawei untuk membuat ponsel dan laptopnya.
Anak perusahaan Google, Nest memang membuat perangkat kerasnya sendiri, tetapi, sama seperti Motorola, itu adalah perusahaan hasil akuisisi. Nest awalnya perusahaan independen milik Alphabet, namun diakuisisi oleh Google musim panas ini setelah bisnisnya mengalami banyak naik turun selama beberapa tahun.
Amazon Menjual Barang-Barang Pengguna, Google 'Menjual' Pengguna
Amazon selalu berusaha memperbaiki kualitas prioduknya, sedangkan Google terus memperbaiki kualitas iklannya.
"Amazon ingin menjual barang kepada saya, baik berupa konten, layanan, ataupun produknya, 24 jam sehari," kata analis Gartner, Werner Goertz. Amazon ingin menjadi platform yang "menjadi bagian dari semua kegiatan ekonomi."
Dengan menjual semua jenis perangkat rumah pintar murah, Amazon memberi layanan dan bisnis ritel, baik melalui mendapatkan lebih banyak orang untuk mendaftar langganan Amazon Prime atau menggunakan unit layanan rumah untuk instalasinya. Amazon juga berupaya menyediakan semua kebutuhan rumah, mulai dari bahan makanan, obat-obatan, dan banyak lagi.
Amazon, yang merupakan pendatang baru dalam bidang periklanan online, diperkirakan akan memperoleh lebih dari US$4 miliar tahun ini dari iklan. Amazon juga telah mulai bereksperimen dengan iklan Alexa yang disponsori, tetapi masih dalam tahap awal.
Sementara Google memperoleh lebih dari US$54 miliar dalam pendapatan iklan di paruh pertama tahun 2018 saja.
Karena semakin banyak orang mulai berinteraksi melalui suara dibandingkan dengan layar, maka mesin periklanan Google harus siap untuk beradaptasi. Pengguna tentunya tidak ingin memiliki layanan google hanya untuk memiliki cara baru untuk menayangkan iklan, tetapi juga untuk memudahkannya dalam mengumpulkan jenis data baru tentang penggunanya, yang digunakan untuk menargetkan iklan yang lebih baik bagi penggunanya di semua faktor bentuk.
Google tidak perlu menekan margin yang sudah menyusut dengan membangun banyak produk baru hanya untuk menampilkan iklan dan mengumpulkan data karena harganya lebih murah dan sama efektifnya untuk membentuk kemitraan dan membiarkan perangkat lunaknya melakukan pekerjaan.
Amazon Tidak Ada Di Mana-Mana Seperti Google
Google sudah memiliki aplikasi peta jalan yang merupakan strategi kerja sama perusahaan dengan sistem operasi smartphone Android dan jelas itu menggiurkan.
Perusahaan memberikan Android secara gratis, tetapi menghasilkan uang melalui deretan aplikasinya yang dapat mengumpulkan data dan menayangkan iklan, seperti Chrome dan Maps. Analis Morgan Stanley sebenarnya merekomendasikan bahwa Google harus mempertahankan strategi iklan ritelnya dengan memberikan perangkat Home Mini-nya secara gratis juga.
Sementara itu Amazon memang harus mengeluarkan begitu banyak produk lain karena tidak ada di mana-mana seperti Google dan tidak memiliki ponsel buatan sendiri. Aplikasi Amazon juga tidak bisa menunjukan jalan dan ada di ponsel seperti Google map. Amazon memang pernah mencoba meluncurkan smartphone sendiri pada tahun 2014, tetapi gagal.
"Amazon tidak memiliki kemewahan dibandingkan 80% ponsel yang ada di dunia, misalnya seperti Android," kata Patrick Moorhead, pendiri firma analis Moor Insights. "Mereka harus mengambil taktik yang berbeda secara dramatis. Inilah alasan mereka sangat agresif. Saya pikir Amazon sedang meneriakkan kata-kata seruan, 'Kami akan menembus bisnis rumah, kawan!'"
Meski begitu, jelas Amazon bisa lebih mengejutkan semua orang dengan beragam produknya.
(gus) Next Article Google Pecat Ilmuwan AI Lagi, Ada Apa yah?
Most Popular