
Perkembangan Teknologi
Terungkap! Pria Korut Ini yang Retas Sony Pictures
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
07 September 2018 15:39

Jakarta, CNBC Indonesia - Seorang hacker asal Korea Utara (Korut) yang diduga berada di balik serangan ke Sony Pictures, serangan ransomware Wannacry dan pencurian siber di Bangladesh Bank disebut di dalam tuntutan kriminal yang diungkap pada hari Kamis (6/9/2018). Kementerian Keuangan menghukum pria tersebut beserta entitas Korut yang mempekerjakannya.
Hacker bernama Park Jin Hyok itu juga diduga mencoba meretas proyek sistem pertahanan THAAD Missile milik Lockheed Martin yang saat ini dikerahkan di Korea Selatan (Korsel). Park diduga bekerja untuk Biro Pengintaian Umum Korut, sebuah lembaga intelijen terkemuka di negara itu.
Tuntutan terhadap Park menyebutkan sebuah "konspirasi luas selama bertahun-tahun untuk melakukan gangguan komputer dan penipuan internet oleh orang-orang yang bersekongkol terhadap pemerintah Republik Rakyat Demokrasi Korea, yang lebih dikenal sebagai Korea Utara".
Pengungkapan ini muncul setelah Presiden Donald Trump dengan hangat berterimakasih kepada Kim Jong Un, pemimpin Korut. Dia menyampaikan rasa terima kasih setelah Kim dikabarkan menyampaikan kepada para perwakilan Korsel bahwa dia masih memiliki kepercayaan terhadap Trump dan komitmen mereka dalam melakukan denuklirisasi Semenanjung Korea.
Namun, pernyataan Kementerian Keuangan yang mengumumkan tindakan tersebut pada hari Kamis mengatakan mereka langsung merespons "aktivitas siber jahat Pemerintah Korut". Kementerian mengatakan sanksi yang diungkap setara dengan hukuman kriminal federal untuk para peretas.
Park, yang bekerja sebagai seorang programmer komputer, dan Chosun Expo Joint Venture sama-sama mendapatkan hukuman dari Kementerian Keuangan.
Kementerian mengatakan perusahaan patungan yang juga dikenal dengan nama Korea Expo Joint Venture, adalah "gugus depan untuk pemerintah Korut," menurut Kementerian Kehakiman.
"Skala dan cakupan kejahatan siber yang diduga oleh keluhan itu mengejutkan dan menyakiti semua yang mematuhi aturan hukum dan norma siber yang diterima oleh negara-negara bertanggungjawab," kata John C. Demers, selaku Asisten Jaksa Agung untuk Keamanan Nasional.
"Keluhan menduga bahwa pemerintah Korut, lewat kelompok yang didukung negara, merampok sebuah bank sentral dan warga negara lain, menentang kebebasan berbicara guna menenangkan separuh belahan dunia dan menciptakan malware perusak yang tanpa pandang bulu berdampak kepada para korban di lebih dari 150 negara lainnya. menyebabkan kerugian senilai ratusan juta, bahkan miliaran dolar."
Park, yang saat ini mendekamn di penjara, didakwa dengan konspirasi untuk melakukan penipuan kabel oleh para jaksa federal.
Kementerian mengatakan Park adalah bagian dari konspirasi yang bertanggungjawab atas serangan Wannacry dan Sony, serta transfer dana ilegal sebesar $81 juta (Rp 1,2 triliun) dari Bangladesh Bank di bulan Februari 2016.
Park dan rekan konspirator yang tidak disebutkan "beroperasi dari Korut, China dan tempat-tempat lainnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas jahat ini," menurut Kementerian Keuangan. Sanksi tersebut akan melarang para warga Amerika berurusan dengan Park maupun perusahaan yang terafiliasi dengannya. Sanksi tersebut juga akan mengunci semua properti atau kepentingan yang dimiliki oleh para target sanksi.
Menteri Keuangan Steve Mnuchin mengatakan, "Kami tidak akan membiarkan Korut meremehkan keamanan siber global untuk meningkatkan kepentingannya dan meraup pendapatan haram dalam melanggar sanksi kami."
"Amerika Serikat berkomitmen untuk mempertahankan rezim yang bertanggungjawab atas serangan siber dan kejahatan lainnya dan aktivitas destabilisasi," kata Mnuchin.
Peretasan Sony Pictures di tahun 2014 muncul sebagai hasil dari kemarahan terhadap film "The Interview" dari studio tersebut. Film komedi tersebut mengisahkan skema curang untuk membunuh Kim Jong Un.
Serangan itu menyebabkan ribuan surel dan dokumen dirilis, dan salah satu direktur Sony Pictures bernama Amy Pascal mengundurkan diri. Pasalnya, di dalam salah satu surel dia bercanda tentang bertanya ke mantan Presiden AS Barack Obama tentang film bertema kulit hitam.
Desember lalu, Tom Bossert selaku Penasehat Keamanan Domestik di Gedung Putih mengatakan Korut "secara langsung bertanggung jawab" atas serangan Wannacry. Pada bulan Mei 2017, serangan itu menjangkit hingga 300.000 komputer di 150 negara dengan sebuah virus. Beberapa di antara korbannya adalah Layanan Kesehatan Nasional Inggris, yang harus menutup unit gawat darurat (UGD) di sejumlah rumah sakit.
Dalam pernyataan pers, Kementerian Keuangan mengatakan, "Korut mendemonstrasikan pola aktivitas siber yang mengganggu dan berbahaya, yang tidak sesuai dengan pertumbuhan konsensus yang merupakan perilaku negara bertanggungjawab di dunia maya".
"Kebijakan kami adalah membuat Korut bertanggungjawab dan mendemonstrasikan ke rezim bahwa ada ongkos untuk perilaku provokatif dan tidak bertanggungjawab."
(roy) Next Article Awas! 5 Jenis Kejahatan Siber Ini Sedang Mengintaimu
Hacker bernama Park Jin Hyok itu juga diduga mencoba meretas proyek sistem pertahanan THAAD Missile milik Lockheed Martin yang saat ini dikerahkan di Korea Selatan (Korsel). Park diduga bekerja untuk Biro Pengintaian Umum Korut, sebuah lembaga intelijen terkemuka di negara itu.
Tuntutan terhadap Park menyebutkan sebuah "konspirasi luas selama bertahun-tahun untuk melakukan gangguan komputer dan penipuan internet oleh orang-orang yang bersekongkol terhadap pemerintah Republik Rakyat Demokrasi Korea, yang lebih dikenal sebagai Korea Utara".
![]() |
Namun, pernyataan Kementerian Keuangan yang mengumumkan tindakan tersebut pada hari Kamis mengatakan mereka langsung merespons "aktivitas siber jahat Pemerintah Korut". Kementerian mengatakan sanksi yang diungkap setara dengan hukuman kriminal federal untuk para peretas.
Park, yang bekerja sebagai seorang programmer komputer, dan Chosun Expo Joint Venture sama-sama mendapatkan hukuman dari Kementerian Keuangan.
Kementerian mengatakan perusahaan patungan yang juga dikenal dengan nama Korea Expo Joint Venture, adalah "gugus depan untuk pemerintah Korut," menurut Kementerian Kehakiman.
"Skala dan cakupan kejahatan siber yang diduga oleh keluhan itu mengejutkan dan menyakiti semua yang mematuhi aturan hukum dan norma siber yang diterima oleh negara-negara bertanggungjawab," kata John C. Demers, selaku Asisten Jaksa Agung untuk Keamanan Nasional.
"Keluhan menduga bahwa pemerintah Korut, lewat kelompok yang didukung negara, merampok sebuah bank sentral dan warga negara lain, menentang kebebasan berbicara guna menenangkan separuh belahan dunia dan menciptakan malware perusak yang tanpa pandang bulu berdampak kepada para korban di lebih dari 150 negara lainnya. menyebabkan kerugian senilai ratusan juta, bahkan miliaran dolar."
![]() |
Park, yang saat ini mendekamn di penjara, didakwa dengan konspirasi untuk melakukan penipuan kabel oleh para jaksa federal.
Kementerian mengatakan Park adalah bagian dari konspirasi yang bertanggungjawab atas serangan Wannacry dan Sony, serta transfer dana ilegal sebesar $81 juta (Rp 1,2 triliun) dari Bangladesh Bank di bulan Februari 2016.
Park dan rekan konspirator yang tidak disebutkan "beroperasi dari Korut, China dan tempat-tempat lainnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas jahat ini," menurut Kementerian Keuangan. Sanksi tersebut akan melarang para warga Amerika berurusan dengan Park maupun perusahaan yang terafiliasi dengannya. Sanksi tersebut juga akan mengunci semua properti atau kepentingan yang dimiliki oleh para target sanksi.
Menteri Keuangan Steve Mnuchin mengatakan, "Kami tidak akan membiarkan Korut meremehkan keamanan siber global untuk meningkatkan kepentingannya dan meraup pendapatan haram dalam melanggar sanksi kami."
"Amerika Serikat berkomitmen untuk mempertahankan rezim yang bertanggungjawab atas serangan siber dan kejahatan lainnya dan aktivitas destabilisasi," kata Mnuchin.
Peretasan Sony Pictures di tahun 2014 muncul sebagai hasil dari kemarahan terhadap film "The Interview" dari studio tersebut. Film komedi tersebut mengisahkan skema curang untuk membunuh Kim Jong Un.
Serangan itu menyebabkan ribuan surel dan dokumen dirilis, dan salah satu direktur Sony Pictures bernama Amy Pascal mengundurkan diri. Pasalnya, di dalam salah satu surel dia bercanda tentang bertanya ke mantan Presiden AS Barack Obama tentang film bertema kulit hitam.
Dalam pernyataan pers, Kementerian Keuangan mengatakan, "Korut mendemonstrasikan pola aktivitas siber yang mengganggu dan berbahaya, yang tidak sesuai dengan pertumbuhan konsensus yang merupakan perilaku negara bertanggungjawab di dunia maya".
"Kebijakan kami adalah membuat Korut bertanggungjawab dan mendemonstrasikan ke rezim bahwa ada ongkos untuk perilaku provokatif dan tidak bertanggungjawab."
Sementara itu, Korut membantah dugaan peretasan.
(roy) Next Article Awas! 5 Jenis Kejahatan Siber Ini Sedang Mengintaimu
Most Popular