
Cryptocurrency
JPMorgan Chase Anggap Bitcoin Cs Berbahaya untuk Bisnisnya
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
28 February 2018 13:21

Jakarta, CNBC Indonesia - CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon, sebut Bitcoin sebagai sebuah "penipuan". Bank besar ini mulai anggap serius kehadiran mata uang digital dan menganggap industri yang didasari teknologi blockchain ini sebagai ancaman serius bagi perusahaannya.
Dalam laporan tahunan JPMorgan Chase yang diliris Selasa (27/2/2018), untuk pertama kalinya bank ini menyebut mata uang kripto (cryptocurrency), seperti Bitcoin dan Ethereum, sebagai 'sumber ancaman' bagi bisnisnya akibat kemunculan mata uang digital yang dianggap dapat menjadi saingan uang konvensional yang dikelola bank asal Amerika Serikat (AS) ini.
"Baik institusi keuangan maupun kompetitor sektor non-keuangannya menghadapi risiko ancaman dari kemungkinan terganggunya proses pembayaran maupun layanan lainnya oleh teknologi seperti cryptocurrency, yang tidak memerlukan intermediasi," tulis bank itu dalam sebuah laporan.
Dalam laporan itu juga dituliskan teknologi baru telah memaksa perusahaan berinvestasi dalam upaya mengadaptasi atau memodifikasi produknya dengan tujuan menarik dan mempertahankan nasabah, serta untuk dapat bersaing dengan pendatang baru dalam teknologi yang sedang dan terus akan berkembang ini.
"Kompetisi yang terus berlanjut dan makin ketat, menurunkan harga dan biaya produk dan layanan JPMorgan, juga mungkin akan menyebabkan JPMorgan kehilangan pangsa pasar."
Pernyataan ini dikeluarkan setelah sebelumnya saingan JPMorgan, Bank of America, mengeluarkan pernyataan sejenis dalam laporan tahunannya yang dirilis minggu lalu.
Bank of America menuliskan potensi risiko dari berkurangnya konsumen yang lebih memilih layanan dan produk yang ditawarkan kompetitor "di area yang dianggap spekulatif atau berisiko, seperti cryptocurrency."
Dilansir dari Fortune, seorang juru bicara dari JPMorgan Chase menolak untuk mengklarifikasi mengapa saat ini cryptocurrency dimasukkan ke dalam daftar faktor risiko bank tersebut.
Namun, bank telah menunjukkan apresiasi yang lebih baik bagi potensi transformatif teknologi blockchain dan juga cryptocurrency yang berbasis teknologi ini. Bank itu menjadi salah satu pelopor perkembangan teknologi blockchain berbasis Ethereum.
Awal bulan ini, misalnya, kepala inisiatif blockchain di JPMorgan, Umar Farooq memberikan sedikit bocoran penerapan teknologi tersebut di banknya.
"Teknologi ini terus berkembang. Orang-orang tercengang dengan betapa cepatnya teknologi ini diterapkan untuk dapat mengarahkan dan mengetahui konsumen dengan cara yang berbeda-beda," ujar Farooq di acara Yahoo Finance All Markets Summit di New York pada 7 Februari. "Ini benar-benar gila," tambahnya.
Minggu selanjutnya, JPMorgan Chase merilis laporan penelitian sepanjang 71 halaman yang kemudian dikenal dengan "Bitcoin Bible" karena penelitian dan analisis luas mengenai isu-isu yang melingkupi kebanyakan cryptocurrency, termasuk Ripple.
Menilai usaha blockchain dan cryptocurrency bank saat ini, analis bank menyimpulkan, "Kesempatan bagi bank untuk memanfaatkan teknologi blockchain untuk menjalankan bisnis dapat memiliki implikasi luas untuk sektor ini dalam pandangan kami."
(prm) Next Article Menang Banyak, Investor Bitcoin Cuan Rp 3 Juta Dalam Semalam
Dalam laporan tahunan JPMorgan Chase yang diliris Selasa (27/2/2018), untuk pertama kalinya bank ini menyebut mata uang kripto (cryptocurrency), seperti Bitcoin dan Ethereum, sebagai 'sumber ancaman' bagi bisnisnya akibat kemunculan mata uang digital yang dianggap dapat menjadi saingan uang konvensional yang dikelola bank asal Amerika Serikat (AS) ini.
"Baik institusi keuangan maupun kompetitor sektor non-keuangannya menghadapi risiko ancaman dari kemungkinan terganggunya proses pembayaran maupun layanan lainnya oleh teknologi seperti cryptocurrency, yang tidak memerlukan intermediasi," tulis bank itu dalam sebuah laporan.
"Kompetisi yang terus berlanjut dan makin ketat, menurunkan harga dan biaya produk dan layanan JPMorgan, juga mungkin akan menyebabkan JPMorgan kehilangan pangsa pasar."
Pernyataan ini dikeluarkan setelah sebelumnya saingan JPMorgan, Bank of America, mengeluarkan pernyataan sejenis dalam laporan tahunannya yang dirilis minggu lalu.
Bank of America menuliskan potensi risiko dari berkurangnya konsumen yang lebih memilih layanan dan produk yang ditawarkan kompetitor "di area yang dianggap spekulatif atau berisiko, seperti cryptocurrency."
Dilansir dari Fortune, seorang juru bicara dari JPMorgan Chase menolak untuk mengklarifikasi mengapa saat ini cryptocurrency dimasukkan ke dalam daftar faktor risiko bank tersebut.
Namun, bank telah menunjukkan apresiasi yang lebih baik bagi potensi transformatif teknologi blockchain dan juga cryptocurrency yang berbasis teknologi ini. Bank itu menjadi salah satu pelopor perkembangan teknologi blockchain berbasis Ethereum.
Awal bulan ini, misalnya, kepala inisiatif blockchain di JPMorgan, Umar Farooq memberikan sedikit bocoran penerapan teknologi tersebut di banknya.
"Teknologi ini terus berkembang. Orang-orang tercengang dengan betapa cepatnya teknologi ini diterapkan untuk dapat mengarahkan dan mengetahui konsumen dengan cara yang berbeda-beda," ujar Farooq di acara Yahoo Finance All Markets Summit di New York pada 7 Februari. "Ini benar-benar gila," tambahnya.
Minggu selanjutnya, JPMorgan Chase merilis laporan penelitian sepanjang 71 halaman yang kemudian dikenal dengan "Bitcoin Bible" karena penelitian dan analisis luas mengenai isu-isu yang melingkupi kebanyakan cryptocurrency, termasuk Ripple.
Menilai usaha blockchain dan cryptocurrency bank saat ini, analis bank menyimpulkan, "Kesempatan bagi bank untuk memanfaatkan teknologi blockchain untuk menjalankan bisnis dapat memiliki implikasi luas untuk sektor ini dalam pandangan kami."
(prm) Next Article Menang Banyak, Investor Bitcoin Cuan Rp 3 Juta Dalam Semalam
Most Popular