Startup

Pemerintah Undang Investor Australia Berinvestasi di Startup

Shuliya Ratanavara, CNBC Indonesia
01 February 2018 13:58
Investor asal Australia tertarik masuk ke startup bidang layanan kesehatan.
Foto: Arys Aditya
Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintah berencana mengundang para venture capital (modal ventura) dari Australia untuk menemui perusahaan-perusahaan perintis (startup) di Indonesia. Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara mengatakan hal ini dilakukan untuk menarik pendanaan dari Australia guna mengembangkan unicorn baru.

“Dalam hal membuat unicorn baru, belum ada investor dari Australia. Padahal, captive market-nya besar,” kata Rudiantara dalam konferensi pers Indonesia-Australi Digital Forum di Hotel Fairmont, Kamis (01/02).

Rudi menjelaskan pertemuan antara perusahaan perintis dan para pemodal dari Australia ini akan dilakukan dalam periode dua sampai tiga bulan mendatang di Bali. Ia belum bisa mengungkapkan jumlah perusahaan perintis yang akan diundang.

Namun, yang jelas perusahaan-perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang berada dalam program inkubasi Kemnterian Komunikasi dan Informasi RI. Adapun total perusahaan perintis yang berada dalam program tersebut sebanyak 44 perusahaan.

Lebih lanjut, ia menjelaskan jenis perusahaan perintis yang banyak diminati oleh venture capital asal Australia berasal dari sektor layanan kesehatan. “Kita juga banyak di bidang health care ada HelloDoc, GoDoc, macam-macam,” jelas Rudi.

Rudi juga menambahkan perusahaan perintis yang berpotensi untuk menjadi unicorn berikutnya juga berasal dari sektor layanan kesehatan, pendidikan, serta jasa dan wisata (leisure).

Menurut Rudi hal ini disebabkan bidang kesehatan dan pendidikan juga menjadi prioritas anggaran belanja pemerintah. Kemudian pemerintah juga melihat pergeseran gaya hidup masyarakat dari mengonsumsi barang menjadi mengonsumsi pengalaman.

Permodalan ke Start-up Bisa Jadi Hubungan Dagang Baru

Di sisi lain, Kepala Badan Koordinator Penanaman Modal Negara Thomas Lembong mengatakan penanaman modal ke perusahaan perintis antar dua negara bisa menjadi hubungan dagang baru.

“Potensi hubungan dagang terbesar antar kedua negara sekarang ini adalah di bidang ekonomi abad 21 yang fokus di bidang digital daripada terus berantem mengenai daging sapi, susu, gula. That is so 1990’s issue,” kata Lembong

Adapun bidang digital ekonomi yang dimaksud oleh Thomas ialah yang bergerak di bidang pendidikan, ekonomi kreatif, layanan kesehatan, serta jasa dan wisata.

(roy/roy) Next Article Hai Startup, Ini Tips Agar Dapat Suntikan Dana dari Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular