Wah, Jepang Punya 'Bitcoin' Baru dalam Bentuk Girl Band!

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
31 January 2018 20:08
Tiba-tiba pula, bulan ini ada debut dari grup band yang bertemakan mata uang digital layaknya Bitcoin. Namanya Virtual Currency Girls!
Foto: Forbes
Jakarta, CNBC Indonesia – Jepang bukan hanya rumah bagi grup musik yang berisikan wanita-wanita AKB48. Jepang sendiri adalah rumah bagi Bitcoin karena sang penemunya, Satoshi Nakamoto, menggunakan nama yang identik dari Jepang.

Jika diingat lebih jauh, Mt.Gox, pasar saham Bitcoin tersukses pertama berada di Jepang. Menurut laporan kantor berita Jepang TBS News, lebih dari 30% transaksi bitcoin di seluruh dunia dilakukan menggunakan yen.

Tiba-tiba pula, bulan ini ada debut dari grup band yang bertemakan mata uang digital layaknya Bitcoin. Namanya Virtual Currency Girls!

Dilansir dari Forbes, Rabu (31/1/2018), band tersebut dibentuk dan dirilis oleh perusahaan manajemen talen Cinderella Academy di Tokyo. Virtual Currency Girls terdiri dari delapan anggota wanita berusia sekitar 15 sampai 22 tahun.

Masing-masing dari mereka memakai masker karakter, seragam pelayan berenda dan kaus kaki selutut, yang mewakili setiap mata uang digital seperti Bitcoin, Bitcoin Cash, Ethereum, bahkan Mona.

Fans-nya diharapkan agar mengidolakan gadis-gadis dan/atau mata uang yang mereka wakili. Dalam konser debut mereka pada 12 Januari lalu, pemimpin grup itu, Rara Naruse (Bitcoin Cash) yang berusia 18 tahun berujar semata-mata grup band ini akan bergerak menghibur para fansnya kelak.

“Kami ingin memeriahkan Jepang melalui hiburan tentang mata uang virtual. Cryptocurrency bukan hanya investasi spekulatif tapi benar-benar teknologi hebat yang akan mengubah masa depan," ujarnya.

Namun, di atas panggung Rara sedikit ribut dengan perwakilan Bitcoin, Hinano Shirahama yang berusia 16 tahun. Shirahama (Bitcoin) bersikeras bahwa Naruse (Bitcoin Cash) akan lebih di hormati di sebelah Bitcoin asli yang lebih tua, dan lainnya dan segera dilupakan.

Rara berkeras bahwa dia, atau lebih tepatnya mata uangnya, adalah masa depan Cryptocurrency. Meski nampaknya tidak ada yang memenangkan pertarungan, tapi penonton merasa terhibur.

Meski dialog dan candaan di panggung terasa konyol, namun semua anggota grup telah mempelajari mata uang virtual yang mereka wakili; mereka bisa menjelaskannya dengan ringkas dan dengan cara yang lebih informatif daripada kebanyakan buku yang bertele-tele. Hinata Kozuki (Ripple), seorang anak berusia 15 tahun yang tinggal di Prefektur Aomori, menempuh perjalanan empat jam di kereta untuk berlatih band di Tokyo setiap akhir pekan.

“Saya memilih Ripple karena proses transaksi mata uang virtual-nya paling cepat. Jika saya benar-benar Ripple, latihan band akan jauh lebih ringan,” ujarnya.

Lagu debut mereka, “The Moon And Virtual Currencies And Me,” merupakan lagu yang catchy tapi juga berisi peringatan. Lagu ini memperingatkan masyarakat untuk menghindari operator mata uang virtual yang curang dan mengunci keamanan maya (cyber) mereka, juga berisi saran agar berhati-hati saat membuat keputusan berinvestasi yang bisa menghasilkan dan menghilangkan sejumlah besar uang dengan berinvestasi dalam kripto.
(dru) Next Article Bitcoin Mulai Ditinggalkan, Investor Kembali ke Komoditas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular