
Kurs Riyal Arab Saudi Ambrol 6 Hari ke Level Terendah 5 Bulan

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar riyal Arab Saudi ambrol 6 hari beruntun melawan rupiah pada perdagangan Selasa (10/11/2020) hingga menyentuh level terendah dalam hampir 5 bulan terakhir. Sentimen pelaku pasar yang membaik membuat aliran modal masuk ke Indonesia yang membuat rupiah perkasa.
Melansir data Refinitiv, riyal hari ini melemah tipis 0,08% di Rp 3.743/SAR, level tersebut merupakan yang terendah sejak 22 Juni lalu. Meski hari ini melemah tipis, tetapi dalam 5 hari perdagangan sebelumnya riyal merosot tajam. Total dalam 6 hari perdagangan pelemahannya lebih dari 4%.
Sentimen pelaku pasar sedang bagus-bagusnya merespon kabar vaksin virus corona dari Pfizer. Perusahaan farmasi asal AS tersebut berkolaborasi dengan BioNTech asal Jerman, dan mengumumkan vaksin buatannya efektif menangkal penyakit akibat virus corona (Covid-19) hingga lebih dari 90% tanpa efek samping yang berbahaya.
Chairman & CEO Pfizer Albert Bourla mengatakan perkembangan terakhir tersebut menjadi hari yang indah bagi ilmu pengetahuan dan kemanusiaan. Efikasi final atau penurunan penyakit di kalangan relawan vaksin tersebut dikatakan aman.
"Hasil pertama dari uji klinis fase tiga uji vaksin mengindikasikan kemampuan vaksin kami untuk mencegah Covid-19," ujar Bourla dalam pernyataannya, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (10/11/2020).
"Dengan berita hari ini kami sudah makin dekat untuk menyediakan vaksin kepada masyarakat di seluruh dunia, dan diharapkan bisa membantu mengakhiri krisis kesehatan dunia," ungkap Bourla. Kedua perusahaan itu berencana untuk mengajukan penggunaan darurat vaksin kepada Food and Drug Administration (FDA) AS pada pekan ketiga November 2020.
Kabar tersebut memunculkan harapan hidup akan segera kembali normal, roda bisnis perlahan kembali berputar, dan perekonomian segera bangkit. Alhasil, aset-aset berisiko langsung melesat, bursa saham Eropa dan AS menguat tajam, beberapa bursa Asia yang sudah buka pagi ini juga menghijau.
Rupiah menjadi punya modal tambahan untuk terus melaju kencang setelah sebelumnya ditopang hasil pemilihan presiden AS yang menunjukkan kemenangan Joseph 'Joe' Biden dari Partai Demokrat, melawan petahana dari Partai Republik, Donald Trump.
Kemenangan Biden dianggap menguntungkan negara-negara emerging market seperti Indonesia, sebab perang dagang AS-China kemungkinan akan berakhir atau setidaknya tidak memburuk. Selain itu, stimulus fiskal juga akan lebih besar ketimbang yang akan digelontorkan Trump dan Partai Republik.
Negara-negara emerging market seperti Indonesia juga berpotensi kecipratan aliran modal yang membuat rupiah perkasa. Terbukti, data Bank Indonesia menunjukkan pada periode 2-5 November 2020, transaksi nonresiden di pasar keuangan domestik membukukan beli neto Rp3,81 triliun. Rinciannya, beli neto di pasar SBN sebesar Rp3,87 triliun dan jual neto di pasar saham sebesar Rp 0,06 triliun.
Sementara data dari Bursa Efek Indonesia menunjukkan sepanjang pekan lalu, investor asing melakukan aksi beli (net buy) sebesar Rp 1,2 triliun. Aksi beli masih berlangsung kemarin, tercatat Rp 189 miliar, dan hari ini Rp 1,73 triliun.
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Meski Dilanda Demo, Rupiah Menguat 3 Hari vs Riyal Arab Saudi