Setelah SBI Ramai Peminat, Lelang Sukuk Malah Sepi

Irvin Avriano A., CNBC Indonesia
24 July 2018 18:22
Jumlah tersebut di bawah target indikatif pemerintah Rp 6 triliun.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah menerbitkan Rp 4,8 triliun sukuk negara dalam lelang rutin hari ini. Jumlah tersebut di bawah target indikatif pemerintah Rp 6 triliun.

Data Kemenkeu menunjukkan penawaran yang masuk relatif sepi, yaitu Rp 9,88 triliun, dengan jumlah terbesar ada pada dua seri surat perbendaharaan negara (SPN) syariah yang ditawarkan dalam lelang. SPN merupakan instrumen surat utang yang bertenor di bawah setahun.

Seperti yang diperhitungkan beberapa analis, SPN-S seri tenor pendek merupakan salah satu instrumen terbitan pemerintah yang paling lumrah diburu ketika lelang sukuk negara.

Meskipun permintaan paling besar, penawaran yang masuk masing-masing Rp 3,68 triliun dan Rp 2,67 triliun masih di bawah rerata penawaran SPN-S yang masuk dalam lelang yaitu Rp 6,3 triliun dan Rp 2,8 triliun.

Hal yang sama juga terjadi untuk seri sukuk berbasis proyek (PBS), dimana total permintaan yang masuk Rp 3,42 triliun, di bawah rerata Rp 6,2 triliun.

Tingkat imbal hasil (yield) rerata tertimbang yang dimenangkan Kemenkeu dalam lelang hari ini untuk seri SPN-S 6 bulan dan BPS 7 tahun relatif lebih tinggi dari prediksi dua pelaku pasar utang.

Pertama, dari Analis Riset Fixed Income PT Mandiri Sekuritas Yudistira Yudadisastra yang memprediksi yield wajar SPN-S 6 bulan 5,64% (5,59%-5,68%) dan PBS 7 tahun 8,11% (8,06%-8,15%).

Kedua, dari prediksi Kepala Riset Fixed Income PT MNC Sekuritas I Made Adi Saputra yang memprediksi yield wajar SPN-S 6 bulan 5,93%-6,03% dan PBS 7 tahun 7,93%-8,03%.

Sepinya permintaan lelang hari ini bertepatan dengan rampungnya lelang instrumen sertifikat Bank Indonesia (SBI) kemarin. Lelang SBI dikhawatirkan dapat membuat minat investor untuk membeli SBN.

Pasar Obligasi Positif
Meskipun lelang SBSN hari ini sepi dan cenderung di bawah ekspektasi pasar, pasar obligasi pemerintah hari ini relatif positif dan mengalami kenaikan harga meskipun perang dagang AS sudah memanas dan merambat ke perang mata uang.

Data Reuters menunjukkan harga obligasi pemerintah seri acuan relatif menguat hari ini dan menurunkan yield. Pergerakan harga dan yield saling bertolak belakang di pasar sekunder.

Seri acuan 5 tahun mengalami penurunan yield 1 basis poin (bps) menjadi 7,74%, yield acuan 10 tahun 4 bps turun menjadi 7,79%, dan seri acuan 15 tahun mengalami penurunan yield tipis 0,3 bps menjadi 8,09%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Seri acuan lain yaitu 20 tahun mengalami koreksi harga sehingga mengangkat yield-nya 1 bps menjadi 8,22% di pasar sekunder.

Hari ini, dolar AS masih menguat terhadap hampir seluruh mata uang Asia akibat perang mata uang yang dikobarkan Donald Trump, termasuk rupiah.

Nilai tukar rupiah terkoreksi 0,28% menjadi Rp 14.525 per dolar AS hari ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(hps) Next Article Pemerintah Raup Rp 8 T dari Lelang Surat Utang Syariah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular