Mereka yang Tertawa Karena Warga RI Doyan Belanja Saat Libur Natal
Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah volatilitas pasar modal yang mengguncang sektor perhotelan dan pariwisata pada penutupan tahun 2025, sektor barang konsumsi (consumer goods) dan ritel justru tampil sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.
Kinerja mereka banyak yang melesat karena ditopang libur Natal dan Tahun Baru.
Investor tampaknya melakukan rotasi aset secara taktis, memindahkan dana dari sektor-sektor berisiko tinggi menuju sektor defensif yang menawarkan stabilitas arus kas.
Berdasarkan data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 1 hingga 29 Desember 2025, indeks sektoral consumer-yang diwakili oleh 10 emiten berkapitalisasi besar dan menengah-mencatatkan rata-rata pertumbuhan positif sebesar +0,83%.
Angka ini mungkin terlihat moderat, namun di tengah gempuran aksi profit taking akhir tahun, stabilitas ini menjadi oase bagi para pemegang saham.
Rotasi ke Saham Defensif
Dinamika pasar bulan Desember memperlihatkan pergeseran pola belanja masyarakat yang tercermin jelas di layar bursa. Terjadi dikotomi kinerja yang tajam antara emiten consumer staples melawan consumer discretionary.
PT Diamond Food Indonesia Tbk (DMND) keluar sebagai juara dengan lonjakan impresif sebesar +16,13%. Sebagai produsen dan distributor produk makanan berbasis susu, keju, dan cokelat, DMND menikmati katalis positif dari tradisi perayaan Natal dan Tahun Baru.
Meningkatnya aktivitas memasak di rumah dan permintaan bahan baku bakery disinyalir menjadi pendorong utama optimisme investor terhadap kinerja kuartal IV emiten ini.
Kinerja gemilang juga ditunjukkan oleh PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) yang menguat +10,09%. Saham pengelola gerai Alfamart ini membuktikan statusnya sebagai market leader yang tahan banting.
Jaringan gerai yang masif di jalur mudik dan lokasi wisata menjadikan AMRT sebagai proksi paling likuid untuk menangkap perputaran uang tunai masyarakat selama musim liburan. Investor meyakini bahwa di mana ada kemacetan liburan, di situ ada transaksi minimarket yang melonjak.
Ritel Fesyen dan Departemen Store Tertekan
Di sisi lain, emiten yang bergerak di segmen ritel gaya hidup justru mengalami tekanan. PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) terkoreksi paling dalam sebesar -4,83%, diikuti oleh PT Duta Intidaya Tbk (DAYA/Watsons) yang melemah -4,12%.
Tren penurunan juga melanda ritel pakaian PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) yang turun -3,68% dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) yang terkoreksi -2,87%. Pelemahan ini mengindikasikan adanya perubahan prioritas dompet konsumen (share of wallet).
Menjelang akhir tahun, masyarakat tampaknya lebih memprioritaskan pengeluaran untuk makanan, perjalanan, dan pengalaman (experience), ketimbang belanja pakaian atau barang-barang gaya hidup yang sudah dibeli saat pesta diskon tanggal kembar (11.11 atau 12.12) sebelumnya.
Sementara itu, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) dan PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI) cenderung stagnan dengan pergerakan di kisaran 0%. Hal ini menunjukkan sikap wait and see investor yang masih menanti rilis data penjualan riil pasca-liburan.
Tempat Berlindung yang Aman
Secara garis besar, kinerja sektor consumer di bulan Desember 2025 menegaskan statusnya sebagai safe haven. Ketika saham-saham siklikal seperti hotel dan properti mengalami volatilitas ekstrem akibat spekulasi, saham basis konsumen terutama yang menjual kebutuhan memberikan imbal hasil yang positif.
Bagi investor, fenomena ini memberikan pelajaran penting yaitu di masa ketidakpastian ekonomi atau volatilitas pasar akhir tahun, strategi "back to basic" dengan mengoleksi saham perusahaan yang produknya dipakai sehari-hari (seperti AMRT dan DMND) terbukti lebih ampuh menahan badai koreksi dibandingkan mengejar saham yang sedang viral beritanya.
-
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(gls/gls)