MARKET DATA

2026 Bakal Penuh Sesak Rights Issue: CBRE Hingga FUTR Saling Sikut

Susi Setiawati,  CNBC Indonesia
18 December 2025 10:55
right issue
Foto: right issue

Jakarta, CNBC Indonesia - Aksi tambah modal perusahaan melalui rights issue masih akan berlanjut tahun depan, kemungkinan besar juga akan lebih ramai dibandingkan tahun ini.

Data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sampai 12 Desember 2025 sudah ada 12 emiten yang menggelar rights issue dengan raihan dana mencapai Rp17,5 triliun. Ini belum termasuk rights issue PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) dan PT Indomobil Multi Jasa Tbk (IMJS) yang akan menyelesaikan perdagangan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) hari ini, Kamis (18/12/2025).

Kalau dihitung dengan PANI dan IMJS, total fundraising rights issue tahun ini bisa menembus lebih dari Rp32 triliun.

Namun, raihan dana tersebut masih lebih kecil dibandingkan 2024 yang menembus Rp34 triliun, dan jauh lebih kecil lagi dibandingkan 2023 yang mencapai Rp51,4 triliun.

Bisa dibilang rights issue tahun ini sepi karena perlu diakui likuiditas cukup ketat dan perusahaan cukup selektif untuk melakukan ekspansi.

Walau begitu, tahun depan bisa beda cerita, karena pelonggaran moneter berkat penurunan suku bunga, pemulihan ekonomi yang terus berlanjut, serta ada berbagai kebijakan yang mendukung seperti rencana penghapusan Kelompok Bank berdasarkan Modal Inti (KBMI) I sampai aturan free float indeks MSCI (Morgan Stanley Capital International) khusus saham-saham Indonesia.

Dalam pantauan kami tercatat setidaknya ada tujuh emiten yang akan menggelar rights issue tahun depan. Mereka adalah PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET), PT Triniti Dinamik Tbk (TRUE), PT Futura Energi Global Tbk (FUTR), PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE), PT Folago Global Nusantara Tbk (IRSX), PT Panca Global Securities Tbk (PEGE), dan PT Techno9 Indonesia Tbk (NINE).

Menariknya, meskipun rights issue ini masih berupa rancangan dan beberapa masih dirumorkan pasar, tetapi harga saham tujuh emiten itu sudah melejit berkali-kali lipat. Bahkan, ada yang sampai kena suspensi karena gerak harga saham terlalu liar.

Seperti terlihat pada tabel di bawah ini, secara year-to-date (YTD) tujuh emiten itu sudah melejit ratusan sampai ribuan persen. Dari saham NINE yang terbang 140% dari awal tahun sampai saham CBRE yang bisa melesat lebih dari 6000%. Berikut rinciannya :

Lantas, sekarang bagaimana prospek-nya tujuh emiten yang mau rights issue itu? mari kita ulas satu per satu.

INET

INET tercatat sudah punya rencana yang cukup jelas untuk menggalang tambahan modal lewat rights issue. Sayangnya, mereka masih menunggu pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang belum bisa diperkirakan waktu-nya.

Namun, setidaknya kita sudah bisa menghitung harga teoritis sampai prospek cuan dan risiko dari aksi rights issue ini berdasarkan prospektus yang sudah dirilis.

rights issue INET bisa dibilang sangat krusial bagi kelangsungan bisnis-nya, karena target dana yang diraih cukup jumbo sampai Rp3,2 triliun, seluruhnya bakal difokuskan untuk ekspansi.

Kalau berhasil mendapatkan dana itu, mereka akan menggunakan sekitar Rp2,8 triliun melalui anak usaha Garuda Prima Internetindo untuk ekspansi 2 juta jaringan FTTH berbasis Wi-Fi 7.

Selain itu, Rp213 miliar dialokasikan untuk proyek kabel laut dan Rp135 miliar untuk pengembangan FTTH di Jawa melalui PT Internet Anak Bangsa.

Secara rinci, berdasarkan keterbukaan informasi perusahaan, rights issue kali INET akan mengeluarkan saham baru sebanyak 12,8 miliar, mewakili 57,14% dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh perseroan, dengan harga pelaksanaan HMETD di Rp250 per lembar.

Kalau kita bandingkan dengan harga saham INET berdasarkan penutupan Rabu (17/12/2025) kemarin di Rp790 per lembar, harga pelaksanaan HMETD bisa dapat diskon besar hampir 70%. Namun, tak menutup kemungkiinan prospektus akan diupdate oleh manajemen karena sampai saat ini masih terhalang restu OJK.

TRUE

Selanjutnya ada TRUE yang rencananya bakal menggelar rights issue, aksi ini bakal menjadi agenda Rapat Umum Pemegang Saham (RUPSLB) pada 12 Januari 2026 mendatang.

Dalam rencana terbaru-nya, TRUE bakal menerbitkan saham baru sebanyak 757,11 juta lembar. Harga pelaksanaan sejauh ini belum ditentukan, tetapi merujuk aturan yang berlaku No. I-A BEI, harga saham untuk rights issue minimum 90% dari rata-rata harga penutupan saham kurun 25% beturut-turut di pasar reguler sebelum tanggal permohonan pencatatan.

FUTR

Berikutnya ada FUTR yang digadang bakal rights issue setelah ada pengendali baru masuk. Karena rumor itu, harga saham-nya diramalkan terbang sampai Rp1.200 per lembar.

Manajemen mengungkapkan bahwa pengendali baru FUTR, yaitu Ardhantara, berencana memasukkan sejumlah aset berbasis energi terbarukan. Langkah ini menjadi bagian dari strategi restrukturisasi dan repositioning FUTR sebagai emiten yang fokus pada energi hijau. Salah satu aset utama yang akan disuntikkan adalah proyek panas bumi (geotermal) Gunung Slamet, yang saat ini dikembangkan oleh anak usaha Ardhantara, PT Sejahtera Alam Energy (SAE).

Direktur Utama Futura Energi Global, Tonny Agus Mulyantono dalam keterbukaan informasi dikutip Kamis (8/10/2025) mengungkapkan "Pengendali baru perseroan yaitu Ardhantara merupakan perusahaan holding di sektor energi dan memiliki rencana untuk memasukan aset yang berbasis energi terbarukan seperti geotermal Gunung Slamet melalui anak usaha SAE, maupun beberapa aset yang saat ini masih dalam proses."

Dia menyatakan bahwa pengendali baru akan melaksanakan rightss issue dengan memasukkan aset berbasis energi sebagai anak usaha FUTR.

Tonny juga mengungkapkan bahwa studi kelayakan untuk pengembangan bisnis energi baru terbarukan saat ini sedang disiapkan bersama pengendali baru, dan hasilnya akan dipaparkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang terkait dengan perubahan kegiatan usaha serta rencana rightss issue jumbo yang ditargetkan berlangsung pada 2026.

CBRE

Selanjutnya ada emiten pertambangan, CBRE yang berencana menggalang dana melalui rights issue dengan menerbitkan saham baru sebanyak 48 miliar lembar.

Hasil dana rights issue rencananya bakal digunakan untuk membayar sebagian utang kepada pihak ketiga, mendukung kebutuhan modal kerja, dan menambah armada operasional (Capex). CBRE menilai langkah ini akan meningkatkan efisiensi operasional serta memperkuat kinerja keuangan ke depan.

Sebagian hasil rights issue juga akan digunakan untuk melunasi utang melalui mekanisme konversi menjadi saham. Berdasarkan laporan keuangan interim per 31 Oktober 2025, terdapat empat perjanjian promissory note yang akan dikonversi dengan total nilai US$ 55 juta.

Rinciannya terdiri dari pinjaman USD25 juta dengan Hilong Shipping Holding Limited, US$ 11 juta dengan Yafin Tandiono Tan, US$ 12,5 juta dengan PT Saga Investama Sedaya, dan US$ 6,5 juta dengan PT Superkrane Mitra Utama Tbk. Keempat kreditur tersebut telah menyampaikan surat pemberitahuan konversi kepada perseroan pada 10 November 2025.

CBRE menjelaskan bahwa proses rights issue akan mengikuti ketentuan POJK No.32/2015, yang mensyaratkan persetujuan RUPSLB, penyampaian pernyataan pendaftaran ke OJK, serta perolehan pernyataan efektif dari OJK.

Perseroan menegaskan bahwa pelaksanaan PMHMETD akan dilakukan tidak lebih dari 12 bulan sejak tanggal persetujuan RUPSLB. Sebagai catatan, RUPSLB CBRE ini akan segera dilaksanakan pada hari ini, Kamis (18/12/2025).

Sebelumnya, PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE) melanjutkan penguatan bisnisnya dengan meresmikan perubahan nama kapal HAI LONG 106 menjadi Gunanusa Hailong 106. Langkah ini menjadi bagian dari rangkaian akuisisi aset kapal offshore yang sebelumnya telah diumumkan Perseroan kepada publik

Seiring dengan perubahan nama tersebut, CBRE juga menjalankan proses re-flagging kapal dari bendera Hong Kong ke bendera Indonesia, termasuk pengurusan sertifikasi dan dokumen kapal sesuai ketentuan yang berlaku. Proses ini dilakukan untuk memastikan kesiapan operasional kapal dalam mendukung proyek-proyek migas, khususnya di dalam negeri.

Saat ini, kapal Gunanusa Hailong 106 berada di Pelabuhan Marina South Pier, Singapura, dengan tujuan utama untuk penandatanganan Protocol of Delivery and Acceptance (PODA). PODA tersebut telah ditandatangani pada 8 Desember 2025 antara CBRE dan pihak penjual, yang menandai penyelesaian proses serah terima kapal secara resmi

Dengan ditandatanganinya PODA pada 8 Desember, kapal Gunanusa Hailong 106 secara hukum telah resmi diserahkan oleh penjual dan diterima oleh CBRE. Sejak tanggal tersebut, kapal telah sah menjadi aset milik Perseroan

Perubahan nama kapal menjadi Gunanusa Hailong 106 sekaligus menandai integrasi kapal ke dalam portofolio armada CBRE yang diproyeksikan mendukung proyek-proyek EPCIC offshore

Pelaku pasar menilai langkah ini memperkuat narasi ekspansi CBRE, di mana akuisisi aset, perubahan nama kapal, hingga kepastian proyek menjadi rangkaian terintegrasi dalam mendorong kinerja Perseroan ke depan

IRSX

Kemudian, ada IRSX yang rencananya akan menerbitkan saham baru melalui rights issue sebanyak 12,3 miliar saham baru dengan target pendanaan mencapai Rp3 triliun. Menariknya, dalam aksi korporasi ini juga akan memberikan bonus waran yang bisa ditukar jadi saham di masa depan.

Rencana rights issue IRSX juga sudah mendapatkan persetujuan pemegang saham. Jadi, tinggal menunggu tanggal efektif dan skema rights issue yang lebih rinci melalui prospektus. Kalau lancar rencana-nya bisa digelar pada Februari-Maret 2026 mendatang.

Terkait pendanaan dari rights issue itu, nanti-nya akan diprioritaskan untuk belanja modal dan modal kerja, termasuk untuk mengembangkan usaha melalui entitas anak, seiring dengan upaya IRSX mempercepat ekspansi bisnis short movie, AI commerce dan pengembangan teknologi digital-twin.

rights issue IRSX ini cukup krusial bagi pertumbuhan kinerja bisnis perseroan dalam dua tahun ke depan, mengingat penerbitan saham baru tersebut ditujukan untuk memperkuat struktur permodalan, serta membuka jalan untuk mengeksekusi peluang akuisisi strategis.

PEGE

Emiten yang bergerak di bidang perdagangan, PEGE juga rencana-nya akan melangsungkan rights issue tahun depan, plus membagikan bonus waran.
Melalui rights issue, saham baru yang akan dikeluarkan maksimal 944 juta lembar, dan jumlah yang serupa untuk waran. Potensi dilusi dari aksi korpoarasi ini bisa mencapai 25%, dengan potensi dilusi akibat waran sampai 40%.

Adapun, dana hasil rights issue rencaanya akan difokuskan untuk modal kerja dan permodalan anak usaha. Namun, secara lebih rinci masih akan dibahas dalam RUPS yang akan digelar minggu depan pada 24 Desember 2025.

NINE

Terakhir, yang masuk radar kami ada NINE yang menargetkan dana hasil rights issue mencapai Rp80 miliar, dengan menerbitkan sebanyak-banyaknya 2,157 miliar saham baru.

Modal ini rencananya akan digunakan untuk modal kerja guna mendukung ekspansi operasional. Manajemen juga memperjelas bahwa modal kerja tersebut termasuk di antaranya pelunasan pinjaman jangka pendek (bridging loan), biaya konsultan, serta persiapan modal kerja pra-operasi untuk pengembangan bisnis pertambangan yang menjadi fokus calon pengendali baru setelah akuisisi.

rightss issue pertama ini juga dipandang sebagai pintu gerbang bagi transaksi akuisisi oleh Poh Group, perusahaan yang telah menandatangani perjanjian Conditional Share Purchase Agreement (CSPA) untuk mengakuisisi mayoritas saham NINE dan berencana membawa masuk aset tambang melalui inbreng modal di tahap selanjutnya

Dengan demikian, keberhasilan rightss issue ini tidak hanya berdampak pada peningkatan modal kerja jangka pendek, tetapi juga menjadi penentu awal dalam realisasi strategi transformasi bisnis NINE ke sektor pertambangan di bawah kendali Poh Group.

Berikut secara rinci, update terkini dari kabar tujuh emiten yang akan melakukan rights issue tahun depan :

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)


Most Popular